Jika penulis ditanya kisah siapa yang paling romantis, maka jawabannya adalah kisah Nabi Adam dan Siti Hawa yang notabennya adalah sepasang kekasih yang ada pertama kali di bumi ini. karena tak mungkin ada kisah-kisah romantis lainnya jika tidak ada yang menjadi sumber dari semuanya. Kisah Galih dan Ratna atau kisah Romeo dan Juliet tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kisah Nabi Adam dan Siti Hawa.
Nabi Adam diciptakan dari segumpal tanah liat yang kemudian atas kehendak Allah ditiupkan ruh dan menjadi sosok manusia yang sempurna. Setelah beberapa saat berada disurga Allah menambah kebahagiaan Nabi Adam dengan menciptakan Siti Hawa dari salah satu tulang rusuknya.
Singkat cerita Nabi Adam dan Siti Hawa melanggar larangan Allah, yaitu memakan buah khuldi. Nabi Adam dan Siti Hawa diturunkan ke bumi secara terpisah. Ada pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Adam diturunkan di India sedangkan Siti Hawa diturunkan di Jeddah Arab.
Dipisahkan dengan seseorang yang sangat dicintai tentunya sangat menyiksa bukan? Semua bukan perihal waktu ataupun jarak tapi perihal perjuangan dan pengorbanan. Jarak bisa ditempuh, waktu bisa menuju temu, sedangkan perjuangan dan pengorbanan tak semua orang bisa melakukan.
Seperti kisah Nabi Adam dan Siti Hawa, mereka dipisahkan ratusan tahun dengan disiksa kerinduan yang sangat luar biasa. Ketika rindu menghampiri hanya do’a yang mampu menjadi pelipur lara. Pantas saja dalam salah satu redaksi hadist seseorang yang menahan rindu hingga akhir hayatnya dikatakan seorang yang mati syahid karena memang menahan kerinduan dengan seseorang yang sangat dicinta dan disayangi sangat menyiksa hati dan pikiran.
Penyesalan satu kata yang mampu menggambarkan perasaan Nabi Adam dan Siti Hawa kala itu. Suatu saat Nabi Adam ingat ketika beliau pertama kali membuka mata di surga beliau melihat nama Muhammad disandingkan dengan nama Allah sehingga Nabi Adam berinisiatif untuk tawasul kepada Nabi Muhammad, karena tidak mungkin nama Allah bersanding dengan nama hamba yang tidak dicintainya. Karena ketika disebutkan nama seseorang yang dicintai maka seseorang tersebut akan luluh, mungkin itu gambaran mengapa Nabi Adam menyebut nama Nabi Muhammad saat berdo’a memohon ampunan kepada Allah SWT.
Perjuangan Nabi Adam dalam menemukan Siti Hawa sudah tidak perlu diragukan lagi. Beliau rela menyusuri daerah demi daerah demi menemukan sang pujaan hati. Siti Hawa tidak turut menyusuri daerah-daerah seperti yang dilakukan Nabi Adam. Siti Hawa cukup menunggu kedatangan Nabi Adam, itu sebabnya mengapa hakikat perempuan adalah menunggu bukan mencari.
Setelah dipisahkan ratusan tahun mereka dipertemukan kembali di Jabal Rahmah. Gunung yang berada disebelah timur Padang Arafah tersebut menjadi bukti kisah cinta Nabi Adam dan Siti Hawa. Dalam pertemuannya mereka saling berpelukan guna melepas rindu dengan tangis penuh haru.
Saat ini, Jabal Rahmah menjadi salah satu destinasi yang tidak boleh dilewatkan ketika seseorang mendapat kesempatan untuk haji atau umroh, walaupun datang ke Jabal Rahmah bukanlah hal yang sunah atau bahkan diwajibkan dalam ibadah haji atau umroh tempat ini ramai dikunjungi para jema’ah. Tak hanya narsis didepan kamera saja, mereka berdo’a dan menuliskan nama pasangan masing-masing pada batu yang berada disekitar Jabal Rahmah, agar selalu dipertemukan tanpa merasakan pedihnya suatu perpisahan.
Hakikat penantian memang menyakitkan tapi percayalah ketika pertemuan telah datang tak ada hal yang lebih indah untuk disyukuri daripada pertemuan itu. Pertemuan adalah hari-hari pelepasan kerinduan yang tak tertahankan. Akan ada masanya dan akan datang waktu dimana penantian berbuahkan pertemuan. Selamat menahan hari-hari penuh kerinduan bagi manusia yang penuh haru.
Wallahu’Alam