Sebelum saya bercerita lebih lanjut mengenai perjalanan ke Mbah Cholil Bangkalan. Saya sedikir mengeluh karena bus nya yang begitu mewah sampai air conditioner(AC) di bus dingin banget. Entah karena tidak terbiasa dengan hidup serba mewah ya hehehe.
Oke, kita mulai cerita dari awal ya. Ada hal yang membuat saya agak kecewa karena nggak bisa lihat Jembatan Suramadu. Jembatan yang terkenal dengan cerita pengubung Selat Madura antara Madura dan Surabaya. karena sangat dinginnya di bus selama perjalanan saya tidur menggunakan jaket bahkan kaos kaki juga. Eh tiba-tiba sudah sampai di parkiran Mbah Cholil Bangkalan.
Langsung saja, kita sampai di bangkalan sekitar pukul 4 lebih. Padahal dalam panduan ziarahnya seharusnya kita sampai sini jam 7 malam, mungkin karena kita lewat tol, jadi agak cepat. Kita menunggu sampai jam setengah 5 baru saja menuju ke Makam Mbah Cholil. Seperti biasa, saya dan rekan saya mendahului peserta ziarah ke makam. Sambal menunggu dzuriyah rawuh, perserta ziarah mengantri wudhu di sekitaran masjid untuk melaksanakan sholat jama’ qoshor taqdim maghrib dan isya.
Tahlil dan dzikir di Syaikhona Cholil dipimpin oleh beliau Gus Melvien Zainul ‘Asyiqien yang biasa dipanggil Gus Iing. Acara berlangsung dengan lancar dan khidmat sampai waktu sholat maghrib tiba. Kemudian para peserta ziarah melaksanakan sholat berjama’ah. Ada cerita saat setelah saya sholat, tiba-tiba ada seorang ibu menoleh ke arah saya, dan mendoakan saya.
“Moge-mogeh deddhi santreh se sholihah sukses dunyah ben akhirat, mandhere olliah lakeh se sholih ben tanggung jeweb amin.” (semoga jadi santri yang solihah, sukses dunia akhriat, dapat suami yang solih dan bertanggung jawab, aminn)
Untung saja, saya masih bisa memahami walau sedikit. Sampai saya menanyakan artinya lagi ke rekan saya karena dia juga bisa bahasa madura. Membingungkan nggak sih kenapa beliau tiba-tiba biacara seperti itu. Lalu saya menjawab “matur suwun ibu” (makasih ibu). Setelah itu ibunya pergi dan nggak bicara apa-apa lagi. Kira-kira siapa yah ibu itu? semoga saja apa yang diucapkan ibunya menjadi kenyataan, apalagi poin terakhir. Suami yang solih dan bertanggung jawab. hehe
Karena saya ada job untuk menulis ini, setelah sholat saya langsung bergegas ke bus, dan semua peserta istirahat di masjid lantai 2. Tenyata rekan saya sudah di bus dan membelikan saya sate madura, karena memang kita berdua agak tidak enak badan, dan seharian baru saja makan, itu pun sebenarnya tidak begitu selera. Padahal bayangan dari Kediri ke Madura sudah terstruktur lama.
Setelah makan sate dan membeli bakso, kita bergegas mencari tempat untuk mengisi daya laptop, karena di bus tidak bisa ngecas walhasil mati sejak lama laptopnya. Akhirnya kita minta tolong pada ibu-ibu dan bapak di pinggir bus, sambil ngecas saya juga ngetik. Saat beli pentol ada sedikit cerita menarik nih temen-temen, sambil bapaknya membungkuskan pentol, saya nanya-nanya apa bedanya pentol madura dengan lainnya. Katanya yang membedakan adalah sambelnya. “sambelnya lebih banyak minyaknya mbak dan pasti merah” begitu.
Tapi ada yang lebih konyol lagi. Pas tadi saya keluar masjid, saya mengambil sandal saya di pinggiran. Tiba-tiba saya merasa ada yang ngomongin sandal saya. Ada dua bapak-bapak melihat saya yang sedang memakai sandal dan bilang bagus “kui-kui tuku sendal ngono kui apik pak, ora ke cowok-cowokan juga ora ke cewek-cewekan modele” (itu itu beli sendal yang kayak gitu, bagus pak, enggak terlalu cowok dan nggak terlalu cewek modelnya). Haduhhh, konyol banget sih pak. Lalu saya menoleh ke arah bapaknya, mungkin bapak-bapak itu agak malu dan langsung menjawab “Ohh, beli dimana mbak sendalnya?” saya jawablah dengan santai “Hmm, ini pak, dibeliin temen saya pak, nggak tau dimananya, shoppe palingan ada pak”. Medadak saya berpikir keras.
Berlanjut ke ziarah, peserta ziarah mulai bergegas ke parkiran bus. Waktu makan malam telah tiba, akhirnya saya dan teman-teman yang nggak makan nasi dapat nasi jangung, setelah seharian nggak makan, alhamdulillah. Saya berdoa agar kita nunggunya lama di bus, karna ngetik sambil bus jalan bikin pusing banget, mungkin karena pantulan sinar laptopnya ya. Jadi kalau lagi nunggu kaya gini ada waktu senggang buat nulis.
Tapi cerita konyol dan unik tadi tak sebanding dengan cerita Syaikhona Cholil Bangkalan yang begitu masyhur di kalangan masyarakat. Karomah ulama kharismatik dari madura ini benar-benar ada, hal ini terlihat dari banyaknya pemuda madura yang sukses dalam menimba ilmu. Mungkin karena beliau terkenal dengan ulama yang haus akan ilmu saat mudanya. Semoga kita mendapatkan karomah beliau juga, dengan lantaran ziarah kali ini, aminn.
oleh: laelizakiaa_