Universitas Islam Tribakti Mengadakan Seminar Pembinaan Ideologi Pancasila
Kediri, Elmahrusy Media.
Rabu, (18/10) Universitas Islam Tribakti mengadakan Seminar Pembinaan Ideologi Pancasila dengan tema “Penguatan Perguruan Tinggi Islam Berbasis Pesantren Dalam Bingkai Pancasila”. Acara ini bertempat di Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo menghadirkan KH. An’im Falachuddin Mahrus dan KH. Anwar Iskandar sebagai pemateri inti.
Acara ini pun menggandeng BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) Republik Indonesia sebagai partner. Terlihat juga beberapa tamu undangan yang turut hadir, seperti Wali Kota Kediri, Kapolres, Kejaksaaan, dan Hakim Peradilan Agama Kota Kediri.
Selain dari jajaran Civitas Akademika Kampus: Rektor, Dosen, Staf, -acara ini terbuka untuk seluruh mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Tribakti dan umum.
Acara ini dimulai dengan penampilan profil Uit dan dilanjut sambutan-sambutan, dimulai dari KH. Reza Ahmad Zahid, LC. Ma, sebagai Rektor UIT.
“Awalnya acara ini hanya untuk mahasiswa pascasarjana. Namun karena dari mahasiswa strata 1 merasa iri, kami pun membuka untuk mereka dan hasilnya, acara ini membludak. Sukses besar.” Ucap Gus Reza mengawali.
”Dengan ini, maka sangat cocok apa yang kita kaji kali ini dengan apa yang kita pelajari di pesantren.” Lanjut cucu KH. Mahrus Aly itu.
Selain itu, sambutan juga diberikan oleh Ir. Prakoso, M.M., sebagai Deputi Bidang Hubungan Antar Lembaga, Sosialisasi Komunikasi dan Jaringan BPIP RI dan dari Wali Kota Kediri yang diwakili stafnya.
Pentas seni pencak silat Gasmi Pondok Pesantren Lirboyo ditampilkan sebagai ice breaking sebelum ke penampilan profil PBIP RI.
Semakin siang, antusias peserta tak surut. Apalagi pada saat sesi keynote speech yang disampaikan oleh Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, M.A.Ph.D., sebagai Kepala BPIP RI. Beliau mengingatkan dengan betapa beruntungnya kita hidup di negara se-bersahaja Indonesia. Sehebat Indonesia.
”Proklamasi Republik Indonesia adalah proklamasi terbaik di muka bumi. Kenapa? Salah satunya, karena proklamasi tersebut terjadi di tengah perang dunia kedua, perang terbesar yang melibatkan 2 benua lewat jalur darat, laut, dan udara.” Ucapnya dengan begitu bergelora.
Selain itu, beliau menjelaskan kehebatan dan berbagai keberuntungan lain dengan kita hidup di negara Indonesia dan betapa pentingnya santri yang harus menjadi jebolan akademisi, berpengetahuan intelektual dunia perkuliahan.
Sebelum ke acara inti, MC membawa pada sesi penyerahan cendramata oleh masing-masing intiitusi dan tak lupa berfoto bersama.
Tiba di acara inti, yaitu Seminar Pembinaan Ideologi Pancasila dengan dimoderatori KH. Mahfud, M.Pd. Sayangnya, KH. Anwar Iskandar berhalangan hadir. Meski begitu, semangat dan antusias peserta tidak berkurang sama sekali. Acara tetap berjalan dengan KH. An’im Falachuddin Mahrus sebagai pemateri inti dan KH. Reza Ahmad Zahid sebagai pengiring pemateri.
Yai An’im, di awal-awal, menjelaskan tentang pentingnya seorang mukmin yang harus menggeluti ilmu agama dan ilmu formal. Maka dengan itu, akan tercipta seorang cendekiawan islam yang cerdas intelektual dan kokoh spiritual.
“Seorang mukmin yang kuat imannya, sosial, ekonomi, kebudayaan, dan pemikirannya itu lebih Allah cintai.” Jelas pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo dan anggota DPR Jawa Timur IV komisi VIII.
Setelah itu, beliau juga menjelaskan tentang pentingnya bagi mahasiswa yang juga berstatus santri untuk kenal, paham, dan bisa menerapkan nilai-nilai Pancasila yang sekarang mulai luntur. Pembahasan pun mengarah pada perkembangan pendidikan dan hal yang terkait dengannya.
“Agar universitas islam bisa maju, harus memiliki 3 hal: pertama, penguatan pemikiran dengan universitas luar negeri. Kedua, harus disiplin waktu. dan yang ketiga, harus terdukungnya fasilitas.” Tutur putra KH. Mahrus Aly itu.
Hadirnya Gus Reza pun ikut menambahi pembahasan. Tetap membahas negara, beliau lebih mengarah tentang keefektifan bijak menggunakan sumber daya alam.
“Sebenarnya saya adalah badal gholat. Karena memang yang menjadi pemateri adalah KH. Anwar Iskandar. Karena beliau berhalangan, pascasarjana berkenan agar saya ikut mengisi. Ini baru kali pertama pascasarjana berani menyuruh rektor.” Ucap beliau mengawali yang disambut tawa hadirin.
”Kita terlahir dari tanah liat, dari bumi. Dan bumi telah menghidupi kita. Perlu adanya simbiosis mutualisme dengan bentuk kita menjaga bumi. Dengan kita menjaga bumi sama saja kita menjaga diri kita.”
”Barangsiapa yang menjaga bumi, maka ia menjaga dirinya. Dan barangsiapa yang merusak bumi, maka ia merusak dirinya.
Setelah panjang lebar dari materi yang disampaikan, tibalah sesi tanya jawab. Tiga pertanyaan yang dibuka, langsung seketika disambar dengan puluhan tangan yang terangkat ingin mendapat kesempatan bertanya. Namun sayang, moderator tetap membuka tiga.
Cukup puas atas jawaban yang dilontarkan atas pertanyaan-pertanyaan, acara ditutup dengan pembacaan do’a oleh KH. Kafabihi Mahrus.