Sejarah Hari Kasih Sayang
Kasih sayang, sudah lekat dengan kita jika setiap tanggal 14 Februari selalu diisi dengan perayaan Valentine Day’s. Hari di mana orang-orang mengungkapkan rasa cintanya dalam bentuk apapun, dari bertukar kado, coklat, atau hanya sebuah ucapan. Cinta memang sering membuat kita bingung, para ahli pun tidak sependapat dalam mendefinisikannya. Cinta itu tidak dilarang, hanya tinggal bagaimana cara kita dalam menyikapi cinta itu sendiri. Orang kristiani memfasilitasi cinta dengan Valentine Day’s. Kita sebagai orang muslim bahkan dianjurkan untuk saling berkasih sayang tidak hanya pada Valentine Day’s saja, melainkan di mana pun dan kapan pun. Memang bagaimana sejarah Valentine Day’s sampai bisa dianggap sakral bagi kaum kristiani.
Berpijak pada sejarahnya, nama Valentine diambil dari seorang uskup di Terni, Italia, yang bernama Santo Valentine alias Valentinus. Mulanya di tahun 269 M, St. Valentine yang begitu baik hati tidak mensetujui keputusan Kaisar Claudius II yang melarang para muda-mudi untuk menikah dan memadu kasih. Kaisar berpendapat bahwa pemuda harus melajang agar menjadi seorang tentara yang fokus dengan peperangan. Namun, Valentinus menolak keputusan kaisar, dia merasa bahwa itu tidak adil, bahkan secara diam-diam dia tetap menikahkan pasangan muda. Valentinus ingin, ada kemerdekaan dalam percintaan.
Sayangnya Valentinus ketahuan, Kaisar Claudius II memenjarakannya lalu menghukumnya dengan hukuman mati di tanggal 14 Februari yang ditetapkan kaum kristiani menjadi Valentine Day’s. Ada yang mengatakan, sebelum dieksekusi Valentine sempat jatuh cinta kepada anak sipir penjara yang minta disembuhkan dari kebutaan. Setelah anak sipir itu sembuh, Valentine mengirimkan surat padanya, di situ tertulis “From Your Valentine” kalimat yang sampai sekarang masih sering digunakan di hari Valentine.
Versi lain mengatakan, bahwa sebelum ditetapkan menjadi Valentine Day’s, 14 Februari menjadi hari dirayakannya tradisi Romawi Kuno, Lupercalia. Tradisi di mana para laki-laki menyembelih kambing dan terkadang anjing untuk diambil kulitnya. Lalu, kulit hasil sembelihan itu digunakan untuk mencambuk para perempuan, mereka yakin jika cambukan itu akan menambah kesuburan dan meringankan rasa sakit saat melahirkan. Namun di akhir abad 15 tepatnya di tahun 494 masehi, Paus Gelasius I melarang tradisi ini karena dianggap tidak sesuai dengan doktrin gereja. Akhirnya, tradisi ini pun digantikan dengan Valentine Day’s.
Dalam agama Islam, juga ada hari kasih sayang tepatnya yaumul marhamah, hari kasih sayang. Hari di mana Rasulullah Saw dan para sahabat berhasil merebut Kota Mekkah, setelah menghadapi Kaum Kafir Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 10 Ramadhan tahun 8 Hijriyah/630 Masehi. Pengambilan nama Yaumul Marhamah diambil dari deklarasi langsung Nabi Muhammad Saw, saat para Kafir Quraisy ketakutan sampai menamai peristiwa ini dengan Yaumul Malhamah, hari pembahasan. Mendengar nama itu, Rasulullah Saw mengatakan “Inna hadzal yaum laisa yaumul malhamah, walakinna hadzal yaum yaumul marhamah” (sesungguhnya hari ini bukanlah hari pembalasan, melainkan hari ini adalah hari kasih sayang) Nabi pun merealisasikan apa yang beliau utarakan. Setelah peristiwa Fathul Makkah selesai, Rasulullah Saw memaafkan kaum Kafir Quraisy bahkan menyisihkan harta Ghonimah untuk mereka. Menunjukan agama Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan Lila’lamin).
Wallahu a’lam.