Akhirnya sampailah saya di Maqam Sunan Gunung Jati, destinasi ziarah terakhir. Setelah kami berziarah di maqam abah dari KH. Mahrus Aly; KH. Aly bin Abdul Aziz Gedongan Cirebon, saya langsung beranjak ke Bus I. Seperti biasa. Selama di perjalanan saya lebih sering bersama rombongan tamatan madin ini.
Perjalanan tak membutuhkan waktu yang lama, cukup 1 jam saja saya sudah sampai di parkiran maqam Sunan Gunung Jati. Seperti biasanya, saya dan Mr. O menyegati para jamaah yang lain. Mempersiapkan dokumentasi yang diperlukan. Apalagi di rihlah terakhir ini, saya dan Mr. O ditugasi untuk merekam tahlil dalam bentuk video. Sunan Gunung Jati sendiri merupakan satu-satunya wali dari sembilan yang di maqamkan di wilayah Jawa Barat. Sedangkan terbanyak, berada di Jawa Timur; 5 wali, Jawa Tengah; 3 Wali.
Disana saya dan rombongan langsung disambut oleh abdi ndalem Maqam Sunan Gunung Jati. Biasanya ketika panitia sudah sampai, langsung diaturnya jama’ah ziarah, tapi kali ini tidak. Hendak mengatur saja, para abdi ndalem sudah menyegat dan mengatur seluruh posisi santri. Tapi saya akui, dengan rombongan sebanyak 15 bus bisa muat dengan maqbaroh yang tidak begitu luas. Jadi, kondisi maqam terlihat padat oleh jama’ah Al-Mahrusiyah.
Di ziarah terakhir ini, prosesi terasa lebih khidmat. Mungkin, karena ini adalah ziarah terakhir, sehingga santri harus lebih sungguhan dalam berdzikir. Di awal bertawasul langsung dibawakan oleh Gus Reza, setelah panjangnya bertawasul, mic dialihkan oleh Gus Nabil dipersilahkannya untuk memimpin tahlil. Tahlil rampung, saya kira langsung di tutup dengan do’a, ternyata setelahnya mic dioper pada Gus Iing dipersilahkannya untuk memimpin istighatsah. Begitu istighatsah selesai, mic dikembalikan lagi pada Gus Reza dan ditutuplah dengan do’a. Dengan demikian, di tempat keramat itu seluruh gus yang hadir ikut andil dalam proses ziarah ini. Apalagi di Sunan Gunung Jati ini merupakan sesepuh keturunan dari Dzuriyah PP. Al-Mahrusiyah.
Sholawat yang dibacakan setelah istighatsah dilantunkan bersama sebagai penutup. Barulah saya menyarankan sang karib agar keluar untuk mengambil gambar dan video dzuriyah melampah. Biar saya mengurusi dan memberesi video tahlil dan istighatsah yang sejak tadi saya rekam.
Tak terduga, Mr. O disana malah disuruh mengikuti dzuriyah ke Ndalem Maqam Sunan Gunung Jati. Disana ternyata sudah ada alumni dan para abdi ndalem maqam Sunan Gunung Jati, juga sudah disuguhkan beberapa jamuan, diantaranya ada secangkir kecil berisikan air putih, katanya itu adalah air barokah khas dari abdi ndalem Sunan Gunung Jati. Tak sembarangan orang yang bisa mendapat air itu.
Para alumni sepuh sengaja ingin bertemu dengan beliau Gus Reza sekeluarga, bertujuan silaturahmi dan meminta do’a. Agar terus diberikan kesehatan, kemudian bagi yang sedang sakit bisa segera diberikan kesembuhan.
Seluruh dzuriyah masih berada di ruang Kasepuhan abdi ndalem maqam Sunan Gunung Jati. Sedang, seluruh jama’ah dibebaskan untuk berbelanja. Sayangnya, waktu belanja kali ini tidak begitu lama, mungkin hanya 2 jam-an. Bahkan yang seharusnya di Sunan Gunung Jati ada sesi pemotoan bersama, durasi sesi itu digunakan untuk berbelanja. Salah satu faktornya, mungkin karena saat itu sedang hujan. Sehingga pemotoan dibatalkan. Terlebih, setelah itu jama’ah harus mengikuti perjalanan selanjutnya, yaitu ke ndalem Habib Muhammad Lutfi bin Yahya. Disana rencananya rombongan mengikuti acara Jam’iyah Khanzuz Habib Lutfi.
Oleh: Iwan Nur