web analytics

Teruntuk Umat; 2 Wasiat Sang Nabi Di Akhir Hayat

Teruntuk Umat; 2 Wasiat Sang Nabi Di Akhir Hayat
0 0
Read Time:7 Minute, 4 Second

Rasulullah SAW adalah seorang manusia yang teramat mulia. Muhammad (Orang Yang Terpuji) terpuji di bumi dan di langit. Dunia maupun akhirat. Kemulian beliau sudah terasa saat ibundanya, Sayyidah Aminah, sedang mengandung. Beliau (Sayyidah Aminah) tidak merasakan sakit atau mualnya seperti orang yang sedang mengandung. Beliau tetap bisa melakukan aktivitas seperrti biasa. Tak hanya sampai, di situ, kemuliaan tampak jelas dengan terjadinya berbagai kejadian luar biasa saat kelahiran beliau, Rasulullah SAW. Sebagaaimana yang tertuang dalam Syair Qosidah Burdah, Imam Bushiri mengatakan;

أبان مولده عن طيب عنصره

يا طيب مبتدأ منه ومختتم

Kelahiran sang nabi menampakkan kesucian unsurnya

Alangkah indah permulaan maupun penghabisannya

يومٌ تفرَّس فيه الفرس أنهم

قد أنذروا بحلول البؤْس والنقم

Hari kelahiran Rasulullah saw adalah hari dimana para ahli nujum telah meramal

Bahwa mereka akan mendapatkan peringatan akan datangnya bencana dan siksa

وبات إيوان كسرى وهو منصدعٌ

كشمل أصحاب كسرى غير ملتئم

Saat menjelang malam tiba, istana Kisra hancur terbelah

sebagaimana kumpulan sahabat Kisra tiada menyatu terpecah belah

والنار خامدة الأنفاس من أسفٍ

عليه والنهر ساهي العين من سدم

Api sesembahan orang-orang Persia, padam karena duka yang mencekam

Sungai eufrat tak mengalir, karena kesedihan yang amat dalam

Begitu pula kemuliaan beliau terlihat pada Irhas; beliau selalu dinaungi awan kemanapun beliau pergi. Maisaroh, sebagai saksi pun mengakui. Semua kejadian itu merupakan nilai yang menunjukan betapa tinggi derajat kemulian beliau di sisi Allah. Lalu, akhlak dan perillaku tidak perlu ditanya lagi. Beliau adalah sebaik-baiknya akhlaknya. Bahkan, beliau boleh dikatakan sebagai Al-Qur’an yang berjalan. Sayyidah Aisyah RA, mengatakan;

ن كمالات خلقه لا تتناهى كما أن معاني القرآن لا تتناهى

“Kesempurnaan Akhlak Rasulullah Saw tidak akan pernah habis, sebagaimana makna-makna Al-Qur’an tidak akan pernah habis”.

Jika membicarakan tentang akhlak dan segala keindahan Nabi, seakan tidak akan ada habisnya. Terlalu banyak yang untuk dapat dibahas. Terlalu banyak indah yang mengalas. Terlalu banyak rindu yang sulit dilepas.

Dibalik kisah haru biru cerita akhir hayat beliau, mengesampingkan sedu sedan mendalam, Nabi Muhammad SAW sempat memberikan wasiat dan amanat kepada kita selaku umat.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ رضي الله عنها, أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- حِينَ حُضِرَ جَعَلَ يَقُولُ الصَّلاَةَ الصَّلاَةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ “Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dalam keadaan sekarat bersabda: “Jagalah salat, jagalah salat, dan orang-orang lemah di antaramu”. (HR Ahmad)

Dalam Hadits di atas, wasiat Nabi adalah menjaga sholat dan orang-orang lemah di sekitarmu.

  1. Sholat

Sholat merupakan salah satu rukun islam dan ibadah inti dalam agama islam. Wajib hukumnya bagi orang islam yang Mukalaf (Balig dan Berakal) untuk melaksanakan sholat. Saking wajibnya, kita telah mengetahui bersama, jika orang tak mampu melaksanakan sholat dengan berdiri maka boleh duduk, jika tetap tak mampu maka ada urutan; dengan berbaring, isyarat kepala, isyarat mata, dan terakhir dengan isyarat hati. Mengapa sampai sebegitunya? Tak lain karena saking wajibnya sholat.

Telah kita dengar dalil-dalil tentang sholat baik perintah, fadilah, maupun siksa bagi orang yang meninggalkan sholat. Tentu allah tak main-main memberikan siksa bagi orang yang meninggalkan  sholat. Dengan mengingat betapa pentingnya hukum sholat dalam syariat.

فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَ

Maka celakalah orang yang shalat,

الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَ

(yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya

Bahkan, orang yang lalai terhadap  sholat saja masih disebut celaka, padahal mereka melakukan sholat. Apalagi mereka yang tidak sholat? Lalai, baik dalam melaksanakan ataupun dalam memahami makna sholat dan bacaannya.

Jika kita mau tahu, Rasulullah saja, orang yang sudah pasti dijamin masuk surga saja melakukan sholat sampai bengkak kakinya. Istri beliau yakni Aisyah r.a. pun pernah menyaksikan kejadian yang sama, Nabi saw. shalat hingga bengkak kedua kakinya.

 

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا صَلَّى قَامَ حَتَّى تَفَطَّرَ رِجْلاَهُ قَالَتْ عَائِشَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَتَصْنَعُ هَذَا وَقَدْ غُفِرَ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ فَقَالَ « يَا عَائِشَةُ أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا ». رواه مسلم.

 

Aisyah r.a. berkata, Rasulullah saw. ketika melaksanakan shalat maka beliau berdiri hingga kedua kakinya bengkak. Aisyah r.a. bertanya, “Wahai Rasulullah, Apa yang engkau perbuat, sedangkan dosamu yang telah lalu dan yang akan datang telah diampuni.” Lalu beliau menjawab, “Wahai Aisyah, bukankah seharusnya aku menjadi hamba yang banyak bersyukur?”. (HR. Muslim).

Jika dibandingkan dan melihat diri kita sendiri, rasanya teramat malu kita pada Nabi. Di dunia yang serba ada dan mudah, tentu dengan Masjid yang berdiri megah dimana-mana rasanya masih terasa berat untuk melangkahkan kaki ini kesana dan memenuhi panggilan Allah dengan berjama’ah.

Bahkan, dengan semua kemulian dan tinggi derajat Nabi di sisi Allah. Nabi yang menjadi alasan diciptakannya alam semesta, tak kurang dalam bertaubat kepada Allah sebanyak 70 kali dalam sehari. Allahumma Sholi Ala Sayyidina Muhammad!.

وَعَنْ أبِي هُرَيرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: (وَاللهِ إَنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِليهِ فِي اليَومِ أَكثَرَ مِنْ سَبعِينَ مَرَّةً) رَوَاهُ البُخَارِيُّ.

Dari Abi Hurairoh Ra. beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah, sesungguhnya aku pasti memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”’ (HR. Al-Bukhori)

Bentuk taubat Nabi bukan dasar atas dosa dan kesalahan yang Nabi perbuat, Bukan! Mustahil bagi nabi memiliki dosa dan kesalahan, selaku makhluk yang memiliki sifat Ma’shum sejak dini. Itu semua bentuk kerendahan dan penghambaan seorang makhluk pada Sang Kholik.

Dengan segala kekurangan dan kerendahan, Mari kita perbaiki sholat kita dengan perlahan!

 

  1. Menjaga orang-orang lemah di sekitar kita

 

Rukun sesama saudara se-islam merupakan keharusan. Sebagaimana seharusnya berhubungan dengan saudara, pasti adanya hak dan keawajiban yag diterapkan. Seperti, mengucapkan salam, memenuhi undangannya, menjenguk apabila sakit. Itu semua merupakan hak dan akhlak selaku saudara muslim. Selain Hablu Minnallah yang perlu dilaksanakan, Hablu Minannas juga perlu diperhatikan.

Jika kita lihat sekarang, tak sedikit dari saudara kita yang membutuhkan uluran tangan kita. Tak ada tergugahkah kita dengan kehidupan Muslim Niger? Tak bergetarkah hati kalian melihat segala kezholiman yang ditimpakan pada Muslim Rohingya di Myanmar? Muslim Uighur din China? Kita dan dunia tak mungkin dapat menutup mata dan tellinga rapat-rapat dengan tetesan darah yang membahasi negara Palestina? Muslim dibantai disana!

Seharusnya hati kita tergerak, bukankah kita tau, bahwa Nabi berlaku baik pada siapapun. Apalagi pada keluarga, Sahabat, Dan Umatnya selaku jalinan Ukhwah Islamiyah. Musuh dan Non Muslim pun mengakuinya kebaikan beliau di masa hidupnya. Tidakkah kita pernah mendengar bahwa Nabi pernah mendoakan Kaum Thaif yang padahal mereka menolak dakwah Nabi dengan cacian dan lemparan batu? Tidakkah kita pernah membaca, bahwa Nabi pernah memiliki kebiasaan menyuapi seorang Nenek kafir tua yang buta dan tak habis-habisnya berteriak dan menghasud dengan ucapan “Jangan percaya Muhammad! Ia seorang pembohong, ia seorang tukang sihir” dan Nabi ada di sebelahnya. Apa Nabi membalas? Nabi tetap menyuapi nenek itu dengan tulus.

Itu merupakan contoh kecil dari seluas baik dan indahnya akhlak Baginda Nabi Muhammad SAW. Seharusnya kitab isa mencontoh beliau. Meski harus perlahan. Bukankah saudara muslim yang satu adalah saudara muslim yang lain? Bukankah,

عن انسٍ رضي الله عنه عن النّبيّ صلّ الله عليه وسلّم قال : لَا يُؤمِنُ اَحَدُكُم حتَّى يُحِبُّ لأخِيهِ مايُحبُّ لِنَفسِهِ. (رواه البخاري ومسلم واحمد ونساء)

Dari Anas. R. A berkata bahwa nabi SAW bersabda : “Tidaklah termasuk beriman seseorang diantara kamu sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H. R. Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i).

Hadits di atas dirasa cukup untuk menjelaskan semuanya. Bagaimana seharusnya bersikap pada saudara.

 

Nabi Muhammad telah mencontohkan pada kita Uswatun Hasanah sejak dahulu, Apakah kita tak sedikitpun tergerak ataupun malu?

 

***

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like