Terik matahari mulai menyapa kami para peserta khazanah yang selalu mengharap berkah. Sebelum sampai ke Makam Sayyid Sulaiman Mojo Agung Jombang, kami terlebih dulu singgah di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang.
Perjalanan dari Kediri ke Jombang memakan waktu sekitar satu jam, sehingga kami sampai di Pondok Pesantren Darul Ulum pada pukul 08.20. Kami langsung diarahkan dari parkiran menuju Gelora Abi As’ad Unipdu yang bisa ditempuh dengan jalan kaki selama 7 menit. Tersedia juga Hi-Trans (semacam kereta mini) bagi sebagian peserta dan panitia. Disana, kami disambut nasi soto dan sebotol air mineral lengkap dengan buah salak sebagai penutup sarapan pagi ini.
Penambahan rute ke Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang ini baru diagendakan H-1 sebelum khazanah dimulai. Agenda awal yang seharusnya berangkat dari Lirboyo pukul 09.00 WIB menjadi pukul 07.00 WIB. Penambahan rute ini lantaran terdapat Dzurriyyah Pondok Pesantren Darul Ulum yang sedang menempuh pendidikannya di Al-Mahrusiyah sekaligus menjadi peserta Khazanah. Ialah Ning Ilma, cucu dari Gurunya Ibu Nyai Hj. Zakiyyah Miskiyyah.
Setelah 2 jam singgah disana, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Makam Sayyid Sulaiman yang lokasinya di daerah Rejoslamet, Mancilan, Mojo Agung Jombang. Hanya butuh waktu sekitar 30 menit, rombongan tiba di Makam Sayyid Sulaiman. Pembacaan tahlil pun segera dimulai dengan kompak dan serempak, yang dipimpin oleh Beliau K.H. Reza Ahmad Zahid.
Siapakah Shohibul Maqbaroh yang kita ziarohi ini?
Beliau merupakan Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman bin Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar Basyaiban (Tarim-Hadlramaut-Yaman) yang nasabnya tersambung sampai Baginda Nabi Muhammad SAW dari jalur Sayyidina Hussein.
Sayyid Sulaiman lahir sekitar tahun 1571 M di daerah Cirebon. Beliau merupakan putra kedua dari pasangan Sayyid Abdurrahman dengan Syarifah Khadijah, cucu Raden Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Dalam histografinya, Sayyid Sulaiman adalah Pembabat alas Sidogiri atas titah Sunan Giri. Beliau harus berjuang habis-habisan untuk membabat Sidogiri. Tidak sekadar bekerja keras menebang pohon-pohon Sidogiri yang masih berwujud rimba, tapi juga harus bertarung melawan bangsa jin, sebab Sidogiri yang saat itu masih sangat angker dan menyeramkan, menjadi sarang makhluk halus dan markas para jin.
Hasil jerih payah Sayyid Sulaiman membawa berkah yang teramat besar bagi kehidupan beragama kaum muslim sampai sekarang. Perjuangannya mendirikan pesantren, melawan dan bergelut dengan tantangan, telah menorehkan napak tilas terciptanya apa yang kini kerap disebut dengan kentalnya moralitas agamis dan budaya Pesantren. Beliau berjasa mendirikan Pondok Pesantren Sidogiri dan juga menurunkan pewaris-pewaris perjuangannya.
Para pewaris perjuangannya termasuk para ulama pemangku Pesantren-Pesantren besar, mulai dari Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo, Pondok Pesantren Al-Muhibbin Surabaya, sampai Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan.
Semoga kita semua juga dapat meneruskan perjuangan Beliau dalam bidang Pendidikan, terutama Pendidikan agama khas kepesantrenan. Semoga barokah dari tawasul dan tahlil yang kita lafadzkan dapat menjadi perantara melangitnya doa-doa yang telah kita panjatkan. Aamiin.
Rombongan kembali ke bus masing-masing pada pukul 12.00 WIB dan melanjutkan perjalanan selanjutnya, yakni ke Makam Syaikh Jumadil Kubro di daerah Trowulan Mojokerto.
Baca perjalanan Khazanah 2024 selanjutnya di https://elmahrusy.id/5574-2/