Lingkup keluarga adalah dimensi atau lingkunngan pertama manusia dalam memulai kehidupannya. Setiap manusia pasti punya keluarga. Lantas apa yang menjadikan karakter, sifat, dan kepribadiannya berbeda-beda? Hal ini menjadi bukti bahwa keluarga adalah tempat memproses terbentuknya sebuah karakter.
Ibarat kata, keluarga itu bagaikan kompor. Kompor tanpa gas tidak akan menyala. Begitu pula keluarga tanpa peran ibu didalamnya, tentu tidak akan bisa melahirkan generasi yang sempurna. Singkatnya, jika di dunia tidak ada ibu maka tidak ada kehidupan. Jika Hawa tidak diciptakan, Nabi Adam pasti sendirian. Inilah yang menjadi peran utama ibu dalam menjalani semua aspek kehidupan, terkhususnya pada lingkup keluarga.
Kamu tahu nggak, bahwa perjuangan ibu bersifat “Unlimited”. Mengapa demikian?
Karena apapun keadaan dan waktunya, ibu akan selalu siap menghadapinya. Terutama dalam merawat dan mendidik anak-anaknya. Jauh sebelum anak lahir, ibu tidak henti-hentinya berdo’a dan berupaya, agar janin yang dikandungnya bisa lahir dalam kondisi sehat dan prima.
Kemudian saat melahirkan, ibu rela menahan seluruh rasa sakit yang dialami, antara hidup dan mati ibu pasrah pada sang ilahi, demi lahirnya sang buah hati.
Saat anak lahir, ibu tidak punya waktu lebih untuk sekadar menenangkan pikiran dan hatinya. Semua kemampuan yang dimilikinya ia berikan kepada anaknya, mulai dari menyapih, mengajari cara untuk duduk, merangkak, berbicara hingga menuntunnya agar bisa berdiri tegak, dan berjalan sendiri menggapai mimpi serta sukses di kemudian hari.
Seperti ungkapan pepatah “Surga berada di bawah telapak kaki ibu” hal ini menjadi refleksi atas derajat seorang ibu yang diperoleh melalui pengorbanan dan kasih sayangnya kepada anaknya, sehingga kunci sukses anak ialah mendapat ridho dan restu dari ibunya.
Selaras dengan hadits Nabi Muhammad SAW yang disebutkan di kitab “Lubab Al-Hadits” karya Al-‘alamah Syeikh Jalaluddin bin Kamaluddin As-Suyuthi berikut:
رضا الرب في رضالوالدين و سخط الوالدين
Artinya : Ridho Allah SWT terletak pada ridho orang tua dan murka Allah SWT terletak pada murka orang tua.
Jika kamu masih bingung bagaimana mendapatkan ridhonya, baca terus pemaparan saya berikut. Ridho itu bisa diperoleh akibat hubungan timbal balik positif antara dua belah pihak. Artinya, ridho tidak bisa muncul tiba-tiba. Analoginya ketika anak durhaka kepada ibunya, apakah ibu akan meridhoinya? Berarti seorang ibu akan ridho, apabila si anak bisa membahagiakan hatinya.
Meneladani perjuangannya merupakan metode untuk memperoleh ridhonya. Caranya banyak sekali, tetapi yang termudah dan simple bagi kamu adalah dengan berbakti kepadanya.
Kamu bisa memulainya dengan memperbaiki tutur katamu. Semakin baik ucapanmu, semakin bahagia pula ibumu. Karena baiknya pembicaraan, mampu meluluhkan perasaan. Dalam islam, relasi pembicaraan anak kepada orang tuanya telah diatur sedemikian rupa.
Diantaranya adalah berbicara dengan bahasa yang halus tidak membentaknya, nada bicara lebih rendah darinya, dan masih banyak lagi. Berkaca melalui firman Allah SWT dalam Q-S. Al-Isra’ ayat 23 berikut :
ضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Selain itu, kamu harus memperbaiki adab dan etikamu, karena perbuatan adalah kunci karakteristik seseorang. Jadikan ibumu mengis terharu, sebab melihat perbuatan manismu. Kamu bisa melakukan hal-hal berikut ini :
– Mematuhi perintahnya. Apapun yang ibu perintahkan padamu lakukanlah! (selama tidak mengarah ke hal egaif yang dibilang agama), karena sebanyak apapun balasan yang kamu berikan padanya, tidak akan setimpal dengan seluruh pengorbanan dan kasih sayangnya.
– Membantu meringankan pekerjaan. Pekerjaan seorang ibu di lingkungan keluarga terbilang berat dan melelahkan, dengan melakukan hal ini ibumu akan terbantu menyelesaikan pekerjaannya diantaranya adalah membantu menyapu, mencuci, memasak, dan sebagainya.
– Mengurangi pemakaian handphone. Alasan saya adalah karena mayoritas anak belum bisa menggunakannya dengan baik dan bijak.
Waktu saja sering mereka lupakan, apalagi dengan kewajiban. Setidaknya, jika handphone memang menjadi tuntutan zaman seperti saat ini, ketika ibumu meminta tolong kepadamu, katakana “Siap atau iya, bu”
Sebenarnya masih banyak cara lain untuk meneladaninya. Namun sedikit tapi berkesan itu lebih baik daripada banyak tapi membosankan. Terakhir, ucapkan terima kasih padanya karena telah tulus dan ikhlas menaruhkan perhatian dan kasih sayangnya padamu. Ibu adalah sosok yang tidak akan bisa kamu lupakan dalam sejarah hidupmu. Bersyukurlah ketika sosok ini masih ada, peluklah dia, dan bisikkan padanya bahwa; “Akulah anak yang paling beruntung dan bersyukur, karena dilahirkan dari sosok yang kuat sepertimu, ibu …”.