web analytics

Yahudi dan Muhammad

0 0
Read Time:3 Minute, 7 Second

 Oleh: M Aunur Rofiq

Dalam kisah hidup Nabi Muhammad SAW ada sebuah kisah menarik. Beliau sempat diselamatkan oleh orang yahudi, tak lain adalah pendeta Bahira, pendeta yang menempati salah satu gereja di Bushra. Bahira mengikuti agama Nasrani namun mengingkari pernyataan Isa al-Masih sebagai tuhan juga menyatakan tidak diperbolehkan menyebut Isa al-Masih sebagai tuhan .

Dalam kitab as-Suruj adz-Dzalamdiceritakan tentang kepergian Muhammad dan pamannya ke negara Syiria. Saat itu, Abu thalib paman Nabi Muhammad sedang menyiapkan barang dagangan yang hendak dijual di Syiria. Di pintu rumah Muhammad kecil menangis menyaksikan pamannya akan meninggalkannya.  Abu thalib yang melihat keponakannya menangis tak kuasa untuk mendekap Muhammad, Nabi Muhammad yang diberlakukan seperti itu malah menangis lebih keras. Dilepas pelan-pelan pelukannya, ditatap mata sembab Muhamm
ad. Abu thalib pun berjanji akan mengajak Muhammad kemana pun dia pergi dan tidak akan meninggalkannya. Saat itu Nabi Muhammad berumur 12 tahun, versi lain mengatakan saat itu umur Nabi Muhammad 9 tahun.

Perjalanan dimulai dari gurun dengan perlahan, Karavan Unta berjejer rapi membentuk sebuah garis. Setelah melewati medan yang keras, rombongan dagang Quraisy tiba di Syiria. Sebelum ke pasar Syiria rombongan beristirahat didekat gereja yang berada di Bushra (nama daerah di dekat pasar Syiria). Nampaknya rombongan Quraisy ini menarik perhatian Bahira, pendeta yang mendiami gereja kristen tanah Buhra. Bagaimana tidak perjalanan rombongan Quraisy selalu diiringi awan dalam perjalanannya, bahkan ketika sedang beristirahat awan tetap berada diatas mereka, seakan-akan tak ada angin yang meniup awan.

Melihat keajaiban yang terjadi Bahira teringat janji dalam kitab sucinya bahwa akan datang nabi akhir zaman dari orang arab. Untuk menjawab rasa penasaran ini Bahira mendatangi rombongan Abu Thalib, mengajaknya makan di gereja. Tak langsung mengiyakan, orang Quraisy malah menanyakan sikap Bahira yang tidak biasa, Bahira menjawab perjamuan ini hanyalah untuk memuliakan tamu-tamu yang datang. Akhirnya rombongan Qurasiy masuk dan ikut makan ke dalam gereja. Dipandangi seluruh orang Quraisy mencari sosok yang akan menjadi nabi akhir zaman, dirasa tidak menemukan, Bahira menghimbau kepada orang Quraisy untuk mengajak seluruh rombongan dan tidak meninggalkan seorang pun dalam perjamuan makan. Orang Quraisy mengatakan bahwa seluruh rombongan sudah mengikuti perjamuan kecuali satu anak kecil yang menjaga kendaraan dan barang dagangan. Mendengar itu Bahira keluar dan mengajak Muhammad untuk ikut makan. Melihat cara makan Muhammad yang berbeda dengan orang Quraisy kebanyakan membuat Bahira memperhatikan Muhammad dengan seksama.

Selesai makan Muhammad mengambil tempat istirahat yang berbeda dengan rombongan. Melihat Muhammad yang sedikit menjauh dari rombongan membuat Bahira tak kuasa untuk menanyainya “Wahai pemuda, demi Latta dan Uzza, aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu, jika berkenan membacanya aku harap engkau sudi menjawabnya. Namun jika tidak berkenan, hal itu tidak menjadi soal bagiku.” Muhammad kecil menjawab “Janganlah anda menanyakan apapun padaku dengan mengatasnamakan Latta dan Uzza. Demi Allah, aku paling tidak suka dengan hal itu.” Mendengar hal tersebut Bahira meralat kembali pertanyaanya “Demi Allah, aku ingin menanyakan sesuatu padamu hal hal yang belum aku ketahui”. Bahira kemudian menanyakan berbagai hal. Semuanya dijawab oleh Muhammad. Bahira punkaget akan jawabannya yang sesuai dengan keterangan didalam Injil.

Mendengar jawaban yang mengagetkan dari Muhammad kecil, Bahira langsung mendatangi Abu Thalib paman nabi dan menanyakan status dari Abu Thalib. Abu Thalib menjawab bahwa dirinyalah ayah Muhammmad, menutupi identitas asli keponakannya. Hal tersebut langsung dibantah oleh Bahira, bahwasanya Muhammad adalah seorang yang yatim. Bahira juga menyarankan kepada Abu Thalib untuk segera membawa kembali Muhammad dikhawatirkan nanti orang  Yahudi akan menyiksa Muhammad setelah mengetahui ciri-ciri nabi yang ada pada Muhammad. Abu Thalib kaget bahwa Bahira mengetahui identitas keponakannya. Setelah menjual habis dagangan, Abu Thalib langsung kembali ke Mekah sesuai saran Bahira.

Dari cerita diatas dapat diambil kesimpulani bahwa Allah menjaga nabinya dengan cara yang unik, diingatkan oleh orang Nasrani yang memusuhi Islam. Dan semoga Allah menjaga agama kita sampai ahir hayat nanti.

Sumber gambar: ganaislamika.com

About Post Author

elmahrusy16

Elmahrusy Media Merupakan Wadah literasi dan jurnalistik bagi santri, alumni dan pemerhati Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like