Ontel Kaum Sarung
Kring, kring, kring, bunyi melengking bel ontel tua merana
Terpakir rapi tanpa adanya sipir yang mengajari
Baris dengan tanpa garis yang mengiris bumi asri nan seni
Berdiri gagah bak pahlawan veteran zaman penjajah
Dengan aksesoris nan lengkap, menambah kesigapannya dalam melabrak perang
Bendera warna darah menyatu padu dengan makna suci warna putih
Apalagi, joki pria sarung, baju koko berpeci pandai dalam mengendali
Sedayuh dua dayuh, pedal berputar patuh mengikuti arah kaki joki
Roda berputar menyusuri jalanan aspal yang anggun diguyur hujan
Ruji-ruji kompak mengikuti irama putaran roda
Sentuhan cinta sandal santri pada pedal ontel menambah kesan romantisme
Tanpa menolak, tanpa mengelak, rem memberhentikan laju ontel
Tunduk merunduk dengan ta’zhim ontel ke jokinya
Tentu atas titah pria sarung, baju koko berpeci ini
Seperti acara orkestra, tampil solid dengan dirigen pandainya
Dan juga sama halnya pasukan berkuda dipandu oleh panglima perangnya
Tapi kali ini ontel klasik santri yang berkuasa
Melaju dengan tenang tanpa bimbang, barokah joki santri yang menawan
Average Rating
- Annas pada “Orang yang Mampu Menandingi Gus Maksum, Hanya Yai Imam!”, -Kisah Keteladanan Yai Imam
- Siti pada Fenomena Ghosob yang Mengakar
- RandaTapak pada Self-Improvement: Meniti Paradigma dengan Lensa Berbeda
- arrofiq pada Pentas Seni Malam Literasi Menuju 1 Dasawarsa Pers Mahrusy
- Elnahrowi pada Tips dan Trik Dibalik Siswi Madin Berprestasi & The Best 1002 Nadzom Alfiyah