Santri Ojo Nganti Ninggalno Ngurip-Uripi Malem Riyoyo
Ada dua Malam Hari Raya yang sangat utama sekaligus banyak dinantikan oleh seluruh umat muslim dipenjuru dunia yaitu, Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha. Menyambut kemenangan adanya malam tersebut sebagai orang muslim sudah selayaknya lebih khusyuk dalam menambah aktivitas beribadah. Namun pada kenyataannya di Malam Idul Fitri ini kebanyakan orang kurang beribadah dan di Malam Idul Adha sama sekali tidak beribadah bahkan kebanyakan orang menganggap tidak ada spesialnya sama sekali. Hal ini tidak dibenarkan, karena seperti yang dicontohkan oleh Sahabat Ali bin Abi Tholib Karamallahu Wajhah, beliau tidak pernah beribadah sehebat dua malam itu (Malam Idul Fitri dan Malam Idul Adha) artinya, setiap malam beliau beribadah dengan hebat tetapi untuk dua malam tersebut tambah hebat. Kenapa? Karena kalau di dua Malam Hari Raya ini ibarat orang bekerja, gajian bulanan itu didapat daripada dua malam ini.
عَنْ أَبِى أُمَامَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « مَنْ قَامَ لَيْلَتَىِ الْعِيدَيْنِ لِلَّهِ مُحْتَسِبًا لَمْ يَمُتْ قَلْبُهُ يَوْمَ تَمُوتُ الْقُلُوبُ ».
Dari Abu Umamah, dari Nabi Shallallahu `alaihi Wa Sallam, beliau bersabda, “Barangsiapa yang menghidupkan malam hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha karena Allah dan mengharapkan ganjaran dari-Nya, maka hatinya tidak akan mati tatkala hati-hati itu mati.”
Sebagai seorang santri ini sudahlah menjadi sebuah kewajiban. Mbah Maimun Zubair pernah menyampaikan pesan KH. Abdul Karim kepada santrinya : “Sak makedut-makedute santri ojo nganti ninggalno ngurip urip malam riyoyo. (Sak bandel-bandele santri jangan sampai meninggalkan menghidupkan malam hari raya) menghidupkan disini bisa melakukan ibadah seperti solat ba’diyah isya dan ditambah sholat witir, takbiran, dll ). Tunaikanlah zakat, perbanyak shodaqoh, perbanyak membaca takbir, berhias diri (memakai pakaian baru), dan jangan lupa sholat hari raya.
Semoga kita semua dibukakan hati menuju yang lebih fitrah dan tidak tergolong orang orang yang mati hatinya. Karena kalau hati manusia sudah mati maka tidak akan bisa merasakan nikmatnya beribadah. Wallohu’alam[]
Oleh : Lidya D. Banowati