Dalam kehidupan Pondok Pesantren Lirboyo tak asing lagi dengan berbagai hal yang sakral. Salah satunya adalah nahun. Nahun merupakan istilah yang digunakan bagi santri yang tak pulang rumah selama tiga tahun lamanya. Biasanya seorang santri yang melakukan nahun, harus melakukan beberapa langkah-langkah atau ketentuan yang harus dijalankan. Salah satunya adalah sowan.
Sowan atau sungkem merupkan istilah pesantren ketika seorang santri datang ke rumah kiainya dalam rangka meminta do’a atau ijazahan. Dari sinilah biasanya santri melakukan nahun yang di dapat dari sowan tadi. Selanjutnya setelah melakukan sowan dan mendapatkan ijazahan berupa nahun, santri tidak boleh pulang ke rumah selama kurang lebih tiga tahun. Hal ini sembari di barengi dengan amalan-amalan yang menunjang kesuksesan dalam nahun.
Selain itu, seorang santri juga biasanya melakukan ngrowot. Apa itu ngrowot? ngrowot merupakan istilah yang digunakan orang jawa yang tidak makan nasi putih atau lebih tepatnya lagi tidak makan beras padi. Lantas kalau bukan makan beras, makan apa? Ya biasanya seorang yang ngrowot itu penggantinya adalah beras jagung. Memang seorang yang terbiasa makan dengan beras putih atau beras padi akan kaget. Tetapi perlu sobat ketahui bahwa beras jagung sangat cocok bagi penderita diabetes. Karena kandungan gula dalam beras jagung lebih sedikit ketimbang beras padi.
Selain beras jagung, seorang yang ngrowot juga bisa makan gatot, gatot adalah makanan khas daerah istimewa Yogyakarta, lebih tepatnya Gunung Kidul. Atau gaplek yang terbuat dari ketela atau singkong yang kemudian di olah menjadi gaplek. Nah adalagi selain beras jagung dan gatot yang menjadi makanan orang Ngrowot. Apa itu? Namanya adalah oyek. Oyek tak beda jauh dari gaplek, yang sama-sama terbuat dari ketela atau singkong. Bedanya kalau oyek bentuknya bulat kecil seukuran kacang hijau dan bisa dijadikan atau dibentuk menjadi berbagai makanan.
Ya, itu sekilas makanan yang dimakan seorang yang ngrowot, kembali ke pembahasan awal mengenai nahun. Untuk keutaman nahun antara lain adalah bisa mempermudah santri dalam proses belajar. Bisa juga dapat menambah marwah si pelaku nahun tadi.
Itu tadi sekilah nahun dan ngrowot dalam dunia pesantren. yang tak lain menjadi tirakan bagi yang melakukannya. Seperti perkataan seorang Ulama mengenai tirakat “Ketika sampean menuntut ilmu, pastikan kalian melakukan sebuah tirakat baik dzohir atau bathin”. Tetapi tak semua bisa melakukan sebuah tirakat berupa dua pembahasan tadi. Perlu tekat dan ketulenan yang kuat agar bisa melakukan hal tadi. Jika dibayangkan tidaklah mudah menetap pada suatu tempat dengan tidak kembali ke kampung halamannya.
Rasa rindu pasti datang seketika pada saat itu, apalagi bila masih memeiliki keluarga yang utuh. Biasanya saat libur lebaran kumpul menjadi satu, makan bersama-sama dalam satu tempat, canda tawa bersama. Tetapi santri yang melakukan nahun tidaklah seperti itu. Mereka harus merelakan semua hal tadi. Apalagi santri yang mondok dai daerah Jawa. Harus memiliki jiwa yang besar sekali. Maka intisari dari pembahasan ini adalah agar kalian selalu bersyukur atas nikmat yang di dapatkan.
Tidak pulang selama tiga tahun bukanlah hal yang mudah, harus ada sebuah niat yang kuat. Apalagi dengan ngrowot. Akan lebih menambah tantangan lagi. Demikian pembahasan untuk kali ini semuga bermanfaat dan dapat mengamalkannya