Santri Ideal
Apa yang terlintas di pikiran jika mendengar kata santri? sarungan, pecian, kitab kuning, patuh terhadap Kiai? Tak hanya sekedar itu, tak sedikit dari masyarakat luas yang beranggapan bahwa santri adalah kaum proletary yang tertinggal perkembangan zaman. Keseharian yang hanya fokus pada belajar dan huruf-huruf arab itu menjadikan beberapa sisi kehidupannya terkena dampak di kemudian hari. Santri selalu mendapat stigma miring dan kuno. Meski seperti itu jangan dijadikan alasan untuk kalah saing dan jiper dengan mereka, jebolan luar. Jangan menyerah. Kita santri, punya tanggung jawab yang besar. Kita buktikan. Mungkin timbul pertanyaan, bagaimana caranya menjadi santri ideal?
Ada 4 hal yang membuat santri itu ideal;
- Spiritual.
Dengan hidup di dunia keilmuan, dengan buku-buku dan guru-guru, aspek ini perlu dimaksimalkan. Mencari ilmu selain karena perintah Nabi, tholabul ilmi faridhotun ala muslimin wal muslimat, juga merupakan tuntutan hidup. Kehidupan luar yang rusak dan keras menuntut setiap orang membekali dirinya dengan ilmu agama. Santri dan mereka yang terjun menyelami ilmu agama dalam kelompok keberuntungan مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ. Pondok Pesantren adalah jawaban bagi kita selaku Umat Islam untuk lebih mengenal dan mendalami Islam. Semua kegiatan telah diatur sedemikian rupa. Terjadwal dari bangun tidur sampai tidur lagi. Santripun diajarkan berbagai disiplin ilmu sesuai tingkatan dan kemampuan belajarnya masing-masing. Semua fan ilmu dan komplit diajarkan oleh para pengajar yang berkompeten; nahwu, shorof, fiqih, akhlak, Tarikh, balagoh, mantiq, tauhid, ushul, tafsir, tasawuf. Tak kalah dengan jebolan luar. Semua ilmu itu dilahap santri dan perlahan dan mendalam. Dengan hal itu, menjadikan santri kokoh spiritual.
- Intelektual.
Tak mengecualikan sanyri untuk mengenyam ilmu formal. Hal ini menolak anggapan bahwa santri melulu hanya belajar kitab kuning dan stagnan. Padahal banyak pondok pesantren yang mengizinkan atau bahkan memiliki lembaga pendidikan formal sendiri, baik dari TK sampai perguruan tinggi. Demi terciptanya santri yang invloed. Hingga, santri pun bisa wisuda. Bisa jadi sarjana. Dalam hal ini, tak mudah, memforsir waktu, tenaga, dan pikiran di 2 dunia; pesantren dan formal. Mengurusi ngaji, hafalan, cucian, makan, pergaulan, tugas-tugas perkuliahan, juga impian-impian itu. Itu benar-benar dilakukan santri. اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ Dengan segala kesusah payahan itu, menjadikan santri cerdas intelektual.
- Sosial.
Sosial menjadi aspek penting bagi santri. sejak dari pondok telah dijejali dengan kehidupan yang majemuk dan heterogen, bertemu banyak orang dan sifatnya yang berbeda, telah mengajar santri akan ilmu bersosial. Belum lagi dengan berbagai organisasi yang diikuti, entah dalam lingkungan pondok pesantren ataupun lingkungan kampus, dunia formal. Bersosial itu penting. لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِه. Ilmu-ilmu sosial itu nantinya baru akan terasa bagi santri ketika sudah pulang ke rumahnya masing-masing. Pasti santri akan bertemu dengan beragam macam orang. Dituntut berbuat baik, mengamalkan ilmu pada orang-orang yang berbeda strata dan sifat itu tak mudah. Pasti akan ada kendala. Tetapi dengan ilmu sosial yang didapat dari pondok pesantren di dunia formal membuat santri bijak bersosial.
- Finansial.
Sebagai makhluk hidup, kita butuh uang untuk segala kebutuhan. Apalagi santri, telat kiraman juga termasuk dari kata-kata yang berbau creepy. Semua orang tentu mendambakan hidup dengan masa depan yang cerah dan menjanjikan. Keluarga harmonis, rumah nyaman, pekerjaan lancar. Itu yang diharap. Mengamalkan ilmu dan bermanfaat pun bisa dengan tenang. Santri harus memikirkan finansial ini. وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ. Finansial adalah hal yang penting dalam dunia yang semakin hingar binger, kebutuhan yang melonjak, dan dakwah bil mal hal yang efektif. Kita harus meng-schedule kehidupan ke depan mulai dari sekarang. Mau ke mana dan mau jadi apa. Memang, takdir tidak ada yang tau. Tapi, apa salahnya kita mengkonsep dan mempersiapkan mulai dari sekarang. Mempersiapkan usaha, do’a, dan tawakal. Santri jangan menanamkan mindset miskin dan mengemis. Santri harus kaya. Santri harus mapan finansial.
***