Kediri-Elmahrusy Media. Yayasan Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah menggelar Haflah Akhirusanah pada Sabtu (08/06) pagi, bertempat di Aula Muktamar Pondok Lirboyo, Kota Kediri. Acara tersebut dihadiri oleh KH. An’im Falahuddin Mahrus, Dzuriyah Al-Mahrusiyah, Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen, beserta santri dan wali santri tingkatan akhir di lingkup pendidikan Yayasan Al-Mahrusiyah.
DR.dr. Zulfikar As’ad M.Mr, sebagai perwakilan wali santri menyampaikan apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dzuriyah Pondok Pesantren HM Al-Mahrusiyah juga kepada ustadz, ustadzah serta seluruh pengajar Yayasan Al-Mahrusiyah,
“Terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Kiai hingga bu nyai, yang telah mendidik dari yang tau tidak apa-apa menjadi berproses untuk mengetahui segala sesuatu,Barang siapa yang tidak berterima kasih kepada sesama manusia, sama saja tidak bersyukur kepada Allah Swt. Harapannya ilmu yang didapatkan menjadi ilmu yang manfaat dan barokah, dan ilmu yang diberikan oleh para ustadzah menjadi amal jariyah dan amal ibadah oleh Allah swt,” Tutur Beliau.
Dr. KH. Abdul Ghofur Maimoen berkesempatan memberikan tausiyah, ia mengingatkan perihal pentingnya untuk selalu mengingat dan menghormati guru, sebab seseorang dapat menjalani kehidupan lebih baik lantaran nasihat dari seorang guru,
“Dulu abah saya mondok di Lirboyo, Mbah Maimoen kalau ngaji selalu menyebut nama-nama Kiai yang dulu dijumpai di Kediri, Mbah Manab (KH. Abdul Karim, Mbah Mahrus, Mbah Ma’ruf, Mbah Ihsan Jampes, yang paling sering disebut itu Mbah Manab (KH. Abdul Karim). Ada suatu dawuh KH. Abdul Karim yang selalu diingat KH. Maimoen Zubair
“‘al-dhomir fi al-dhomir. Faman lam ya’rif marji’a al-dhomir, falaisa lahu dhomir.’
Orang yang mengaji tapi tidak mengetahui ruju’ dari sebuah dhomir, berarti tidak punya hati.” Kata Gus Ghofur.
Beliau juga memberikan pencerahan bahwasanya banyak ulama sekarang atau zaman dahulu orientasi kehidupannya berubah menjadi lebih baik karena adanya seorang guru,
“Paman saya, Mbah Ma’ruf semasa mondok di Lirboyo itu menjadi ndalemnya Mbah Mahrus, beliau banyak mempunyai pengalaman untuk mengenang guru-gurunya, Mbah Maimoen banyak mendapat inspirasi ketika di Lirboyo, termasuk dari Mbah Ihsan Jampes. Ulama zaman dahulu, seperi Imam Syafi’I, Imam Hanbali yang jadi ahli fikih, ataupun Imam Syibawaih sang Ahli Nahwu dan ulama besar lainnya orientasi hidupnya jadi lebih baik sebab adanya seorang guru yang selalu mengajarkan ilmu kepada mereka.” Tambah Beliau.
Selamat dan sukse Purnasiswa tahun 2024, semoga ilmu yang didapatkan berkah dan bermanfaat bagi banyak orang.
Baca juga nasihat dan motivasi dari KH. Melvien Zainul Asyiqien
Haflah Akhirussanah Bukanlah Momen Untuk Berhenti Belajar
Sekian, Wallahu A’lam.