Tamat itu Penting Bukan yang Penting Tamat
Pesantren sebuah lembaga sekolah tertua di Indonesia. Lembaga sekolah yang mengajarkan berbagai macam ilmu agama, mulai dari ilmu nahwu, shorof, fikih, balaghoh, dan lain-lain. Dalam pesantren selain diajarkan ilmu agama juga diajarkan bagaimana cara memaknai kehidupan, belajar memahami karakter antar teman, juga belajar menjadi seseorang yang bisa bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana hadist Nabi yang berbunyi sebaik-baiknya manusia adalah dia yang bermanfaat bagi orang lain.
Santri dalam KBBI berarti orang yang mendalami agama islam. Santri identik dengan kitab kuning yang berisi berbagai macam kajian agama. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman banyak santri kehilangan kesantriannya sendiri. Banyak dari mereka terbawa arus zaman, dari yang dulu fokus mengkaji kitab sekarang fokusnya harus terganti dengan gadget. Dari sini, ada istilah baru untuk santri, yaitu santri zaman now.
Santri zaman now? Sebagai santri kita bisa meralat bahwa santri zaman now adalah santri yang update dengan kehidupan ataupun isu-isu yang sedang terjadi di dunia luar pesantren dengan tetap memperhatikan nilai-nilai agama bukan santri yang terpengaruh dengan kehidupan highdown orang barat.
Pesantren biasanya sudah menetapkan peraturan bagi santri-santrinya. Seperti standar dikatakan tamatnya seorang santri. Tamat disini berarti telah berakhirnya kegiatan belajar santri. Hal yang banyak disepelekan oleh mereka adalah hanya memaknai kata tamat dengan standar lulus sekolah formal saja, padahal selain tamat sekolah formal ada tamat ngaji di pesantren.
Dipesantren kita hanya mengandalkan barokah dari para masyayikh, ketika beliau menetapkan selain harus tamat sekolah formal juga harus tamat ngaji, maka kita harus manut karena sopo manut bakal katut. Dipesantren, tamat itu penting bukan yang penting tamat, hal yang paling diharapkan oleh santri adalah bisa tamat dengan khusnul khotimah. Tapi yang harus diingat adalah ketika kita menginginkan sebuah hal yang sempurna maka banyak batu disetiap jalannya, menuju tamat bukanlah perkara yang mudah seperti kita membalikkan telapak tangan, banyak orang gugur ditengan perjalanannya, banyak hal yang tak terduga yang menyebabkan dia gagal dalam memperjuangkan kata tamat. Bagi kalian yang masih diberi kesempatan menuju kata tamat maka perkuatlah kapal kalian dengan cara mempeng, karena penyesalan selalu datang di akhir perjalanan. Bersyukurlah masih diberi kesempatan untuk memperjuangkan, jadi jangan pernah menyepelekan walau hanya sebiji buah sawi.
Wallahu ‘Alam