Orkestra bagi kalangan santri masih terdengar asing. Santri lebih akrab dengan musik banjari, habsyi hingga marawis yang indentik dari timur tengah. Namun, di puncak acara resepsi satu abad NU pada selasa (07/02) pagi, justru malah menampilkan orkestra yang dipimpin oleh Maestro kenamaan Indonesia, Addie Muljadi Sumaatmadja atau akrab kita sapa Om Addie.
Orchestra Om Addie yang membius jutaan nahdliyin itu seolah memberi angin segar kepada santri, bahwa orkestra juga perlu untuk dijajaki. Menanggapi hal tersebut, penulis menyinggung langsung dengan Om Addie mengenai santri dan potensinya dibidang orchestra.
Om Addie mengawali dengan banyaknya pihak yang masih tidak suka dengan music orchestra, “Sebenarnya manusia itu diberi kemampuan untuk beradaptasi dalam segala hal, sesuatu yang dianggap biasa akhirnya perkenalan, ada yang menganggap suka dan ada yang menganggap tidak suka” Terang Om Addi menyinggung pro-kontra music Orchestra.
“Seringkali Yang menjadi pengganggu adalah adanya sikap, menolak, ekspresi dan anti. Semisal ada kepercayaan biola itu diaggap alat musik agama tertentu, pohon cemara diaggap memlilki agama, bayangkan kalau semua benda itu dipegang dan digunakan oleh non-muslim akhirnya kita nggak punya apa-apa” Sambung peraih penghargaan Indonesian Choice Awards 2015 ini.
Lalu Om Addie menganalogikan music dengan sisi kemanfaatan handphone, dimana produsennya bukan orang muslim, tetapi mayoritas umat muslim menggunakan, Pendiri Twilite Orchestra ini juga sepakat dengan apa yang diajarkan NU,
“Nah yang saya suka di NU itu sering mengajari ajaran-ajaran moderat. Jangan terlalu ekstream, nanti akhirnya terlalu konyol, konyolnya apa? Ini kafir, sedikit sedikit kafir. Kalau memang sedikit-sedikit kafir jangan naik mobil, naik onta saja, jangan makai jam, karena rosulullah tidak makai jam” Tegasnya.
Cara Santri Mengawali berkecimpung di Orkestra
“Cara mulainya bagaimana? Suatu prasangka buruk itu jangan ada dulu, bersihkan jiwa. Jangan berprasngka terus. Kalau toh ada yang berbeda memang tuhan menciptakan kita berbeda, kalau toh mau, tuhan bisa menciptakan kita sama. Jadi hargai perbedaan itu, toleransi.” Terang Komponis berusia 63 tahun ini.
Lalu Om Addie merefleksikan sholawat asghil yang biasanya tidak memakai Iringan ketika memakai iringan orkestra bisa enak. Melihat seperti itu Om Addie mencegah santri untuk tidak apriori, “Kadang-kadang kita sudah apriori dulu kok ini seperti itu, coba jujur sama sendiri” Tegasnya.
Kemudian ia menceritakan ketika istrinya mendengarkan lagu ‘Allah hey’ yang akan ia tampilkan di resepsi puncak satu Abad, istrinya terharu sampai menangis, nangis bangga, menangis haru. Melihat respon istrinya yang seperti itu Om Addie mengajak santri untuk jujur dengan apa yang dirasakan dari mendengar musik.
Lebih lanjut ia menceritakan pengalamannya, bahwa pernah main musik di kampus tahun 2000, begitu selesai, ada tulisan “jangan menonton konser kafir” gara-gara mereka menganggap biola itu dari barat dan barat itu kafir,
“kalau umat islam pola pikirnya seperti itu terus ya tidak akan maju. Hilangkan prasangka dan apriori dulu, berbeda itu indah, kalau berbeda agama itu urusan dia” Tegas Om Addy.
Lalu Komponis yang sudah malang melintang di dunia internasional ini menyatakan, bahwa tidak ada ajaran di hadits atau alquran yang menerangkan secara ekplisit (music) itu haram. Kalaupun ada itu kan khilafiyah, kalau beragama, menurut Om Addi itu harus memakai akal, kontekstual dan tidak tekstual. Kalau tidak memakai akal terlalu jumud terlalu sempit berpikirnya.
Setelah tidak Apriori lagi terhada orkestra, baru tahap selanjutnya bagi santri adalah memulai latihan, “Jujur, apa yang kamu rasakan, keindahan, keharuan, membikin kita tenang, kenapa enngak (mencoba latihan)? Setelah itu pelajari, di Youtube banyak tutorialnya.” Tegasya.
Menurutnya lagi, (orkestra) itu kaya rokok, kalau bikin tenang ya halal kalau mebuat tubuh dalam bahaya ya haram. Terakhir Ayah dari Kevin Aprilio ini menegaskan bahwa santri bisa berkecimpung di orchestra, “Semua bisa, prasangka, apriori itu dihilangkan dulu, terhadap apapun, terhadap semua”, Pungkasnya.