Detik-detik menuju hari H perpulanagan dan liburan panjang selama satu bulan lamanya, para santri Asrama Darsyi meggelar serangkaian acara penutupan kegiatan Romadhon. Acara di mualai ba’da sholat Dhuhur berjama’ah di Aula Al-Fatah dengan dihadiri oleh Agus Ahmad Nasyirudin Moenir (Gus Anas) dan Ning Hj Ita Rosyidah Miskiyah (Ning Ochi) selaku pengasuh Asrama Darur Rosyidah.
Dalam sambutannya, pertama Ning Ochi ngendikan perihal malam Lailatul Qodar, karena telah sampainya umat islam di pertengahan Romadhon dan hampir tibanya malam-malam terakhir waktu diturunkannya lailatu qodar
Beliau berpesan agar para santri tetap mempertahankan semangat ibadahnya karena dawuh beliau, “Mengapa malam lailatul qodar itu tidak ada yang tahu? Alasannya karena agar para umat berlomba-lomba dalam memperbanyak kebaikan dan amal ibadah,” tutur beliau.
Beliau melanjutkan, “Ketika lailatul qodar telah tiba, hari itu akan tersa sangat sejuk sekali sebab ribuan malaikat sedang mengantri menuju langit dengan membawa do’a-do’a para umat,” lanjut beliau menjelaskan.
Kemudian beliau berpesan, “Menuju perpulangan maka ufsi nafsi walakum untuk mempersipakan diri bertemu orang tua, kalo salim di cium tangannya jangan cuma ditempelkan jidat atau pipi,” pesan pengasuh Asrama Darsyi.
Beliau juga menambahkan, “Kalo di perjalanan jangan ngobrol terlalu banyak, minta keselamatan untuk diselamatkan hingga kembali ke pondok,” tambah beliau.
Selain itu beliau juga berpesan, “Yang paling penting lagi, nanti ketika akan pulang ada agenda kegiatan roan di pondok, disiapkan lagi senjata dan amunisinya,” pesan beliau kepada para santri.
Dengan adanya kegiatan roan kubro sebelum perpulanagan beliau berharap agar para santri tidak melewatkan kegitatan membersihkan pondok bersama-sama sebelum ditinggalkan selama liburan panjang serta agar barang-barang santri tidak ketinggalan.
Dawuh Ning Ochi, “Jangan sampai meninggalkan barang di luar lemari, jangan sampai nanti pulang membawa baju saja sedangkan nadzom sama kitabnya lali, ingat ujian madin menanti,” pesan beliau mengingatkan.
Beliau juga ngendikan, “Dulu ketika saya di pondok mending kehilangan barang dari pada kehilangan kitab,” tutur beliau.
Hal tersebut tak lain karena kitab merupakan barang paling berharaga yang dimiliki oleh santri. Alasannya tak lain karena dalam sebuah kitab terdapat moment-moment yang tak akan bisa diulang kembali. Biasanya para santri mencatat nasihat-nasihat dan ilmu-ilmu penting yang di dapatkaan ketika sedang belajar.
Kemudian beliau kembali berpesan, “Temen-temen kalo sudah di rumah jangan sampai terlena, walaupun liburan tetap dijaga adabnya kepada ortu dan saudara,” nasihat beliau.
Setelah memberikan nasihat seputar persiapan perpulangan, beliau juga mengingatkan kepada seluaruh santri agar menghadiri HBH yang telah diselenggarakan oleh Istimal daerah. Karena dalam rangkaian acara Halal bi Halal merupakan sebuah moment bisa panggih kepada dzuriyah Al-Mahrusiyah dan juga moment dzuriyah bisa berkumpul di seluruh daerah santri Al-Mahrusiyah.
Dawuh Ning Ochi, “Karena kalo sampean hadir itu sama dengan memberikan ihtirom kepada guru sampean dan menjadi bentuk imtisalul amr sendiko dawuh kepada gurun sampean,” tutur putri bungsu Ibu Nyai Hj Zakiyah Misykiyah.
Selain itu, Ning Ochi juga menjelaskan bahwa moment HBH merupakan moment silahturahmi antara keluarga pondok dengan santri dan wali santri baik yang telah menjadi alumni atau yang masih nyantri. Maka dari itu beliau dawuh, “Mari kita semarakan acara HBH,” ajak beliau kepada para santri.
Terakhir, beliau ngendikan, “Perpulangan jangan hanya diniati liburan menlainkan tajdidun niat untuk menjadi lebih baik lagi dan ketika waktunya balik pondok yang tepat waktu, jangan terlambat tanpa alasan,” nasihat beliau.
Karena ketika santri kembali pondok tepat waktu itu sama halnya dengan menepati janji kepada guru. Pulang tepat waktu kembali juga tepat waktu. Setelah itu dilanjut pembagian hadiah dan pesan-pesan Ning Ochi tersebut ditaukidi kembali oleh Gus Anas sebelum menutup acara. Wallahu a’lam.