Di Madrasah Diniyah HM Al Mahrusiyah, nadzom Alfiyah Ibnu Malik dijadikan sebagai hafalan wajib siswa-siswi tingkat Aliyah. Namun, mungkin beberapa belum mengenal siapakah sosok dibalik bait mengagumkan ini. Siapakah beliau?
Ialah Muhammad bin Abdullah bin Malik ath-Thaiy al-Jayani, Sang Pakar Gramatika Arabia dari tanah Andalusia. Ulama’ kelahiran 600 H ini merupakan sosok yang sangat alim, karyanya banyak dipuji cendekiawan muslim, bahkan dijadikan rujukan di berbagai majelis ta’lim.
Beliau memiliki nama laqob Jamaluddin, namun masyhur dengan sebutan Ibnu Malik lantaran magnum opusnya yang berisi 1000 bait. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan tidak terlepas dari faktor lingkungan, sebagaimana dijelaskan dalam nadzom Alala:
عَنِ الْـمَرْءِ لاَ تَسْأَلْ وَسَلْ عَنْ قَرِيْنِهِ ۞ فَإِنَّ القَرِيْنَ بِالْـمُقَـــــارِنِ يَقْتَــــــــــدِيْ
Memang daerah Andalusia (Spanyol) saat itu terkenal dengan penduduknya yang cinta terhadap ilmu pengetahuan. Mereka berpacu dalam mengembara ilmu, bertukar pikiran dengan para Guru, hingga melahirkan karangan yang tersebar di berbagai penjuru.
Shohibul Alfiyah ini mengawali perjuangan intelektualnya dengan menghafal 30 juz Al-Qur’an. Beliau kemudian berguru kepada Tsabit bin Khiyar dan Abi Ali Asy-Syalwabain untuk mendalami B. Arab dan Qiro’ahnya.
Menginjak dewasa, Imam Ibnu Malik membulatkan tekad untuk mendalami ilmu Tafsir dan Hadist. Beliau akhirnya berangkat ke arah timur untuk menunaikan ibadah haji. Ini merupakan salahsatu adat Ulama’ terdahulu dalam menempuh perjuangan menuntut ilmu.
Usai haji, Imam Ibu Malik melanjutkan perjalanan ke daerah Damaskus (Syiria) yang saat itu dikenal sebagai daerah para Ulama’ dan Auliya’. Disana, Beliau menimba ilmu dari Abu Hasan as-Sakhowi, Syeikh Hasan bin Shabbah, Ibnu Abi Shaqr, Ibnu Najaz al-Maushili, Ibnu Hajib dan Muhammad bin Abi Fadhal al-Mursi.
Semenjak menetap di Damaskus, Imam Ibnu Malik beralih madzhab fiqhiyyah, dari yang awalnya mengikuti Madzhab Malikiyyah (selama di Andalusia) beralih menjadi Madzhab Syafi’iyyah. Menurut Beliau, Madzhab Syafi’iyyah lebih cocok digunakan dalam kondisi lingkungannya yang baru.
Di Damaskus pula, Imam Ibnu Malik berubah haluan terkait fan ilmu yang dikejar. Awalnya Beliau ingin mendalami ilmu Tafsir dan Hadist, kemudian Beliau memalingkan orientasinya pada ilmu Nahwu dan Shorof. Hal ini dilatar belakangi oleh rasa ingin tahunya yang tinggi terhadap kaidah B. Arab yang berbeda-beda di setiap daerah. Disamping itu, Imam Ibnu Malik memandang gramatika B. Arab adalah pondasi awal yang berperan penting dalam memahami Al-Qur’an dan Hadist sebagai sumber keilmuan.
Tak hanya di Damaskus, Imam Ibnu Malik kemudian melanjutkan pengembaraan intelektualnya menuju daerah Aleppo (Kota Hallab, Syiria Utara). Salahsatu gurunya disana adalah Syeikh Ibn Ya’isy al-Hallaby. Usai menyelesaikan studinya, Imam Ibnu Malik melanjutkan kiprahnya sebagai Ulama’ terkemuka yang aktif mengajar dan menulis. Beliau menuangkan buah pikirannya dalam bentuk nadzom (syair) dan natsar (prosa).
Sarjana Besar kelahiran Eropa ini mampu mengkomparasikan teori-teori gramatika arabia antara madzhab Iraq, Syam dan Andalusia. Untuk menguatkan teorinya, Beliau senantiasa mengambil syahid (dalil) dari Al-Qur’an, Hadist, dan syair-syair dari Sastrawan ternama Arabia.
Karir Intelektual Imam Ibnu Malik pun kian diperhitungkan. Beliau dinobatkan sebagai Taj ‘Ulama an-Nuhat (Mahkota Ilmu Nahwu) karena kecerdasan dan kejernihan pemikirannya. Namanya semakin tersohor hingga membuat Sultan al-Maliku as-Sholih Najmuddin al-Ayyubi (Penguasa Mesir) meminta Imam Ibnu Malik untuk mengajar di Kairo, Mesir.
Selama beberapa tahun, Imam Ibnu Malik menetap di Mesir hingga akhirnya kembali ke Damakus dan mendidik murid-muridnya hingga akhir hayat, tepatnya pada tanggal 22 Februari 1274 M / 13 Sya’ban 672 H. Beliau kemudian dimakamkan di pemakaman al-Qodli Izzuddin Ibn as-Shoigh. Pendapat lain mengatakan Beliau dimakamkan di pemakaman Ibnu Ja’wan. Wallahu a’lam.
Adapun murid-murid Imam Ibnu Malik, antara lain:
وهل فتى فيكم فما خِلٌ لنا * ورجلٌ من الكِرام عندنا
(Dan telah ada sosok lelaki mulia disisi kami)
Berikut daftar karya Imam Ibnu Malik:
Wallahu a’lam.