Tri Bakti Bersholawat Dalam Rangka Inagurasi Opak 56 dan Menyambut Mahasiswa Baru
Kediri, Pers Mahrusy.
Kamis (22/09) malam, acara Tri Bakti Bersholawat berjalan dengan meriah.
Acara itu diadakan dalam rangka Inagurasi Opak 56 dan menyambut mahasiswa baru yang berlokasi di area belakang kampus. Terlihat beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang mengahadiri acara dengan duduk rapih di tempat yang telah disediakan.
Lantunan sholawat terdengar merdu dari alat dan suara grup Habsyi Sulthonus Sholawat dari Ponpes Lirboyo HM Al-Mahrusiyah. Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan dilanjut dengan sambutan-sambutan. Mulai dari atas nama Presma, hingga sambutan atas nama wakil rektor.
Acara tersebut juga dihadiri oleh segenap jajaran kampus mulai dari wakil rektor, dekan, dosen, juga segenap para mahasiswa dan mahasiswi. Tak lupa juga dihadiri oleh KH Reza Ahmad Zahid sebagai Rektor dan juga dihadiri oleh KH Anwar Iskandar selaku tamu undangan.
Sambutan sampai pada Gus Reza. Beliau menyampaikan sepatah dua kata tentang cerita Institut Agama Islam Tri Bakti pada masa lalu,
“Dulu, syarat untuk masuk dan menjadi Mahasiswa IAIT harus bisa baca kitab Fathul Muin kosongan dan dites oleh para Kiai, termasuk Kiai Mahrus.” Ucap Beliau membuka cerita.
“Lalu, pada tahun 2005 saya coba aplikasikan (Mahasiswa harus bisa baca kitab Fathul Muin) tetapi, saya ganti dengan kitab Fathul Qorib. Saya tunggu 1 minggu, tidak ada yang daftar. Saya tunggu 1, 2 bulan hanya sedikit dan itu pun ada yang tidak lulus dan mengundurkan diri.” Lanjut Beliau yang disambut gelak tau hadirin.
“Dan sekarang diubah, kalau mau keluar ada yang namanya ujian membaca kitab Fathul Muin.” Ucap Beliau mengakhiri cerita.
Setelah cukup, Beliau menyudahi sambutannya dengan harapan-harapan baik ke depannya. Untuk Kampus juga dengan semua warganya.
Alunan sholawat kembali terdengar. Tanpa disangka, MC membawa acara pada sesi potong tumpeng dalam rangka ulang tahun Gus Reza yang ke-42. Semua hadirin tampak terkejut pada sesi acara ini. Terutama Gus reza yang juga tak bisa menyembunyikan ekspresi bahagianya. Tumpeng dipotong dan Gus Reza menyalami KH Anwar Iskandar dengan penuh Ta’zhim, meskipun senyum tak luput dari wajah cucu Kiai Mahrus itu.
Setelah kebahagiaan menyelimuti seluruh orang yang hadir pada majelis sholawat itu, acara dilanjut pada Mauizhotul Hasanah oleh KH Anwar Iskandar, Pemimpin Ponpes Ass’idiyah di Jamrasen dan Ponpes Al-Amin di Ngsinan. Sebelum memulai isi Mauizhohnya, beliau juga tak lupa memberikan selamat dan segala do’a untuk Gus Reza di hari ulang tahunnya. Seperti, semoga Panjang umur, sehat wal afiat, semakin meningkat ibadah dan perjuangannya untuk Ahlusunnah Wal Jama’ah.
“Pada saat saya di umur Gus Reza, saya juga istiqomah punya satu istri. Satu di sini, satu di sana.” Ucap KH Anwar saat membicarakan tentang keistiqomahan Gus Reza yang disambut tawa para hadirin.
Pada isi Mauizhohnya, beliau, Kiai Anwar Iskandar melanjuti cerita Gus Reza tentang IAIT masa lalu,
“Dulu, nawaitunya Kiai Mahrus mendirikan kampus ini agar para lulusannya bisa ikut menentukan kebijakan-kebijakan public.”
“Benar, dulu kalau mau masuk sini (IAIT) harus bisa baca kitab. Dan dites oleh para Kiai, seperti Kiai Mahrus yang biasanya mengetes menggunakan kitab Tafsir Ibnu Katsir, Kiai Syafi’I Marzuki menggunakan kitab Fathul Wahab dan Fathul Muin, ada juga Kiai Imam biryani yang menggunakan kitab Ibnu Aqil. Kebetulan pada waktu itu saya kebagian Kiai Mahrus dan yang lebih kebetulannya lagi saya kebagian pada ayat yang sering saya ngaji. ”
beliau juga memberikan motivasi-mativasi bagi para mahasiswa dan mahasiswi terutama bagi mereka yang baru. Beliau mengatakan walaupun sarjana tetap harus bisa ngaji. Jangan jadikan Pondok Pesantren menjadi hambatan untuk bersaing dengan para akademisis luar. Karena mahasiswa yang notabenenya seorang santri itu memiliki nilai plus dibanding mereka.
“Apa artinya sarjana jika tidak memikirkan agama Allah? Mahasiswa juga memiliki tugas Hayatut Din Fil Mustaqbal, menghidupkan agama pada masa mendatang.” Ucap beliau saat menjelaskan kritik moral mahasiswa.
“Kesulitan adalah tantangan dan tantanganlah yang membuat kita pandai untuk mencapai kesuksesan!”
Kalimat itu menjadi penutup dari Mauizhoh yang disampaikan KH Anwar Iskandar yang juga membacakan do’a sebagai tanda penutup acara. Pada pukul 23.02 acara pun telah selesai. Alunan sholawat mengiringi kepergian hadirin yang mulai kembali ke tempatnya masing-masing. Sekian.
***