web analytics

Ya Tarim Wa Ahlaha

Ya Tarim Wa Ahlaha
0 0
Read Time:5 Minute, 27 Second

Tarim adalah salah satu kota pelajar di dunia. Banyak dari para penuntut ilmu yang bermimpi dan berlomba-lomba untuk bisa menginjakkan kakinya di kota seribu wali ini. Ya, kota itu penuh barokah para orang-orang sholeh. Tempat berkumpulnya para wali-wali Allah. Kota kecil seluas 2.894 km² ini, dikelilingi Arab Saudi sebelah Utara, Laut Merah sebelah Barat, Laut Arab dan Teluk Aden sebelah Selatan dan Negara Oman di Timurnya. Tarim juga merupakan kota subur yang ditanami pepohonan rimbun. Hal itulah yang membuat tarim juga disebut al-ghanna.

Banyak sekali hal menarik yang ingin dibahas dari kota penuh berkah ini. karena semua saling berkaitan satu sama lain. Saling mengisi. Selain tentang geografinya, penduduk tarim adalah orang-orang yang sulit terlepas dari pembahasan ini. tarim, surganya penghafal qur’an. Bahkan semenjak kecil, anak-anak tarim sudah digembleng untuk menghafal dan mepelajari Al-Qur’an di Qubbah Abu Muroyyim, Tempat ngafalin Quran yang super legendaris itu. Bahkan, jika ada anak yang sudah berumur 15 tahun dan ia belum khatam menghafal qur’an, maka perlu dipertanyakan ‘ketarimannya’. Jadi, tak heran jika mayoritas penduduk tarim, bahkan orang yang keliatan ‘biasa-biasa’ aja, sopir taksi, tukang kayu, tukang jual baju, sampai penjaga toko banyak dari mereka adalah hafidz Quran.

Bahkan -seperti yang sering diceritakan Syaikhina Habib Umar – di Tarim pernah ada seorang Ummy (tak bisa membaca dan menulis) yang hafal Alquran! Gara-garanya dia rajin hadir di Masjid Seggaf untuk mendengar Hizb Para penghafal Quran. (Hizb ini mirip seperti Muroja’ah hafalan Quran bersama, membentuk lingkaran halaqoh, yang satu baca yang lain mendengar, begitu terus secara bergantian).

Juga diceritakan Habib Umar, ada seorang awam tukang buat kopi yang rajin ikut Ndarusan Quran bersama Habib Alwy Bin Shihab pada waktu Tahajjud di Masjid Assurur selama 50 Tahun! Dan sama sekali tak pernah Absen meskipun satu malam!

”Itu baru orang awamnya,” Habib Umar mengomentari kisah itu “gimana Ulama-Ulamanya ?”

Bagi ulama-ulama Tarim, Alquran seakan sudah mendarah daging dalam diri mereka. Disini ada seorang ulama yang punya kebiasaan unik waktu tidur: Nglindur Al-Qur’an! Ketika tidur ia membaca Alquran tanpa ada salah satu hurufpun! Hebatnya lagi, di malam kedua ia akan membaca ‘terusan’ dari halaman yang telah ia baca di malam sebelumnya. Begitu seterusnya sampai-sampai ia menghatamkan Quran pada waktu tidur sebanyak ratusan kali.

Untuk jumlah Hataman Quran perharinya, Ulama-ulama disini nyaris tak tertandingi. Al-Imam Abdurrahman Assegaf -moyang para Ahlu Bait bermarga Assegaf – punya angka hataman yang mencengangkan, setiap harinya beliau bisa menghatamkan Quran sebanyak 8 kali, 4 kali di siang hari dan 4 kali di malam hari! (ada dua Ulama yang mempunyai jumlah hataman yang sama, Ibnul Katib: disebutkan Imam Nawawi dalam Attibyan dan Abu Abdillah Assalmi: disebutkan Alhafidz Ibnu Hajar dalam Nataij Alafkar). bahkan – seperti yang dituturkan Habib Umar – ada salah satu Habaib dari Wadi ‘Amd yang rajin menghatamkan Quran 16 kali sehari! 8 kali di siang hari dan 8 kali di malam hari! Namanya Habib Muhammad Bin Shaleh Alathos, ulama yang sezaman dengan Habib Ali Alhabsy.

”Itu baru orang awamnya, ” Habib Umar mengomentari kisah itu, ” gimana Ulama-Ulamanya ?”

Hal yang lebih membuat decak kagum lagi adalah tentang para wanita tarim. Mereka itu yang menjadi wanita yang penuh akan akhlak mulia. Taat pada suami, menjadi pendidik yang bijak bagi anak, dan menghamba sepenuhnya pada Allah Swt.

Habib Umar bin Hafidz menuturkan, “Wanita-wanita Tarim. Mereka selalu mendidik anak-anak mereka dengan dzikir dan sholawat sejak kecil. Ketika menggendong anak, mereka berdzikir dan bersholawat. Ketika menyusui mereka berdzikir dan bersholawat. Ketika memasak pun juga begitu. Jadi tidak heran jika putra-putra mereka menjadi para Auliya’ dan Ulama. Bandingkan dengan kebanyakan wanita di zaman sekarang yang menggendong dan menyusui anaknya sambil menonton musalsalat dan hal-hal tak berfaedah lainnya.”

“Aku masih ingat, para wanita Tarim yang bertanya hukum dan meminta fatwa kepada ayahku, mereka selalu membuat kasar suara mereka layaknya seorang lelaki. Mereka tidak melembutkan suara mereka untuk menghindari fitnah dan karena rasa malu mereka teramat tinggi. Bandingkan dengan wanita sekarang yang tidak kenal malu dan malah bermanja-manja menelpon lelaki yang bukan mahromnya?” Lanjut beliau.

Betapa kita menagkap sosok manusia dengan nilai akhlak yang luhur. Wanita tentu adalah aspek penting dalam perputaran kehidupan. Di dunia yang semakin gemerlap dengan teknologi, gaya hidup, dan gengsi yang membumbung masih dapat kita temui wanita yang sebenar-benarnya wanita sebagai perhiasan dunia, yang menghiasi dirinya dengan akhlak hasanah. Mereka, para wanita tarim.

 

Tarim juga merupakan kota yang sarat akan pendidikan yang tinggi. Banyak rubath atau pondok pesantren, juga majelis-majelis ilmu yang diasuh para ulama tarim. Sebut saja, Rubath Tarim, Dar-al Musthafa, Dar az-Zahra, Universitas al-Ahgaff. Para ulama tarim pun adalah pembesar ulama islam dunia. Mereka yang berkorban jiwa raganya, ilmu dan manfaatnya demi kemaslahatan Islam. Habib Umar bin Hafidz, Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz, Syaikh Amjad Rasyid, Abdullah bin Umar asy-Syathiri, Habib Hasan bin Abdullah asy-Syathiri, Habib Salim bin Abdullah asy-Syathiri, Habib Abdullah bin Muhammad bin Syihab, Habib Kazim Ja’far Muhammad as-Saqqaf, Habib Ali Al-Jufri, Abdurrahman al-Masyhur.

Dan yang tak kalah hebat lagi, tarim tak hanya dipenuhi oleh rubath dan para ulamanya, kota yang seluas kecamatan itu dipenuhi oleh 360 masjid yang berdiri dengan jamaahnya yang selalu penuh. Hal ini akan lebih dan sangat terlihat gemerlap cahaya islam apabila datangnya bulan suci Ramadhan. Masjid selalu ramai dengan halaqah, bacaan dzikir, sholawat dan Qur’an, juga dengan senyum-senyum indah ukhwah Islamiyah. Ukhwah tarimiyah.

Sungguh indah kehidupan tarim. Mencerminkan islam yang damai dan tentram. Penuh ketaatan dan kerukunan. Hablu minallah dan Hablu minannas begitu kuat. Bahkan, Habib Ali Masyhur bin Muhammad bin Salim bin Hafidz sampai berkata,

“Jika surga berada di bumi, pasti berada di tarim. Jika surga berada di langit, pasti berada di atas langit tarim. Dan jika surga berada di tanah, pasti berada di bawah tanah tarim.”

Selain rubath dan masjid-masjid, makam Zanbal, Furaith dan Akdar adalah impian para pencari berkah. Zanbal merupakan pemakaman utama di Tarim tempat disemayamkannya ribuan auliya Allah SWT. Di arah timur pemakaman terdapat 70 makam para sahabat Rasulullah SAW yang gugur di medan perang. Mereka adalah utusan khalifah sayidina Abu Bakar.

Dan, bagi kita yang belum tersampaikan menginjakkan kaki di tanah Kota Seribu Wali penuh barokah itu, kita bisa meluapkan rasa rindu dan cinta kita dengan kalimat, ‘Ya Tarim Wa Ahlaha’. Al-Habib Abdul Qodir Ba’bud menjelaskan secara jelas,

“Kalimat Ya Tarim Wa Ahlaha adalah kalimat bentuk tawassul. Mereka bertawassul meminta kepada Allah lewat para auliya Allah yang ada di Kota Tarim”

Ya Tarim Wa Ahlaha, Izinkan kami berkunjung dan mencicipi setetes ilmu dan barokahmu!

 

***

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like