Klaten, Elmahrusy Media.
Wisata religi tetap menjadi destinasi utama kita para santri, selain bisa rekreasi, kita juga bisa memperkokoh spiritual kita. Kalau kita jalan-jalan ke Kota Klaten, tepatnya di Paseban, Bayat, jangan lupa bersinggah kesalahsatu maqam waliyullah yang syarat akan sejarah dan nilai historis, yaitu Sunan Bayat atau Sunan Tembayat atau Sunan Pandanaran ini.
Sampai di Bayat, kita akan disajikan pemandangan bukit dari bawah yang menjadi area parkir kendaraan. Sebelum kita bisa memasuki komplek pemakaman, kita diharuskan menaiki anak tangga yang berjumlah 250 anak tangga. Ditemani beberapa toko oleh-oleh yang bersusun rapi di sepanjang kanan-kiri tangga menuju komplek pemakaman. Perlu diketahui, jika Sunan Tembayat merupakan tokoh yang semasa dengan walisongo. Info lebih lanjut tentang beliau, bisa kita baca di pelataran masjid komplek pemakaman. Di sana terdapat sejarah singkat tentang perjuangan juga biografi Sunan Pandanaran.Tepat setelah tempat penitipan sandal untuk para peziarah yang dijaga oleh pengelola agar peziarah tidak khawatir sandalnya tertukar.
Arsitektur jawa sangat lekat di sini, bersama pemandangan dari atas bukit Jabalkat yang masih asri, akan menambah kekhusyukan kita berziarah. Sepanjang perjalanan menuju maqam utama, kita akan disuguhkan dengan beberapa gapura yang sangat kental arsitektur jawanya. Banyak pengunjung yang berfoto ria di setiap gapura, membuat kita betah menikmati perjalanan sedikit menanjak meniju maqam utama. Tidak perlu banyak syarat untuk bisa masuk berziarah, kita hanya diminta mengisi daftar nama peziarah.
Di lorong terakhir menuju maqam utama, kita akan melewati tiga pintu yang berjejer, semuanya punya arah yang sama menuju maqam utama. Di samping ketiga pintu, ada dua genthong yang berisi air kramat. Setelah melewati pintu, kita akan disambut sang juru kunci. Mempersilahkan para peziarah untuk memanjatkan tahlil dan doa di sekeliling maqam utama.