Santri dan Kesadaran Jurnalistik
Dalam buku The Fourth Industrial Revolution, konsep revolusi 4.0 yang dicanangkan pertama kali oleh Prof. Klaus Schawb bahwasannya revolusi 4.0 telah merubah hidup dan cara kerja manusia mulai dari teknologi dan informasi, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Perubahan ini menuntut generasi untuk lebih tampil eksis di zaman modern. Akhir akhir ini yang sedang menggoyangkan dunia ialah belum usainya revolusi “4.0”. Kita kembali dikagetkan dengan munculnya society 5.0 yang harus kita hadapi dengan jiwa lebih kritis, realistis, dan agamis.
Era yang baru ini menjadi ancaman dan juga peluang besar bagi generasi masyarakat untuk meningkatkan soft skillnya sehingga mampu bersaing di panggung panasnya peradaban. Pers Mahrusy merupakan lembaga di bawah naungan Yayasan Al-Mahrusiyah yang sekaligus sebagai pemerhati terhadap literasi dan Jurnalisme Pesantren. Pers Mahrusy sebaga wadah untuk menyalurkan berbagai macam bakat santri, baik berupa kepenulisan, fotografer, karikatur, public speaking maupun lainnya.
Tugas pokok Pers Mahrusy ialah menerbitkan majalah, menerbitkan pembukuan, meliput, mempublikasikan acara, serta menjadi konten kreator diberbagai sosial media. Pers Mahrusy sebagai wadah penting dalam kemajuan literasi dan teknologi, sebab itu santri harus mampu tampil percaya diri didalam panggung megahnya peradaban.
Tidak hanya fokus pada penerbitan Majalah, Pers Mahrusy terbagi menjadi tiga Divisi, diantaranya Divisi Media Cetak yang mengelola penerbitan majalah, bulletin, bahkan situs blog ataupun web. Divisi Media Kreatif yang mengelola video dan perfilman, serta dokumentasi dan peliputan acara, biasanya ini di publish lewat akun youtube “elmahrusy media”. Media Sosial yang mengelola akun sosial seperti: ig, fb, twitter, sampai tiktok.
Pers Mahrusy merupakan sebuah gerbang utama segala macam informasi yang bisa dinikmati oleh berbagai kalangan, baik alumni, pemerhati, maupun masyarakat khalayak umum. Pers Mahrusy mempunyai beberapa visi misi Ngaji Jurnalistik diantaranya yaitu mempersiapkan generasi yang mampu melek media dan informasi, membangun benteng pemikiran generasi muda, mempersiapkan para jurnalis yang memang benar–benar sesuai dengan kode etik jurnalistik, dan bijak menggunakan media sosial yang ada.
Ditengah majunya zaman dan canggihnya teknologi, jurnalistik menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Dengan ber-jurnalistik kita dapat memperoleh beberapa keuntungan seperti mengasah kemampuan menulis, bertemu para jurnalis profesional, mempertajam analisis, ide kritis, inovatif dan kreatif, kemudian peluang karirpun lebih luas.
Mungkin di pesantren sendiri banyak santri yang tak paham bahwa ilmu jurnalistik diambil dari kitab-kitab kuning karya mushonif besar, secara tidak langsung kiai dan santri telah menikmati ilmu jurnalistik hasil karangan para mushonif.
Jurnalistik sendiri juga merupakan bidang profesi yang mengusahakan penyajian informasi tentang kejadian atau kehidupan sehari-hari (pada hakikatnya dalam bentuk penerangan, penafsiran dan pengkajian) secara berkala, dengan menggunakan sarana-sarana penerbitan yang ada. Dengan demikian, santri maupun masyarakat luar hendaknya wajib mengenal dan memahami jurnalistik agar tidak menjadi objek pasif media massa.
Ada dua alasan yang mendasari pentingnya berjurnalistik. Pertama, jurnalistik sangat mempengaruhi kita dalam hal pemberitaan. Jurnalistik dapat membentuk realitas dengan nyata atau bahkan rekayasa. Dimana letak salah dapat dipandang benar ketika dibentuk sebagai kebenaran atau bahkan sebaliknya.
Perkembangan zaman yang begitu pesat, pertumbuhan teknologi yang cepat, diperkirakan akan mematikan keberadaan jurnalistik, sehingga muncul istilah “zombie instituution”.
Kedua, kemajuan teknologi berimbas pada pertumbuhan media baru, etik, dan aturan jurnalistik yang sudah lama digunakan dan ditaati lambat laun menjadi tergerus dan terhilangkan. Oleh karena pertumbuhan media baru harus diiringi dengan penguatan jurnalistik yang ada. Sebab jika tidak, yang ada adalah kebohongan dan adu domba. Karena jurnalistik memiliki peran penting dalam membentuk tatanan masyarakat yang ideal, maka mempelajari jurnalistik mutlak harus dilakukan oleh setiap orang.
Jurnalistik memiliki fungsi yang beragam bagi pengguna media, berfungsi juga sebagai filter untuk memilah berita baik dan buruk sehingga masyarakat tidak salah dalam menerima berita.Kemudian bagi jurnalis sendiri, jurnalistik adalah sebuah alat dalam memproduksi berita sehingga ketika berita itu di publish pada masyarakat, berita tersebut layak dikonsumsi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Jika seorang jurnalis sendiri tak berpegang teguh dengan kode etik jurnalistik yang ada, maka populasi hoax akan memuncak dengan hebat. Begitulah singkatnya.
Dengan adanya beberapa hal tersebut, maka harus ada suatu kegiatan yang berisikan ilmu dasar berjurnalistik di berbagai kalangan, tak lain juga seorang santri yang notabene hidup dengan kesederhanaan bahkan jarang yang melek adanya jurnalistik. Jika kita kiblatkan ke Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah, maka sama halnya kegiatan yang diadakan di lembaga formal MA Al-Mahrusiyah, yaitu “Ngaji Jurnalistik”.
Kegiatan ngaji jurnalistik menjadi jawaban tepat ketika seorang santri krisis ilmu jurnalistik. Salah satu tujuan Ngaji Jurnalistik sendiri yaitu menjadikan generasi yang melek media dan informasi, mampu berlaku bijak dengan media sosial, membangun benteng pemikiran agar tidak mudah termakan berita yang tidak jelas asal-usulnya juga sebagai kegiatan untuk mengasah kemampuan para generasi yang kelak akan menjadi jurnalis–jurnalis yang berlaku jujur, objektif serta bertindak sesuai kode etik jurnalistik.
Oleh : Ahdatunnasibah dan Mufrodatul H.