2 0

Santri itu unik bagi mereka yang telah mengenal dunianya, mungkin ketika menjalaninya langkah terasa berat, lelah, dan ingin segera pulang ke rumah. Namun, kala segalanya telah usai dilalui, rasa rindu hadir menyapa untuk mengajak nostalgia.

Dunianya mungkin terlihat sempit di balik dinding pesantren yang menjulang, terbatas dan tak bebas, terstruktur dan teratur. Akan tetapi, di balik itu semua terbentang luas samudra ilmu rohani dan duniawi serta deras do’a dari sang kiai.

Mungkin santri tak mengenal trend masa kini tapi mereka memiliki budaya yang tak tertandingi. Tradisinya untuk selalu ngantri dalam segala kondisi dan berbagi kepada sesama layaknya keluarga mengajarkan kepada mereka arti kehidupan dan kesabaran.

Hidup mandiri, merantau jauh dari rumah, meninggalkan kenyamanan, kebebasan, keluarga, dan sanak saudara mendidik mereka untuk berdiri tegak dengan kaki sendiri. Beraneka ragam teman dari Sabang sampai Merauke mengajarkan mereka untuk menghargai perbedaan dan tumbuh dengan kedewasaan.

Seperti pendapat KH Reza Ahmad, “Mereka masih muda tapi dewasanya luar biasa,” tutur pengsuh PP HM Al-Mahrusiyah dan berangkat dari dawuh tersebut beliau meredaksikan hadis Nabi yang berbunyi:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَعْجَبُ مِنَ الشَّابِّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَة

“Sesungguhnya Allah Ta’ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memliki shabwah.”

(HR. Ahmad (2/263), ath-Thabrani dalam “al-Mu’jamul kabir.” (17/309).

Shabwah adalah sifat kekanak-kanakan dan para santri dididik dalam kemandirian untuk menuju sifat kedewasaan. Hidup mereka terbatas teknologi, kesehariannya hanyalah mengaji, tak ada HP untuk chatingan yang ada hanyalah kitab kuning dan nadzoman.

Mereka tak ada malam mingguan untuk liburan yang mereka miliki hanyalah malam sorogan dan setoran. Tiada hari untuk bersantai ria karena segalanya telah terjadwal sedemikian rupa. Mulai dari bel bangun hinggal bel tidur segala aktivitas santri diatur dengan terstruktur.

Diajarkan kedisiplinan dan kesopanan dalam segala aspek kehidupan membimbing mereka menjadi tokoh masyarakat yang bermartabat. Mungkin kehidupan mereka tak terjamah teknologi atau bahkan tertinggal informasi. Tapi di lain sisi, dalam dunia pesantren mereka dididik untuk siap menghadapi tantangan zaman berlandaskan nilai-nilai moral kepesantrenan.

Jadi mengapa santri itu unik? Karena hidup mereka berbeda dengan teman sebayanya, tak ada kebebasan berpetualang untuk bersenang-senang dan segalanya terbatas oleh peraturan, hingga KH Reza Ahmad Zahid berpesan,

“Biar anak-anak muda yang di luar memang berbeda dengan kalian yang ada di dalam pondok pesantren. Gak usah iri tetap istiqomah di pondok pesantren,”

Dan beliau juga menambahkan,

“Biar mereka pemuda yang ada di luar pondok pesanten sibuk tongkrongan tapi kalian sibuk untuk ikut pengajian, biar mereka pemuda-pemudi sibuk mengukir love story tapi kalian sibuk mengukir ilmu dengan bertholabul ilmi, jadi ngga usah khawatir, insyaallah Allah akan tetap kagum kepada kalian.”

Waallahu a’lam.

About Post Author

Annisa Fitri Ulhusna

be grateful

annisafu2004@gmail.com

Happy

0 0 %

Sad

0 0 %

Excited

1 100 %

Sleepy

0 0 %

Angry

0 0 %

Surprise

0 0 %