Di dalam agama Islam, kualitas iman seseorang dapat diukur dengan komitmennya terhadap penegakan ajaran Islam, baik kaitannya dengan pribadi maupun kemasyarakatan. Salah satu tolok ukur yang dapat dilihat dalam hubungannya adalah komitmen penegakkan umat Islam terhadap rukun iman yang ada.
Contohnya bisa kita ambil dari rukun Islam yang kedua, yaitu sholat. Sebuah hadist yang sering kita denga;
الصلاة عماد الدين فمن اقامها فقد اقام الدين ومن تركها فقد هدم الدين
“Sholat adalah tiang agama, barang siapa menegakkannya, berarti ia menegakkan agama dan barang siapa meruntuhkannya, maka berarti ia meruntuhkan agama”
Memperhatikkan bunyi hadist diatas, lalu menengok kenyataan yang ada saat ini, maka kita akan merasa prihatin, karena ternyata masih terdapat ketidaksesuaian antara pelaksanaan ibadah shalat dengan warna kehidupan sehari-hari, contohnya masih banyak umat muslim yang enggan untuk melaksanakan sholat padahal jika kita menilik fungsi sholat, sebagaimana yang di sebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Ankabut ayat 45,
ان الصلاة تنهي عن الفحشاء والمنكر
“Sesungguhnya sholat itu mecegah perbuatan keji dan munkar “
Juga firman Alllah dalam Al-qur’an surat thoha ayat 14
و اقام اصلاة لد كرى
“Dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku”
Dari sini bisa disimpulkan bahwa sholat yang kita kerjakan masih sebatas kegiatan rutin yang bersifat ritual belaka, semestinya ibadah sholat yang dilaksanakan oleh umat Islam telah membawa revolusi mental yang dahsyat di tengah masyarakat, namun semua itu belum nampak sebagai kenyataan yang kita saksikan, masih terjadi pelanggaran-pelanggaran baik hukum, etika, moral kekerasan dan sejenisnya. Perbuatan itu terjadi di tengah msayarakat yang mayoritas penduduk Islam.
Melihat kondisi yang demikian, sebagai umat Islam mesti melakukan usaha yang serius dan tanpa henti untuk mempertemukan ibadah dan nilai-nilai yang terkandung di dalam nya.
Sebagai manusia tentu senantiasa mendambakan ketenangan, keseimbangan, ketentraman, baik dalam konteks pribadi ataupun kemasyarakatan. Maka kita jugalah yang harus memulai berusaha melangkah dan berikhtiar untuk mewujudkannya. Tanpa perlu menunggu orang lain untuk melakukannya.
Dan sebagai langkah awal adalah dengan menghayati serta menjiwai ibadah-ibadah yang kita laksanakan. Dari sana nanti akan tumbuh kesadaran kolektif antar sesama yang berujung pada terciptanya masyarakat religius, baik secara spiritual maupun sosial.
Oleh: Muhammad Oky Mabruri Ar-rohman