web analytics

Hapus Anggapan Perempuan Kurang Berakal

Hapus Anggapan Perempuan Kurang Berakal
Santri Putri Sedang Musyawarah
0 0
Read Time:4 Minute, 35 Second

Acara Bahtsul Masaa-il Kubro ke-IV sukses digelar oleh LBM Putri HM Al-Mahrusiyah pada (30/10) lalu. Namun, banyak momen yang belum sempat terekspos, terlebih dawuh-dawuh para perumus, mushohih, dan dzuriyyah yang begitu banyak menyita perhatian peserta BM dan tentunya saya sebagai panitia yang juga ikut serta mendengarkan ngendikan dari salah satu perumus BM yaitu Gus Vaurok Tsabat, Alumni MHM Lirboyo. Beliau merupakan salah satu santri yang sangat kritis dalam dunia bahtsul masaa-il. 

 

      Sebelum pentasihan sembari menunggu Habib Muhammad Al-Habsy rawuh, Agus Vaurok Tsabat memotivasi para delegasi BMK. Gus Vaurok membahas seputar perempuan menurut pendapat ulama zaman dulu. Kisah perempuan zaman dahulu bahkan sangat menyayat hati, tidak boleh berpendidikan, yang ada hanya di dapur dan ranjang atau biasa disebut 3M (Masak, Manak, Macak). Namun stigma 3M tersebut hilang berkat Syekh Ahsin Al-Fadhali.

“Berkat Syekh Ahsin Al-Fadhali yang membuka Pendidikan pertama bagi perempuan. Perempuan bisa berpendidikan sebagaimana dizaman sekarang ini, sekarang perempuan-perempuan itu tidak bisa diremehkan. Dahulu menurut para ulama perempuan itu haram untuk menjadi pemimpin kerena dalam kitab-kitab salafi perempuan itu naqishotul ‘aqli (kurang akal). Menurut fatwa ulama zaman dulu perempuan itu makruh bahkan haram untuk menulis,”  Jelas Agus Vaurok Tsabat.

Setujukah kalian dengan stigma perempuan itu naqishotul ‘aqli (kurang akal)? Menurut saya ada benarnya karena sering perempuan mengedepankan perasaan bukan akal, ya memang benar adanya, bahkan dalam masalah berdebat perempuan nomer satu. Namun ngendikan Gus Vaurok yang satu ini saya menentang keras bahwa perempuan itu haram untuk menulis. Dalam benak saya “benarkah dahulu sedemikian kejamnya hingga perempuan makruh bahkan haram untuk menulis?”

Ada sebuah Hadits yang berbunyi, “النساء ناقصات عقل و دين” (perempuan itu kurang akal dan agamanya). Redaksi hadits tersebut diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, dan banyak kitab hadits lainnya. Kualitas hadits ini dinilai shahih. Oleh Imam al-Bukhari, hadits ini dimasukkan dalam bab tentang persaksian perempuan. Argumentasi mengapa perempuan “kurang” dalam urusan persaksian maupun keagamaan, hal tersebut karena sisi biologis maupun psikologis yang ada dalam diri perempuan. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa “kurangnya akal perempuan” yang ada dilakukan oleh para ulama karena merujuk pada situasi lingkungan yang mereka amati saat itu.

Namun, hal-hal tersebut seharusnya tidak menjadikan kita sebagai perempuan manusia kelas dua, apalagi menjadi alat diskriminasi perempuan dari ruang publik dan keagamaan. Jika memang hal tersebut dianggap sebagai “kekurangan perempuan”, maka sebenarnya banyak kelebihan perempuan yang dimiliki di luar halangan biologis dan psikologis yang bisa dicapai sebagaimana juga dilakukan oleh laki-laki.

Maka wajar jika zaman sekarang perempuan bisa menjadi seorang pemimpin. Tak heran banyak para Bu Nyai yang namanya berjejer di deretan syuriah atau tanfidziyah PBNU, penulis-penulis handal dari kalangan perempuan. Hal ini tak lain karena giatnya para perempuan-perempuan hebat zaman dahulu. Maka jika sekarang sudah ada kebebasan bagi perempuan dalam berpendidikan, tanpa disuruh kita seharusnya sadar dengan cara seperti apa kita mempertahankan semua yang sudah teralisasi.

    Mengenai perempuan itu naqishotul aqli, lalu bagaimana tentang haramnya menulis bagi seorang perempuan? Padahal di zaman sekarang sudah bukan barang yang langka ketika perempuan menulis. Banyak ditemukan penulis handal dari kalangan perempuan. Bahkan menulis juga menjadi persyaratan bagi siapapun untuk menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Tanpa bekal menulis perempuan yang belajar di perguruan tinggi tidak akan bisa menyelesaikan studinya.

Pict: Gus Vaurok Menjadi Perumus BMK

 

    Mengutip dari islami.co dahulu Kiai Sholeh Darat yang menjadi guru RA Kartini, salah satu aktivis pergerakan perempuan yang terkenal dengan slogan “Habis Gelap Terbitlah Terang” ini juga melarang perempuan belajar menulis. Dalam kitabnya Majmu’ Assyariah, halaman 178 beliau menuliskan, “Adapun bagi anak perempuan maka tidak diperkenankan diajari untuk belajar menulis walaupun untuk mencari ilmu. Hal ini karena menolak maksiat itu wajib hukumnya. Karena wanita itu tidak sempurna akalnya dan tidak sempurna agamanya. Kalau bisa menulis tidaklah aman dari maksiat, karena tulisan itu lebih mudah mengantarkan kepada kemaksiatan”. Lalu pertanyaannya, lantas dahulu Kiai Sholeh Darat mengajari RA Kartini dengan pembelajaran seperti apa?

“Panjenengan itu harus membuktikan secara nyata perempuan itu tidak naqishotul ‘aqli dengan cara lebih rajin dan lebih giat dalam belajar keilmuan ilmiah seperti bahtsul masaa-il ini. Karena perempuan itu tidak mau kalah dalam berdebat maka itu harus dibudidayakan dalam diri perempuan,” Lanjut Gus Vaurok kepada para delegasi. Karena memang ini adalah acara BMK putri jadi seluruh peserta adalah santri putri dari Pondok Lirboyo dari beberapa unit, dan tentunya peserta dari Al-Mahrusiyah sebagai tuan rumah BMK.

Di akhir ngendikan, beliau juga pesan bahwa perempuan selain tidak mau kalah dalam berdebat harus bisa dibuktikan secara mental juga karena menurut beliau, “Perempuan itu mudah ikut-ikutan. Dan perempuan yang kuat itu tidak mudah ikut-ikut. Karena perempuan itu tiang negara, kalo perempuannya buruk negara juga bakal buruk, sebaliknya jika perempuannya moralnya baik negara juaga bakalan baik,” pendapat beliau terhadap kaum wanita yang merupakan pengaruh penting bagi berdirinya suatu negara dan menentukan baik atau tidaknya suatu negara.

Harapan beliau dengan terselenggarakannya acara Bahtsul Masaa-il Kubro ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena sekarang ini banyak gerakan-gerakan feminisme. Sebagai perempuan harus bisa memberikan respon yang baik terhadap gerakan-gerakan tersebut. Beliau memberi contoh, misalnya ketika dibodohi perempuan tidak bisa menjadi pemimpin. Kalian bisa menjawabnya dengan baik tidak hanya ngomong kosong saja.

     Sebagai aktivis bahtsul masaa-il santri putri harus bisa merespon pikiran tersebut. Karena yang bisa menjawab persoalan kewanitaan ya hanya wanita itu sendiri yang langsung terjun dalam realitanya. “semoga kedepannya bahtsul masaa-il dapat dilestarikan dan menghasilkan perempuan yang berkualitas, membuktikan bahwa naqishotul ‘aqli tidak ada bagi perempuan secara konkrit” Pungkas Gus Vaurok.

Penulis: laelizakiaa_

About Post Author

elmahrusy16

Elmahrusy Media Merupakan Wadah literasi dan jurnalistik bagi santri, alumni dan pemerhati Pondok Pesantren Lirboyo HM Al-Mahrusiyah
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like