Samar
Rintik sayup, kala redup
Berbekal tekad yang terikat
“Mana rehat?”
“Tolong penat!”
Bersimpuh lumpuh menjadi debu-debu.
Mengenal, berakrab dengan ilmu dan adab
Semua langkah ini pantas disebut perjuangan
Riuh…
Kayuh…
Layu…
Namun takan mati digempur tempur
Arah…
Marah…
Bara…
Hawa tak akan pernah habis ditantang rintang
Siapa bilang santri tak berjuang?
Siapa kata santri tak angkat senjata?
Sudahkah kau membaca sejarah yang tercabik lulu lantah”?
Ledak gelegar, pekik takbir, dan tumpah segala apa yang basah di tanah yang memerah, memarah.
Tak terhitung dan tak perlu dihitung akan semua usaha pengorbanan persembahan yang sudah-sudah
Nyatanya sejarah masih berbaik, mengenal budi.
Meski derap sigap, pekik, ujung tombak, bau amis darah, gema butir dzikir, dan semangat resolusi jihad tetap menuntut haknya untuk diingat.
Menggapai cita, sudah bukan waktunya lagi berjuang dengan angkat senjata.
Di hari santri ini.
Di hari raya merdeka ini,
Satu yang di tanyakan;
”Apakah kita sudah benar-benar merdeka?
Sudahkah kita merdeka dari kemalasan dan kebodohan?”
افلا تتفكون؟
Average Rating
- Annas pada “Orang yang Mampu Menandingi Gus Maksum, Hanya Yai Imam!”, -Kisah Keteladanan Yai Imam
- Siti pada Fenomena Ghosob yang Mengakar
- RandaTapak pada Self-Improvement: Meniti Paradigma dengan Lensa Berbeda
- arrofiq pada Pentas Seni Malam Literasi Menuju 1 Dasawarsa Pers Mahrusy
- Elnahrowi pada Tips dan Trik Dibalik Siswi Madin Berprestasi & The Best 1002 Nadzom Alfiyah