Tulisan ini dibuka dengan tebak-tebakan: “Hewan-hewan apa yang bisu?”
Se-mute.
Ciah!
Entah kenapa akhir-akhir ini, seperti tidak ada topik lain, semut ikut menjadi perbincangan. Begitu ramai dan semarak, hanya karena menerka, “seperti apa semut berbahasa?”
Semua bermula dari ucapan seorang multitasking: mampu membelah langit, mengendalikan hujan, berbicara dengan malaikat, mayat, dan hewan, juga penjaga gawang neraka: Coach Shin Tae-yong harus mempertimbangkan ini!
“Bismillahirrohmanirrahim shiki in ha shakay ilaya ha sakaymatimjub fimaa Allah.”
Lalu muncul lah bahasa suryani, hingga konspirasinya: ortografi serto, madnhaya, estrangelo, seudo-suryani, sampai ke yahudi mistik kabbalah.
Cukup pusing untuk memikirkan itu, meskipun, dengan kurang kerjaan ikut kepikiran dan berpikir: bahwa hanya ada 2 bayang-bayang terkait bahasa semut, -setidaknya bagi penulis.
Pertama, mungkin berbahasa Arab, sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 18.
حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٨
“Hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, ‘Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.’
Kedua, mungkin berbahasa Melayu, sebagaimana yang diceritakan dalam serial Pada Zaman Dahulu yang memaknai mentah-mentah istilah ikat perut pada saat badai yang menyebabkan rampingnya perut-perut semut.
Otak ini tersemut-semut, kesemutan!
Mungkin kita harus mencari topik epic, setidaknya dari hanya sekedar bersungut-sungut mengetahui bahasa semut. Sebagaimana yang dijelaskan Prof. Dr. AG. K.H. Al-Habib Muhammad Quraish Shihab, Lc., M.A., dalam bukunya, Dia Di Mana-Mana, sedikit peringkasan dan pencocokan, sebuah pembahasan semut yang lebih ilmiah dan alamiah:
“Ada lebih dari 800 ribu jenis semut. Ada koloni yang dihuni oleh 45.000 sarang, yang saling berhubungan di wilayah seluas 2.7 km persegi. Serangga ini memiliki keunikan antara lain ketajaman indra dan sikapnya sangat berhati-hati, serta etos kerjanya yang sangat tinggi. Mereka tidak jarang melakukan kegiatan bersama misalnya membangun “jalan-jalan panjang” yang mereka kerjakan dengan penuh kesabaran dan ketabahan, sepanjang hari dan malam kecuali malam-malam gelap, di mana bulan tidak memancarkan sinarnya. Semut mampu memikul beban yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Jika dia merasa berat membawa beban itu dengan mulutnya, maka dia akan menggerakan barang itu dengan dorongan kaki belakang dan mengangkatnya dengan lengannya.
Tetapi tentu saja ada juga sifatnya yang tercela. Penimbunan yang dilakukannya menunjukkan kelobaannya, dan yang lebih buruk lagi, semut hanya menimbun dan menimbun tanpa mengolahnya. Tidak seperti lebah yang mengolah dan hasil olahannya bermanfaat buat dirinya, jenisnya bahkan jenis manusia.
Jelas ada manusia yang menyerupai semut. Ada manusia yang hanya menimbun, baik dia perlukan maupun tidak, seakan-akan dia akan menyiapkan segala sesuatu untuk tujuh turunannya.”
Tulisan ini ditutup dengan QS. Al-Ghasiyah ayat 2-5.
وُجُوْهٌ يَّوْمَىِٕذٍ خَاشِعَةٌۙ ٢ عَامِلَةٌ نَّاصِبَةٌۙ ٣ تَصْلٰى نَارًا حَامِيَةًۙ ٤ تُسْقٰى مِنْ عَيْنٍ اٰنِيَةٍۗ ٥
“Pada hari itu banyak wajah yang tertunduk hina. (Karena) berusaha keras (menghindari azab neraka) lagi kepayahan (karena dibelenggu). Mereka memasuki api (neraka) yang sangat panas. (Mereka) diberi minum dari sumber mata air yang sangat panas.”