Tips Mengatasi Overthinking Ala Santri #3 Habis
Alkisah, seorang adik curhat kepada kakaknya, mengenai gejala overthinking yang acapkali hadir dalam malamnya,
“Coba dek angkat toples itu” perintah Sang Kakak.
“Sudah kak”
“berapa kilo itu beratnya?”
“tidak sampai satu kilo, segini doang juga, cuma isi rengginang, ringan, buat apa sih kak”.
“Oke ringan ya, angkat terus ya sampai tak suruh untuk meletakkan “,
Si adik menurut saja, mengangkat toples konghuan isi rengginang itu.
10 menit Kemudian siadik mengeluh, mulai lelah tangannya pegal-pegal toplesnya pun terasa berat.
“Gimana dek”
“kok berat ya kak”
“tapi bobot toples itu berapa kilo?”
“ya tetap kak, tidak lebih sekilo ndak berubah.”
“Loh tapi kok berat katanya berat toples masih sama?”
Si adik terdiam, bertanya-tanya apa maksud dibalik ini, barulah si kakak menjelaskan.
“Dek, toples itu ibarat masalah dan tanganmu ibarat Fikiranya. Kamu pertama mengangkat toples itu ringan, tapi lama kelamaan terasa berat, itu bukan toplesnya yang tambah berat akan tetapi tanganmu lah yang mulai kehabisan energi. Seperti itu pula pikiranmu dan masalah. Pertama-tama masalah itu terasa ringan berada dipikiranmu, akan tetapi masalah yang sebenarnya ringan tadi terus kamu tanggung dalam pikiranmu, bersarang terus di otakmu sampai menghabiskan energi, otomatis secara perlahan dan berangsur pikiranmu menjadi lelah dan masalah yang sebenernya ringan tadi terasa berat dek”.
Terang sang kakak,
kemudian dia menyuruh meletakkan toples itu,
“gimana, tidak pegal lagi dek tangannya?”
“Tidak kak”.
“Begitulah dek pikiran dan permasalaha itu, kecil besarnya dan ringan beratnya sebuah permasalahan apabila selalu kita pikirkan apalagi sampai overthinking, maka rasanya akan berat. Dari situ kita hanya perlu untuk sesekali melepaskan, meletakkan, masalah-masalah yang ada dipikiran. Menunggu waktu yang tepat lagi untuk memikirkannya sembari mencari solusi. Jangan sampai waktu kita habis, energi kita terkikis, jiwa diliputi tangis karena terlalu berlebihan memikirkan sesuatu. Bagaimanapun yang berlebihan itu tidak baik dek”.
Jlentreh sang kakak, sekaligus menjawab keluhan sang adik yang sedang mengalami overthinking itu.
Memang demikian, tidak selamanya harus dipikir sekarang otak juga memiliki hak untuk istirahat, salah satunya tidak digunakan terus menerus untuk berpikir berat. dan tidak selalu otak yang menjadi solusi, terkadang kita juga perlu bicara kepada hati, supaya tidak terlalu overthinking, seperti yang disabdakan Nabi Saw, Istafti qalbak”, “mintalah fatwa kepada hati sanubarimu sendiri”
Syams Tibrizi pernah bicara kepada Maulana Rumi, muridnya, ‘ان الطريقة الى الحقيقة يمرّ من القلب لا من الرأس ‘Jalan menuju kebenaran itu lewat dari hat tidak melalui kepala”
Maka perlunya kita melibatkan hati hitung-hitung juga mengurangi beban kerja otak.
Sang kakak kemudian mewanti-wanti kepada si adik, bagaimana dia mengelola otak pikiran dan hatinya, “Dek, Imam Ghazali dalam Ihya’nya menerangkan, bahwa manusia itu memiliki kerentek, keinginan, semacam hasrat dan fikiran. Kalau fikiranya mengajak kebaikan dinamakan ilham, ilham ini perantaranya adalah malaikat, sesuatu perkara lembut (latif) menyipakan ilham ini namanya taufiq. Hal ini akan menggerakkan kita kepada kebaikan.
Lalu ada pikiran yang megajak keburukan, namanya was-was, dibawa oleh syaiton, sesuatu perkara lembut menyipakan was-was namanya igwa dan khudlan. Dan kita tahu dek, setan si pembawa was-was itu akan mudah masuk pada diri manusia yang tidak punya wudhu serta tidak menyebutNya. Sedangkan malaikat sang pembawa ilham mudah masuk pada diri kita apabila keadaan berwudhu dan selalu ingat kepada-Nya.”
“Artinya supaya overthinking kita bukan dari campur tangan setan, pastikan kita dalam keadaan berwudhu dan mengingat-Nya ketika memulai dengan bismillah, dzikir atau sholawat ditengah-tengah dan mengakhiri dengan Al-Hamdulillah. Supaya setan minggat, malaikat merapat dan Ilham pun mendekat.”
Sang adik hanya diam, kakanya yang akhir-akhir ini hanya nonton piala dunia terus ternyata menyimpan mutiara kehidupan yang terpendam di otaknya.
“Tapi kak, pas mau tidur itu sulit sekali, karena tiba-tiba masalah itu hadir dalam fikiran seperti tamu yang tidak diundang, gimana itu kak?” Sambat sang adik.
Kemudian, si kakak memberi do’a kepada si adik untuk dibaca sebelum tidur, supaya nyenyak dan overthinkingnya cepat lenyap, Sang Kakak juga menyeritakan kisah dibalik do’a ini, suatu ketika Sahabat Zaid bin Tsabit tidak bisa tidur alias mengalami insomnia, sekertaris Nabi Saw. dia hanya terbaring saja lantaran dilanda kegelisahan dan pikirannya melayang-layang kesana-kemari.
Kemudian Kanjeng Nabi mengajarkan doa kepadanya Zaid bin Tsabit,
اللَّهُمَّ غارَتِ النُّجُومُ وَهَدأتِ العُيُونُ وأنْتَ حَيٌّ قَيُّومٌ لا تَأخُذُ هُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ، يا حيُّ يا قَيُّومُ أَهْدِىءْ لَيْلي، وأنِمْ عَيْنِي
(Disarikan dari Al-Adzkar an-Nawawi)
Selesai sang kakak mengisahkan do’a itu, si Adik sudah pindah alam, terlelap. Nampaknya dia sudah berdamai dengan overthinkingnya. Benar-benar adik beruntung yang memiliki kakak idaman. Meskipun biasanya terkesan cuek.
Begitulah tips supaya tidak overthinking, memberi jeda kepada otak, merubah persepsi dan menjaga tubuh selalu dalam keadaan suci, supaya fikiran tidak direcoki setan.
Wallohu A’lam.