Kediri, Elmahrusy Media. Suasana hangat menyelimuti Aula Al-Muktamar Pondok Pesantren Lirboyo dalam acara Seminar Pesantren Ramah Anak pada Jum’at, (24/10) sore. Acara ini dihadiri oleh para Ibu Nyai, Nawaning, serta Pimpinan dan Keamanan seluruh unit Pondok Pesantren Putri di lingkungan Lirboyo. Moment ini menjadi ruang silaturahmi sekaligus refleksi bersama untuk memperkuat komitmen Pesantren dalam mewujudkan lingkungan yang aman, nyaman, dan bermartabat bagi seluruh santri.
Hadir dalam kesempatan tersebut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Ibu Arifah Choiri Fauzi, yang memberikan dukungan penuh terhadap Pesantren dalam penguatan nilai-nilai perlindungan anak. Dalam penyampaiannya, beliau menyebutkan 5 analisa penyebab fenomena kekerasan pada perempuan dan anak, yakni faktor ekonomi, pola asuh dalam keluarga, gadget, lingkungan dan pernikahan usia anak.
Turut hadir pula Wali Kota Kediri, Ibu Vinanda Prameswati serta KH. Abdullah Kafabihi Mahrus, yang memberikan sambutan dalam acara Seminar dalam rangka Peringatan Hari Santri 2025 ini.
Dengan mengusung tema “Dari Pesantren untuk Anak: Membangun Lingkungan Aman dan Bermartabat,” forum ini juga menghadirkan para tokoh inspiratif yang menjadi Narasumber dalam sesi Talk Show, yakni Prof. Dr. Zahrotun Nihayah, Ibu Winny Isnainy, M. Sos dan Ning Hj. Sheila Hasina.
Dalam penyampaiannya, Prof. Dr. Zahrotun Nihayah mengulas prinsip-prinsip perlindungan anak, mulai dari alasan fundamental mengapa anak harus dilindungi hingga peran penting Pesantren sebagai lembaga pendidikan sekaligus pengasuhan alternatif. Sementara itu, Ibu Winny Isnainy, M. Sos membawakan materi yang menyoroti dampak dari berbagai bentuk kekerasan, baik fisik, psikis, seksual, maupun moral. Beliau menjelaskan bahwa setiap bentuk kekerasan, sekecil apa pun, meninggalkan luka psikologis yang dapat berpengaruh panjang terhadap tumbuh kembang anak. Dalam paparannya, beliau juga menguraikan makna dari kata “aman” yang mencakup dua hal penting: mitigasi—yakni upaya pencegahan dan penguatan sistem agar kekerasan tidak terjadi—serta respon kasus, yaitu langkah cepat, tepat, dan solutif ketika suatu pelanggaran terjadi.
Dalam sesi Talk Show yang dipandu oleh Ning Dlomirotul Firdaus —Dzurriyyah Lirboyo yang terjun ke dunia TV— tersebut, Ning Hj. Sheila Hasina juga dengan tegas dan sopan menyoroti isu sosial yang tak kalah penting, yakni meningkatnya stigma negatif terhadap pesantren di tengah masyarakat. “Akhir-akhir ini, stigma negatif di lingkungan Pesantren agak naik rate-nya. Oleh karena itu, kita dari kalangan Pesantren harus bergandengan tangan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan satu bangunan yang satu sama lain saling menguatkan.”
Dari hadis tersebut, Ning Sheila menegaskan pentingnya solidaritas antar Pesantren. “Jangan sampai muncul kalimat, ‘Kan di Pesantren kami tidak ada kasus seperti itu, mengapa harus digebyah uyah?’” tutur beliau. “Sebab meskipun kasus hanya satu-dua, jika dibiarkan, masyarakat akan semakin memperkuat stigma negatif terhadap Pesantren.”
Beliau juga mengingatkan bahwa di Pesantren, tidak menutup kemungkinan muncul komunitas kecil yang toxic. Jumlahnya mungkin sedikit, namun jika pengaruhnya meluas, mereka bisa merasa aman karena merasa memiliki geng yang mendukung. “Biasanya kasus perundungan bermula dari sini,” ungkapnya.
Menurut beliau, ada dua jenis perundungan yang kerap dijumpai di lingkungan Pesantren. Pertama, santri yang benar-benar menjadi korban bullying. Kedua, santri yang merasa dirundung padahal sebenarnya hanya ingin boyong karena tidak betah. “Untuk itu, kita perlu mendengarkan dari dua sisi,” jelasnya. “Libatkan anaknya, pengurusnya, temannya, bahkan gurunya, agar penyebabnya dapat diidentifikasi dan segera dicarikan solusi.”
Ning Sheila mengajak seluruh Pengasuh dan Pengurus agar lebih terbuka dalam menangani permasalahan semacam ini, tanpa menganggapnya sebagai aib yang harus disembunyikan. “Bagi Keamanan Pondok, kalau menyidang anak-anak yang bermasalah, jangan lupa tanyakan: “motifnya apa?” Karena motif seseorang dalam bertindak itu bermacam-macam,” pesan beliau.
Menutup penyampaiannya, Ning Hj. Sheila Hasina menyampaikan,“Semoga ini dapat menjadi consent bagi para Pengasuh, agar Pesantren benar-benar menjadi rumah — yang aman dan nyaman untuk ditempati.”
Wallahu a’lam.