Mencari ilmu itu diwajibkan kepada seluruh umat muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Baik di dalam Al-Qur’an maupun hadits, telah dijelaskan kewajiban menuntut ilmu. Orang yang menuntut ilmu akan memiliki kualitas hidup yang baik, wawasan yang luas, berpikir kritis, mengambil keputusan secara bijak, serta kunci sukses dunia maupun akhirat. Bukan sembarang mencari ilmu, niat mencari ilmu karena Allah, menegakkan agama serta memerangi kebodohan tentu harus senantiasa ada dan kuat melekat dalam hati. Selain itu, ilmu merupakan warisan para nabi yang akan membawa kebaikan di dunia dan akhirat. Menuntut ilmu pun merupakan salah satu bentuk ibadah. Hal ini seperti sabda Rasulullah Saw,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan dengan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)
Dalam kalangan pesantren, menuntut ilmu bukanlah hal yang langka. Setiap orang yang datang ke pesantren, meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan orang tuanya, pasti terbesit niat (meskipun sedikit) untuk menuntut ilmu, meski berbeda cara mengungkapkannya. Tentunya dengan alur atau cara yang bercabang-cabang sesuai dengan keinginan dan kemauan individu. Apa yang akan dia perbuat dengan ilmunya, berada dalam kendali penuh individu masing-masing.
Di lingkungan pondok pesantren, khususnya pondok pesantren salaf. Hampir semua kegiatan yang ada di pesantren dilaksanakan pada malam hari seperti madrasah diniyah, musyawarah, sorogan, istighosah, atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan aspek hubungan dan interaksi antar individu dan kelompok seperti, ngopi atau hanya sekadar menenangkan diri ditemani segelas kopi. Dalam perspektif medis, hal ini tentu merupakan kebiasaan yang tidak baik. Tetapi, para santri di pondok pesantren salaf terbiasa tidur di siang hari dan aktif di malam hari. Hal ini mungkin membuat santri baru sulit untuk beradaptasi. Berikut ini merupakan dampak negatif begadang dalam perspektif medis: Gangguan kesehatan jantung, penurunan sistem kekebalan tubuh, masalah metabolisme, mudah lelah, dan lain-lain.
Sementara dalam perspektif spiritual, begadang atau qiyamul lail justru memiliki dampak-dampak positif seperti, mendekatkan diri kepada Tuhan dengan cara beribadah pada malam hari. Suasana malam hari yang tenang tentu menambah ke-khusyuk-an. Suasana tenang pada malam hari juga bisa membantu kita dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan nilai dan makna kehidupan. Sebagai mana hadis Abi Umamah
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ:عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِينَ قَبْلَكُمْ، وَقُرْبَةٌ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ، وَمَكْفَرَةٌ لِلسَّيِّئَاتِ، وَمَنْهَاةٌ عَنِ الْإِثْمِ
“Rasulullah SAW bersabda, hendaklah kalian melakukan qiyamul lail. Karena hal itu merupakan kebiasaan para orang shalih sebelum kalian. Qiyamul lail dijadikan sebagai bentuk pendekatan hamba kepada Tuhannya dan sebagai pencegah dari perbuatan dosa.”
Begadang memang memiliki beberapa dampak negatif dalam perspektif medis. Tetapi dalam perspektif spiritual, begadang justru memiliki beberapa dampak positif jika kita dapat memanfaatkan waktu begadang dengan baik. Karena pada malam hari waktu terasa lebih panjang dari pada siang hari. Oleh karena itu, kitab isa memanfaatkannya dengan cara belajar, membaca Al-Qur’an, menghafal nadzom, ataupun ibadah lainnya. Baiknya, begadang tidak hanya dilakukan sebagai ajang ngopi atau hal-hal lainnya, tetapi juga dilakukan untuk meningkatkan jiwa spiritual dan ajang mendekatkan diri kepada Tuhan. Lagi pula sudah sewajarnya bagi kita (para santri) untuk meramaikan malam dengan kegiatan yang positif.