Kediri, Elmahrusy Media.
Kamis (08/02), bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj, Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah III Ngampel mengadakan Masbro atau Majelis Sholawat Kubro.
Acara tahunan yang diinisiatifi oleh siswa jenjang akhir sekolah formal ini berjalan dengan lancar. Sedari isya, para santri langsung memenuhi Masjid Raya Ngampel untuk mengikuti acara. Meski malam itu diguyur hujan yang cukup lebat, tapi lantunan sholawat terus bertalu-talu dari sekian banyak alat terbang, juga dari lisan-lisan yang mengharap syafa’at. Setiap tetes dan rintik hujan malam itu dianggap sebagai limpah barokah di malam jum’at dan isra mi’raj.
Selain dari teman JKM dan JTS selaku shohibul acara, juga tentunya para santri, acara kali ini pun dihadiri oleh segenap para tamu undangan, mulai dari perwakilan lembaga hingga wali santri.
Setelah MC berdiri untuk membacakan susunan acara, sambutan pertama atas nama perwakilan santri sepuh disampaikan oleh Bapak Ronggo Wasito. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan tentang keutamaan tanggal 27 rajab dan pentingnya santri dalam menyambung ta’aluq dengan pondok. Tak hanya itu, bagaimana perjuangan Yai Imam dalam mendirikan pondok ngampel ini pun beliau sampaikan yang ditanggapi khidmat oleh para santri.
“Tetap semangat, fastabiqul khoirot. Semoga kita bisa mengambil intisari dan tauladan dari tanggal 27 rajab ini sebagai semangat dalam konteks membangun rohani dan jasmani.” Pesan beliau di ujung sambutannya.
Sambutan selanjutnya berlanjut, kali ini atas nama perwakilan wali santri yang disampaikan oleh KH. Syairozi Bilal. Dalam sambutannya, beliau membuka dengan syukur karena berkesempatan menghadiri acara ini, lalu dilanjut dengan cerita nostalgia sewaktu mondok.
“Ada sebuah cerita yang bagi saya sangat berkesan. Bagaimana dulu sewaktu mondok, di jam 2 malam, saya lapar. Kebetulan di depan rumah Yai Mahrus itu ada sebuah pohon jambu yang berbuah lebat sampai berjatuhan dan saya berniat mengambilnya. Waktu itu, hanya terlihat seseorang yang sedang menyiram tanaman yang saya kira adalah santri ndalem. Sebelum saya mengambil jambu-jambu itu saya meminta izin padanya, ‘mas, jambunya saya ambil, ya?’ Lalu ia menjawab, ‘iya, lek!’ Saya kenal suara itu, tak lain suara itu adalah suara Yai Mahrus. Saya langsung ketakutan karena haibah beliau, saya lari hingga kebun tebu-tebu.”
Tak hanya sampai di situ, beliau melanjut cerita tentang ia yang dahulu pernah ditakzir karena membawa kaset musik yang langsung menghadap Yai Maksum dan digundul Yai Idris. Semua keindahan masa mondok kala itu beliau ceritakan kepada para santri.
Selain itu, beliau juga menyampaikan tentang pentingnya berta’aluq dengan guru, juga pesan-pesan sewaktu akan menghadapi kehidupan bermasyarakat. Mengutip dawuh Yai Mahrus, beliau berpesan,
“Santri yang ingin ilmunya barokah, bertambah terus ilmunya, jangan bosan ziaroh dan sowan ke gurunya.”
Di akhir sambutannya, Pengasuh Pondok Pesantren Pengasuh Tahfidzul Qur’an, Indramayu, ini mengucapkan terima kasih dan harapan.
“Saya mengaturkan terima kasih pada poro yai yang sudah telaten dan sabar dalam mendidik anak kami di pondok pesantren ini. Apa yang sudah dilaksanakan semoga menjadi al ilmu yuntafau bihi.”
Lalu, Mauizhotul Hasanah disampaikan oleh KH. Abu bakar Abdul Jalil. Dalam mauizhohnya, beliau menyampaikan tentang kisah isra mi’raj. Bagaimana perjuangan Sayyidah Khadijah mengambil andil dalam perkembangan islam dan sosok Nabi. Juga segala hal dari peristiwa isra mi’rajnya nabi untuk dijadikan pelajaran, seperti peran Nabi Ibrahim dan sholat selaku hadiah.
“Sholat adalah filosofi bagaimana kita harus tunduk patuh kepada pimpinan, siapapun imamnya, apapun latar belakang dan status sosialnya, ma’mum harus tetap loyal manut patuh tunduk kepada imam.”
Di akhir mauizhoh, ditutup dengan pembacaan do’a oleh beliau.
Dan sholawat Padang Bulan pun resmi menutup acara masbro ini.
Wallahu a’lam.