SANTRI DAN KEHIDUPANNYA
Dalam kehidupan pastilah ada yang namanya jatuh dan bangun. Dan hal ini tidak hanya terlaku pada pengusaha, pegawai dan petani akan tetapi juga terlaku pada santri. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia santri mempunyai dua arti, yaitu orang yang mendalami agama islam dan orang yang taat beribadah dengan sungguh-sungguh atau orang yang saleh. Jatuh bangun seorang santri lebih beragam daripada mereka para orang diluar pesantren karena santri hidup dalam kesederhanaan. Jatuh bangun santri dalam hal tholabul ‘ilmi adalah malas belajar, malas hafalan, malas jamaah, telat kiriman, dan juga melanggar aturan pondok pesantren.
Syekh Abdullah bin Malik Al-Andalusi bersyair dalam kitab Alfiyyah nya
للرفع و النصب وجر نا صلح * كا عرف بنا فاء ننا نلنا المنح
Santri intelektual yaitu yang mampu mengadaptasikan diri dengan keadaan sekitarnya. Dengan reputasi fleksibel bersama golongan elite okey, golongan menengah okey, dan dengan golongan bawah pun okey. Karena itu santri bisa hidup bahagia dimanapun dan kapanpun.
Dari pernyataan diatas bisa diambil kesimpulan, selain mempelajari ilmu agama santri juga diajarkan untuk bisa memposisikan dirinya dengan baik dalam suatu lingkungan. Dari kata Karena itu santri bisa hidup bahagia dimanapun dan kapanpun harus dibuktikan, selain santri yang bahagia, santri juga harus membuat orang disekitarnya bahagia karena santri adalah sumber kebahagian, mengapa demikian ? Karena seseorang yang dekat dengan seorang yang berilmu pastilah akan mempunyai rasa tenang dalam hatinya dan ketenangan hati adalah sumber kebahagian yang abadi.
Selain harus berilmu santri juga harus berakhlak baik karena orang berakhlak mempunyai level diatas orang berilmu. Selain akhlak kepada diri sendiri santri juga harus berakhlak kepada gurunya karena guru adalah seseorang yang telah membebasakan dari kebodohan juga telah disebutkan dalam Kitab Alala “bahwa guru lebih utama dari orang tua karena guru ibarat mutiara dan orang tua ibarat karangnya”. Seperti yang dikatakan oleh KH. Ahmad Marzuqi Dahlan santri iku mikul duwur mendem jero yang artinya menjaga martabat guru dan pesantren dan menyimpan serapat-rapatnya jika punya kekurangan. Setiap orang pasti mempunyai kekurangan walaupun dia seorang kyai ataupun guru, oleh karena itu sebagai seorang santri kita harus bisa menutup rapat kekurangan kyai dan guru kita dipesantren.
Santri juga erat sekali kaitannya dengan kata tirakat. Tirakat adalah menahan hawa nafsu agar apa yang diinginkan mudah tercapai juga untuk mendapat ridho dari Allah SWT. Tirakat yang paling dianjurkan adalah mempeng dalam menggunakan waktu seperti yang dikatakan Agus Reza Ahmad Zahid dalam Acara Orasi Kebangsaan bersama Gus Miftah November 2021 di Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah 3 Riyadhoh santri itu mempeng dengan menggunakan waktu sebaik-baiknya dengan tetap mempeng isyaallah minimal bisa seperti Gus Miftah. Dalam berbagai pepatah sering disebutkan bahwa waktu adalah uang dari sini bisa kita simpulkan bahwa waktu adalah segala-galanya oleh karena itu kita harus pintar dalam memanajemenkan waktu. Ingat ! Waktu yang telah berlalu hanya akan menjadi masa lalu tanpa bisa diulang kembali dan esok adalah waktu yang harus digunakan untuk memperbaiki masa lalu. Karena hari esok harus lebih baik dari hari ini. Wallahu’alam.
Oleh : Ahdatunnasibah