Ghaniyah 27 Rojab, Ning Ochi Berbagi Kisah Dahsyatnya Rihlah Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Kediri-ElmahrusyMedia (08/02), kembali jumpa dengan malam mulia, momentum paling bersejarah bagi umat islam sejagat raya yakni malam Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW. Bertepatan dengan malam mulia yang bersejarah lagi penuh berkah Asrama Daru Rasyidah (Darsyi) dan juga Daru Zainab (Darzen) menggelar rangkaian acara ratibul hadad dan maulidud diba’ di Aula Asrama Daru Rasyidah.
Acara yang dimulai ba’da sholat magrib berjama’ah ini, tak luput dari kontribusi seluruh santri Daru Rasyidah dan Daru Zainab. Tak lupa pula Ning Hj Ita Rasyidah Miskiyah (Ning Ochi) dan juga Ibu Nur Wahidah selaku penasehat aktif Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah Putri turut serta rawuh melengkapi sekaligus menyempurnakan acara Isra’ Mi’raj serta reformasi pelantikan JKM 26-27.
Usai melalui serangkaian acara ratib dan diba’ dengan selingan sholawat nabi yang menggema di seluruh punjuru sudut Aula Darsyi, Ning Ochi berkesempatan menyampaikan kalam-kalam mutiara sebagai paripurna acara isra’ wal mi’raj.
Dalam mauidzoh hasanahnya beliau ngendikan, “Alhamdulillah tepat bersamaan dengan momentum yang ghoniyah, yakni malam Jum’at yang biasanya kita isi rutinitas membaca rotibul hadad dan maulidud diba’i. Yang mana malam ini juga ada event anggota JKM berkumpul. Dan tak kalah penting malam ini kita berkumpul untuk memperingati Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW” tutur pengasuh Sakan Darsyi dan Darzen memuqodimahi mauidzoh.
Kemudian beliau melanjutkan dengan harapan semoga kita akan menemui momentum ini kembali di Surganya Allah. Beliau juga dawuh khususnya kepada Jam’iyah Khidmatul Ma’had (JKM) 26 yang sedang bereformasi dan seluruh santri umumnya bahwa kita semua adalah khadimatul Ma’had, khadimatul Syaikh, dan tentunya kita semua adalah khadimahnya Nabi Muhammad SAW. Maka dari itu apa-apa yang kita lakukan disini adalah untuk membahagiakan Nabi Muhammad SAW.
Dan perlu digaris bawahi pula bahwa pertalian antara guru dengan murid ini ila yaumil qiyamah. Maka dari itu mulianya khidmah kepada guru itu banyak sekali. Karena apabila ilmu bisa didapat dengan belajar maka berkah bisa didapat dengan khidmah.
Dawuh Ning Ochi, “Pondok pesantren tidak hanya mengajari ilmu duniawi tapi juga ukhrowi dan mendapatkan keberkahan itu tidak hanya dengan leyeh–leyeh tapi dengan kesungguhan,” nasihat beliau kepada seluruh santri.
Beliau melanjutkan, “Insyaallah kita selama ini melewati malam-malam yang penuh keberkahan dan malam-malam yang penuh keajaiban,” sambung putri bungsu Almarhum Almarhumah KH Imam Yahya Mahrus. Karena berangkat dari malam satu Rojab kita disambut dengan malam mulia yakni malam terijabahnya do’a. Dan insyaallah dibulan Rojab ini menjadi bulan yang dimuliakan, bulan khusus Allah Ta’ala yang didalamnya kita dianjurkan untuk mempeKKrbanyak istighfar.
Selain itu Ning Ochi juga berbagi story tentang rihlah Isra’ Mi’rajnya Nabi Muhammad, beliau berkisah, “Isra’ Mi’raj itu dua hal yang berbeda”, karena dikutip dari laman web detiksumut isra’ itu mengartikan berangkatnya Rasulullah suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa. Sementara mi’raj sendiri adalah berangkatnya Rasulullah SAW dari Masjidil Aqsa naik ke Sidaratul Muntaha.
Ning Ochi mengisahkan mulainya rilhah isra’ mi’rajnya Nabi Muhammad ini ketika beliau sedang leyeh–leyeh di pelataran Ka’bah. Di malam itu beliau sedang bersedih karena di tahun tersebut disebut dengan amul huzni. Sebab di tahun itu, Rasulullah ditinggalkan oleh istri tercinta Sayidah Khodijah yang senantiasa setia menemani dakwah Rasulullah. Lantas ketika Sayidah Khodijah wafat hilanglah dukungan kuat Sayidah Khodijah hingga menyebabkan pembulian kafir quraisy kepada beliau semakin menjadi-jadi. Tak selang lama kemudian, dalam jangka waktu tiga hari Rasulullah juga ditinggalkan oleh paman yang senataiasa membelanya, dari situ runtuhlah tameng dakwah Rasulullah, beliau sedih ditinggal oleh orang-orang tercinta dan ancaman orang kafir semakin merajalela.
Oleh sebab itu, kala beliau sedang bersedih Allah memberikan hadiah kepada Rasulullah yang juga menjadi hadiah kita semua. Yakni sebuah perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa hingga Sidratul Muntaha, kemudian dioleh-olehi sholat oleh Allah untuk Kanjeng Nabi Muhamad dan umatnya.
Mengapa Masjidil Aqsa setelah Masjidil Haram? Karena Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama umat Islam, tempatnya para mursalin, dan juga tempat pertemuanya para nabi. Di Masjidil Aqsa Rasulullah bertemu para nabi dari Nabi Adam a.s hingga Nabi Isa a.s. Kemudain beliau melanjutkan perjalanan dengan berziarah kemakam Nabi Musa a.s disana beliau meliahat Nabi Musa a.s sedang sholat.
Jangan heran jika orang-orang sholeh dan anbiya jika sudah wafat sudah putus ibadah. Justru ketika orang sholeh dan anbiya wafat maka akan semakin sakti dan dekat dengan rabbnya. Karena sifat orang itu basyariyah dan khususiyah, kala orang sholeh wafat maka hilanglah sifat basyariyahnya atau kemanusiannya yang meliputi lapar, haus, ngantuk, dsb.
Setelah itu beliau melanjutkan ziarah ke Madinah, Pohon Madyan yang menjadi sandaran Nabi Musa a.s, dan di Betlehem yang merupakan Kota kelahiran Nabi Isa a.s. Setelah itu barulah beliau meneruskan perjalanan menuju Sidratul Muntaha.
Dilangit Rasulullah berjumpa dengan Nabi Adam a.s yang tersenyum ketika melihat sisi kana dan menangis ketika melihat sisis kiri. Kemudian beliau bertanya kepada Nabi Jibril mengapa Nabi Adam tersenyum ketika melihat kesisi kanan dan menangis ketika melihat kesisi kiri. Jibril menjawab karena disebelah kana Nabi Adam melihat cucunya yang menjadi ahli surga dan disebelah kiri Nabi Adam melihat cucunya yang menjadi ahli neraka.
Kemudian beliau melanjutkan perjalanan lagi hingga bertemu dengan Nabi Idris, nabi yang sepupuan yakni Nabi Isa dan Nabi Yahya, nabi yang saudaraan yakni Nabi Musa dan Nabi Harun. Mengapa beliau kembali jumpa dengan Nabi Musa di langit padahal sudah berjumpa di dunia? Itu karena Nabi Musa itu belum puas bertemu dengan kanjeng nabi. Dan disini dikisahkan bahwa Nabi Musa adalah nabi yang paling banyak berjumpa dengan Nabi Muhammad selama Isra’ Mi’raj.
Ketika Nabi Muhammad berjumpa dengan Nabi Adam a.s beliau mengucap salam marhaba’, ketika Nambi Muhammad berjumpa Nabi Ibrahim a.s beliau menyambut dengan mengucapkan selamat datang cucuku, dan ketika berjumpa dengan Nabi Isa a.s beliau menyambut dengan mengucap salam selamat datang untuk saudaraku.
Setelah melalui perjalanan panjang itu tibalah Nabi Muhammmad di Sidratul Muntaha. Akan tetapi Jibril tidak bisa menemani Rasulullah hingga memasuki Sidratul Muntaha, dan jika Jibril memaksa maka Jibril akan terbakar.
Karena Jibril tidak bisa menemani, maka Rasulullah memasuki Sidratul Muntaha denga sendirian tanpa dampingan untuk bersua dengan kekasihnya Allah ta’ala. Dan pertemuan beliau dengan Allah ini secara ruh dan jasad yakni secara sadar.
Bahakan beliau berjumpa denga Allah ini dengan sendal beliau. Oleh sebab itu beliau dijuluki dengan yang bersendal. Karena sendal beliau telah mengantarkan beliau bertemu dengan kekasihnya. Dan kisah mi’raj ini sebenarnya tertuang dalam tahiyat sholat yang senatiasa kita baca ketika sholat. Dalam tahiyat diceritakan salam Allah kepada Nabi Muhammad yakni, “Segala penghormatan, keberkahan, salawat dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu wahai nabi”
Kemudian Nabi Muhammad menjawab “Demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad.” Dari jawaban ini menyiratkan bahwa beliau itu tidaklah egois karena beliau mengingat umat-umatnya.
Maka, sudah sepatutnya kita sebagai umat Nabi Muhammad mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada beliau yang telah memberikan oleh-oleh sholat sebagai bentuk kasih sayang Allah kepada kita semua. Bahakan saking istimewanya sholat Allah sendirilah yang akan menghisab amal sholat hamba-hambanya.
Dikisahkan pula cicit Rasulullah Ali Zainal Abidin ketika ba’da wudhu wajahnya itu pucat pasi dan bergetar karena akan berjumpa dengan Allah SWT. Masyaallah. Jika Nabi Muhammad dapat bertemu dengan Allah secara ruh dan jasad maka kita sebagai umatnya pun bisa berjumpa dengan Allah secra ruh dalam sholat kita.
Terakhir Ning Ochi dawuh, “Sejelek-jeleknya orang kalo masih sholat insyaallah akan kembali ke jalan yang benar.” Wallahu a’lam