Sunan Muria merupakan tokoh Wali Songo yang paling muda usianya. Sebagaimana ayahnya, Sunan Muria berdakwah melalui jalur budaya. Sunan Muria dikenal sangat piawai menciptakan berbagai jenis tembang cilik jenis sinom dan kinanthi yang berisi nasihat-nasihat dan ajaran Tauhid. Sunan Muria juga dikenal pintar mendalang dengan membawakan lakon-lakon carangan karya Sunan Kalijaga (ayahnya).
Makam Sunan Muria terletak di salah satu puncak bukit di lereng Gunung Muria, masuk ke Kecamatan Colo, kira-kira 18 KM di utara Kota Kudus. Untuk mencapai makam Sunan Muria, kami harus menggunakan jasa ojek dari kaki gunung melewati jalan melingkar yang sempit dan berliku-liku sejauh 7 KM. Kemudian, kami baru dapat menikmati jalan kaki di undak-undakan sejauh 750 meter.
Rombongan Khazanah Al-Mahrusiyah mulai berkumpul di area makam sekitar pukul tujuh. Acara tahlil dan do’a pun digelar setelah semuanya siap.
Usai do’a bersama, kami perlu menyiapkan mental yang kedua kalinya untuk turun menuju kaki gunung. Waktu 6 menit itu terasa sangat menegangkan. Ingin rasanya berteriak meski sudah berpegangan. Sesampainya di parkiran, para santri saling bertukar cerita terkait perjalanannya masing-masing. Ada yang berpendapat bahwa lebih menyeramkan saat mendaki ke puncak lereng, ada pula yang menganggap perjalanan pulang lebih menantang. Gelak tawa dan pekikan histeris itu menyelimuti dinginnya suasana pagi ini.
Sembari menunggu yang lain, ada beberapa santri yang memanfaatkan waktunya untuk sarapan dan mandi. Ada juga yang memilih untuk meringkuk di dalam bus dan ‘menabung’ oleh-oleh ketika ada beberapa penjual yang menawarkan dagangannya, meskipun sebenarnya tidak boleh. Karena untuk pembelanjaan oleh-oleh sudah diagendakan di Sunan Kalijaga bagi peserta Khazanah Walisongo.
Satu-persatu bus meninggalkan parkiran dan menuju tujuan berikutnya pada pukul 09.30 WIB. Sekarang kami menuju Makam Sunan Kudus yang terkenal dengan menaranya itu.
Sekilas terkait Makam Sunan Muria
Menurut Umar Hasyim dalam Sunan Muria: Antara Fakta dan Legenda (1980), terdapat sekitar 17 batu nisan di pelataran makam Sunan Muria. 17 batu nisan itu merupakana makam para prajurit dan punggawa (kemungkinan prajurit dari Demak yang ditugasi mengawal Sunan Muria, selaku tokoh yang dikenal setia kepada Sultan Demak).
Di sebelah timur, di samping cungkup makam Sunan Muria, terletak makam putri Sunan Muria yang bernama Raden Ayu Nasiki.
Tepat di sebelah barat dinding belakang Masjid Muria, di sebelah selatan mihrab, terdapat makam Panembahan Pengulu Jogodipo, putra sulung Sunan Muria.
Pendukung Setia Kesultanan Demak
Sunan Muria dikenal sebagai pendukung setia Kesultanan Demak. Ketika terjadi kekisruhan dalam proses suksesi setelah mangkatnya Sultan Trenggana, Sunan Muria diketahui tetap setia mendukung para calon pengganti dari Demak, sehingga berseberangan dengan Sunan Kudus yang memihak Arya Penangsang. Boleh jadi karena kedudukannya yang penting sebagai pendukung Demak sekaligus putra dari Sunan Kalijaga, pihak kesultanan memberikan pengawasan khusus kepada Sunan Muria. Hal ini terbukti dengan adanya 17 makam prajurit dan punggawa yang telah disebutkan diatas.
Wallahu a’lam.
Baca perjalanan Khazanah 2024 selanjutnya di https://elmahrusy.id/sunan-kudus-sempurnakan-alat-pertukangan-untuk-sebarluaskan-islam/