Sunan Pandanaran II atau Sunan Tembayat atau Sunan Mbayat, salah seorang tokoh kiai yang sangat disegani di daerah Jawa Tengah. Memiliki nama asli Sayyid Maulana Muhammad Hidayatullah, dengan gelar Pangeran Mangkubumi, Susuhan Tembayat, dan Wahyu Hidayat. Kehidupan beliau sangat erat kaitannya dengan sejarah berdirinya kota Semarang. Tepatnya mertua beliau, Sunan Pandanaran I atau Ki Ageng Pandanaran anak dari Prabu Brawijaya V yang merupakan raja terakhir Kerajaan Majapahit. Sunan Pandanaran I menikah dengan Nyai Endang Sejanila, yang putrinya dinikahkan dengan Sunan Bayat.
Setelah resmi menjadi menantu, beliau diangkat menjadi adipati semarang. Di masa jabatannya, beliau terkenal sebagai pemimpin yang adil dan bijaksana. Namun, seiring berjalannya waktu kebijaksaan beliau seakan luntur, sehingga banyak ditemukan masyarakat yang jauh dari kata sejahtera. Sehingga Sunan Kalijogo pun diutus untuk menyadarkan Pangeran Mangkubumi, banyak versi tentang bagaimana Sunan Kalijogo dapat menyadarkan Pangeran Mangkubumi. Hingga akhirnya beliau melepas jabatan dan memutuskan untuk menuntut ilmu pada Sunan Kalijogo.
Sunan Mbayat, terkenal dengan falsafahnya yaitu “Patembayatan” yang berarti gotong royong dan musyawarah. Dalam proses dakwah, beliau bersandar pada metode guru-guru beliau yaitu Walisongo yang mengkolaborasikan budaya dengan ajaran Islam. Itu terbukti dari adanya candi di komplek pemakaman Sunan Pandanaran di bukit Jabalkat.
Ada yang menceritakan bahwa Sunan Mbayat merupakan wali pelengkap Walisongo, meski tidak termasuk dari Walisongo itu sendiri. Konon, beliau diangkat sebagai pengganti Syekh Siti Jenar yang menyebarkan ilmu tinggi pada orang yang belum mumpuni, sehingga membahayakan baik bagi masyarakat maupun berlangsungnya dakwah Islam di Nusantara. Akibat tindakannya ini, para Walisongo sepakat untuk membunuh Syekh Siti Jenar, Sunan Kalijaga pun dipilih sebagai eksekutor. Sebagai penggantinya Sunan Kalijaga memilih muridnya sendiri yaitu, Sunan Mbayat. Sunan Mbayat pun dipilih untuk menggantikan Syekh Siti Jenar sebagai orang yang ikut mendakwahkan ajaran islam di Tanah Jawa.
Kisah menarik saat beliau ingin menuju ke Bayat, bersama istrinya. Ternyata istri beliau membawa tongkat yang isinya adalah berlian. Tongkat ini diincar segerombol perampok, namun dengan izin Allah beliau terselamatkan, setelah segerombol perampok itu mencoba merebut paksa sehingga terjadi perkelahian antar Sunan Bayat dan Perampok tersebut. Anehnya, setelah kejadian tersebut kepala ketua perampok itu berubah menjadi kepala domba. Ketua perampok dan anak buahnya pun memutuskan untuk bertaubat dan belajar agama kepada Sunan Bayat, Kepala Perampok itu pun menjadi seorang yang alim ilmu agama dan terkenal dengan julukan Syekh Domba.
Terimakasih
Wallahu A’lam.