web analytics
AD PLACEMENT

Seberapa Erat Kita dengan Sahabat

Ilustrasi Sahabat yang erat
AD PLACEMENT
2 0
Read Time:4 Minute, 19 Second

Saya sering melihat kiai muda, ketika diatas panggung bak Singa yang menggelegar suaranya menggetarkan telinga jama’ah, dihadapan santri pun kharismanya luar biasa. Kesan berwibawa itu benar-benar terasa.

Namun, hal itu sirna tatkala sudah bertemu sahabatnya, obrolannya menjadi cair, penuh canda tawa, seringklai dibumbui banyolan-banyolan ala-ala pesantren.

Diantara kita mungkin demikian, hanya kepada sahabat terdekat bisa berekspresi lepas tanpa sekat. Hal ini dikarenakan hubungan dengan sahabat sudah ‘mendarah daging’ ibaratnya keluarga tanpa KK, sehingga tahu semua mana yang disukai dan mana yang dibenci.

Mengenai Hal keakraban dengan sahabat, Syekh Atthailah Assakandari pernah menyelonjorkan kaki dihadapan sahabat-sahabatnya, lalu berkata
ترك الأداب بين أهل المحبّة أدب
“Meninggalkan tata krama ditengah-tengah orang yang saling mencintai merupakan adab itu sendiri”.
Meninggalkan adab ini berarti kita tidak perlu berbasa-basi lagi terhadap sahabat terdekat, bersikap apa adanya dan terkesan tidak menyembunyikan, maka tak salah sahabat menjadi tempat paling tepat untuk bercurhat.

AD PLACEMENT

Imam Junaid Al-Baghdadi juga pernah berujar bahwa,
اذا صحّت المحبّه سقطت شروط الأداب
“Jika cinta sudah kukuh, maka tidak butuh lagi unggah-ungguh”. Ujar Sang Imam Sufi ini.

Saking dalamnya cinta kita kepada sahabat, seolah-olah sudah benar-benar tiada sekat, maka sering kita dengar ketika kita dolan kerumah sahabat, “Tidak usah sungkan-sungkan, anggap saja rumah sendiri”. Bahkan seperti yang saya alami kemarin waktu kondangan dirumah sahabat di Rembang sana. Kita bersekongkol dengan teman-teman Ndalem untuk mengerjai si Pengantin Pria, bila dilihat orang biasa itu ‘nampak tak beradab’ namun itulah wujud ekspresi ke-erat-an kami, tak ayal video itu Fyp di Tiktok, hingga saya menulis artikel ini sudah 382.5 K Viewer.

Namun perlu dicatat dan di ingat, ketiadaan unggah-ungguh ini masih dalam lingkup syariat lho ya dan hanya berlaku kepada sahabat dekat tidak untuk orang awam.

Bahkan tak jarang, keakraban antar sahabat melebihi keakraban dengan saudara yang notabene tercantum dalam satu KK,  seperi dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya’nya,
وكان الحسن يقول كم من أخ لم تلده أمك
“Al-Hasan berkata: Banyak saudara yang tidak terlahir dalam rahim satu ibu”.

AD PLACEMENT

Menanggapi hal itu imam Ghozali berpendapat bahwa,

القرابة تحتاج إلى مودة والمودة لا تحتج الى قرابة
“Persaudaraan butuh kasih sayang dan kasih sayang tidak butuh persaudaraan “.

Realitasnya memang demikian, sesama saudara butuh adanya kasih sayang untuk menjaga tali persaudaraan, tetapi dalam persahabatan tidak butuh tali persaudaraan untuk saling memberi kasih sayang.

Bahkan kita juga sering tidak perhitungan dengan sahabat kita, cenderung nyah-nyoh, dan melahirkan sebuah kata-kata, “nek butuh ngomong wae gak usah isin”

AD PLACEMENT

Mengenai perhitungan ini, Imam Ghozali mengelompokkan hubungan sahabat berdasarkan harta dalam tiga derajat:

Pertama, Memposisikan sahabat seperti pembantu, maksudnya kita memberi harta yang kita miliki ketika harta kita sudah ada yang sisa baru kemudian diberikan kepada sahabat. Ini merupakan tingkat paling rendah, paling banyak ditemui dan mungkin saat ini kita sedang mengalami.

Kedua, Memposisikan sahabat layaknya kita sendiri. Istilah jawanya, “wekku yo wekmu, wekmu yo wekku” Posisi ini merupakan tengah-tengah dan kita sering menjumpainya di Pesantren, tatkala segala barang yang ada dipakai secara join.   Al-hasan berkata
كان احد هم يشق إزاره وبين أخيه
“Diantara mereka ada yang membagi sarung untuk sahabatnya”

Ketiga,
Derajat paling tinggi, dimana lebih memprioritaskan sahabatnya daripada dirinya sendiri. Seperti yang dilakukan Abu Husain Annuri, ketika dia dan sahabatnya mau dihukum mati oleh Khalifah, kemudian Abu Husain Maju terdepan untuk dieksekusi terdahulu, lalu ditanya mengenai sikapnya itu, lalu Abu Husain mennjawab,
أحببت أن أوثر إخواني بالحياة في هذه اللحظة
“Saya senang lebih mengutamakan sahabatku dengan kehidupan saat ini”.
Atas sikap “konco sakpedote nyowo” itu, Abu Husain dkk. tidak jadi di Eksekusi.

Lalu Bagaimana memilih sahabat yang ideal?

Nabi Saw. Bersabda مَنْ أَرَادَ اللهُ بِهِ خَيْرًا رَزَقَهُ خَلِيْلًا صَالِحًا إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ
“barang siapa di kehendaki baik oleh Allah, maka dia akan di beri teman yang sholih. Yang mana jika dia lupa -pada Allah-, maka teman tersebut akan mengingatkan, dan jika ingat, maka dia akan membantunya.”

Berdasar hadits diatas, sahabat yang baik adalah dia yang mengajak kita dekat dan Mengingat Allah Swt. Maka isitilah tidak lagi ‘konco sak pedote nyowo’, namun menjadi ‘konco tekan suwargo’.

Sebagian ulama salaf merekomendasikan kepada anaknya untuk jangan bersahabat kecuali kepada orang yang ketika kamu butuh dia mendekat, ketika kamu punya dia tidak toma’/ berharap dan ketika derajatmu tinggi dia tidak naik diatasmu.

Dan tentu sahabat yang erat adalah yang mau Mendoakan ketika sudah meninggal, karena doa sahabat itu mustajab seperti dalam Hadits
يستجاب للرجل في أخيه ما لا يستجاب له في نفسه

“Allah mengabulkan doa seseorang bagi suadaranya terhadap doa yang tidak  dikabulkan untuk dirinya”. Selain itu sahabat juga bisa menarik kita ke Surga, seperti yang dikatakan Ibnul Jauzi.
إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك

”Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Rabb kami, hambaMu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.”
Nah, seperti kemarin, yang kita harap  jodoh dunia hingga surga, tentu kita juga berharap sahabat kita Bersama hingga surga kelak. Aamin…
Sekian wallohu a’lam.

@Elnahrowi

About Post Author

Elnahrowi

Santri Pondok Al-Mahrusiyah yang suka Menulis dan Berjurnalis. Asal dari Sragen Jawa Tengah
Happy
Happy
100 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Santri Pondok Al-Mahrusiyah yang suka Menulis dan Berjurnalis. Asal dari Sragen Jawa Tengah

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Kelelawar yang Mencari Ilmu

Kelelawar yang Mencari Ilmu

Menjadi Bu Nyai dan Kiai Tanpa Pesantren

Menjadi Bu Nyai dan Kiai Tanpa Pesantren

Lebih dari Sekadar Minuman

Lebih dari Sekadar Minuman

“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

“Jangan Tanya Apa Saya Mau, Tanyakan Apa Saya Boleh!”

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Air

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

Al-Hikmah Fi Makhluqatillah: Laut

AD PLACEMENT