Acara ini digelar dimasing-masing Asrama Pondok Putri dan berlangsung sangat meriah. Ketua Pondok Asrama Darur Rosyidah menyampaikan, ”Lalaran dipilih sebagai lomba wajib dalam perayaan harlah, yang pertama karena lalaran adalah salah satu ikon yang sangat mencerminkan pondok, terutama pondok salaf, karena lalaran itu memang adanya hanya dipondok salaf. Dan dalam penilaian lalaran itu juga ada yang namanya kekreatifan serta kelancaran nadhom yang salah satunya untuk memacu teman-teman dalam menghafal nadzom. Yang kedua karena harlah dengan ujian-ujian itu berdekatan, jadi bagaimana kita menilai teman-teman dalam segi hafalannya. Terakhir, lalaran itu memang tidak pernah luntur sampai sekarang, karena teman-teman itu sangat semangat sekali kalau disuruh lalaran seperti sebagai ajang untuk menunjukan kekreatifan mereka dan juga membawa nama baik ustadz atau ustadzah mereka. Bahkan dari pertama saya masuk disini, lalaran tidak pernah tidak diadakan, lalaran itu selalu ada. Karena memang lalarannya temen-temen itu bagus, selain untuk memacu kreatifitas juga memacu hafalan mereka,”– Ujar Ustadzah Nur Khijja Fiddari selaku Ketua Pondok Asrama Darur Rosyidah.
Acara yang berlangsung kurang lebih selama 2 jam ini mendapat respon yang spektakuler dari para dewan juri, “Lalaran itu bagaimana agar terdengar meriah, entah itu ada tiga sesi, dua sesi, atau bahkan empat sesi lagu, dibeberapa sesi tersebut kalian harus menunjukan sesi yang paling meriah. Karena ini lalaran bukan qiro’ah yang dinilai dari segi kekompakan bukan kebagusan suara. Entah suara bagus, sedang, atau dibawah rata-rata jika didengar kok meriah ya ini yang dinamakan lalaran. Cari lagu yang sekiranya meriah, antara yang nabuh dan vokal juga harus serasi dan meriah. Misal sesi pertama dengan nada yang kalem kemudian meriah, tambah meriah, dan kembali lagi ke nada yang kalem. Intinya, setidaknya salah satu sesi ada yang ramai, semuanya the best hanya saja dari yang kreatif ada yang lebih kreatif,” Terang Ustadz Shofiyul Anwar terhadap lagu yang dibawakan oleh masing-masing delegasi.
“Saya merasa senang bisa diberi kesempatan datang kesini, saya jadi tahu kelebihan kalian diluar kelas. Saya bangga dengan kalian yang ternyata banyak menyimpan kelebihan, karena kelebihan masing masing orang sebenernya sama cuma tempatnya yang berbeda. Kalau saya nggak kesini saya nggak tau sama kalian diluar kelas. Walaupun kalian ada di pesantren yang serba keterbatasan, tapi kalian paham banget sama yang sedang viral di sosial media. Belajar seni yang menarik itu boleh, tapi jangan yang terlalu ekstrim.”- Ujar Ustadz Ahmad Effendi Kamaluddin selaku Mustahiq Madrasah Diniyah dan Juri Lomba Lalaran.
Tanggapan selanjutnya di sampaikan oleh pelatih banjari yang akrab dengan sapaan Bang Frendy, beliau tidak berkomentar banyak. Beliau berkata bahwa”Saya masih amatir untuk menjadi juri di pondok putri.”, jadi beliau hanya berkomentar,”Secara keseluruhan penampilan sudah bagus, beberapa penampilan terkesan unik dan luar biasa. Intinya yang menang jangan berbangga hati dan yang kalah jangan berkecil hati.”
Akhir penampilan bertepatan dengan kelas tamatan Madrasah Diniyah kelas 3 Aliyah. Dalam akhir penampilannya dibacakan sebuah bait puisi sehingga acara lebih khidmat.
Imam ibn Malik Al Andalusy….
Tokoh masyhur dibalik perjuangan para santri
Mahakarya yang sampai saat ini diperjuangkan
Dan akan menciptakan kenangan
Alfiyyah……
Untukmu kami takkan menyerah
Bait bait indah kami lantunkan tanpa lelah
Karna kami tahu setiap hurufmu menyimpan berkah
Yang dijadikan lantaran sebab khusnul khotimah
Ya syaikhona….
Ridhoi para pejuang dimanapun berada
Terkhusus kami KANZA 22
Wallohualam[]
Oleh : Annisa Miftahurrohmah