Menggali Solusi Antara Mengaji Atau Cari Rezeki
”Nak, setelah lulus SMA, kamu mau kuliah atau bekerja?”
Pertanyaan itulah yang sering dikatakan oleh orang tua ketika anaknya telah selesai sekolah menengah atas. Apakah kalian pernah merasakan hal itu? Jika tidak berarti kalian adalah orang yang beruntung. Oleh karena itu, kita harus mencari solusi gimana cara menanggapi hal seperti ini. Saya juga pernah mengalami hal ini dan sulit untuk menanggapinya. Karena orang tua adalah seseorang yang perlu kita taati dan mengerti, tetapi di sisi lain belajar juga perlu kita tekuni dan kita nikmati seberapapun waktu yang akan kita tempuh. Pasti kalian masih bertanya-tanya apa maksud dari mengaji dan cari rezeki. Oke, mari kita bahas terlebih dahulu.
Mengaji secara bahasa memiliki arti belajar atau mempelajari ilmu. Sedangkan secara garis besar mengaji merupakan kegiatan yang merujuk pada membaca Al-Qur’an atau membahas kitab-kitab kuning maupun klasik yang mana dalam hal ini biasa dilakukan oleh kaum Muslimin. Hal ini dalam agama Islam termasuk ibadah dan orang yang melakukannya akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. sebagaimana firman-Nya,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا۟ فِى ٱلْمَجَٰلِسِ فَٱفْسَحُوا۟ يَفْسَحِ ٱللَّهُ لَكُمْ ۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُوا۟ فَٱنشُزُوا۟ يَرْفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ مِنكُمْ وَٱلَّذِينَ أُوتُوا۟ ٱلْعِلْمَ دَرَجَٰتٍ ۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Baca QS. Al-Mujadalah ayat 11).

Mengaji itu kegiatan yang dapat merubah kita dari hal yang tidak tahu menjadi tahu. Oleh karena itu, tanpa belajar maka kita tidak akan mengetahui apa yang seharusnya kita ketahui. Selain itu, kita juga harus bisa menjadikan mengaji itu suatu kebutuhan terpenting dalam diri kita dan mampu mengubah pemikiran kita bahwa ngaji itu suatu yang sangat menyenangkan. Mengaji juga sebagai jalan kita untuk menuju surga, seperti sabdanya Rasulullah Saw:
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim No. 2699).
Perlu kita ketahui, bahwa dalam belajar kita membutuhkan waktu yang lama, karena mengaji bukan kegiatan yang kita butuhkan hanya seketika namun selamanya. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Alala yang berbunyi:
ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْغَةٍ # وَاِرْشَادِ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ
“(kunci sukses) Yaitu, cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk ustadz dan lama waktunya.”
Mendapatkan ilmu itu dengan mengaji atau belajar dan itu membutuhkankan enam perkara yang harus kita miliki, seperti yang dikatakan dalam nadzom di atas yaitu cerdas dalam menyikapi apapun, semangat untuk mencari ilmu, sabar dalam segala cobaan, mempunyai biaya untuk belajar, menerima segala petunjuk yang guru berikan, dan kita membutuhkan waktu yang lama dalam mencari ilmu. Maka kita harus bisa mengimbangkan antara enam perkara itu. Soalnya, kita tidak akan bisa belajar dengan semangat dan waktu yang lama jika kita tidak memiliki biaya untuk belajar.

Selanjutnya, mencari rezeki adalah sinonim dari kata bekerja yang berarti suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang mana bermaksud untuk membantu maupun memperoleh pendapatan atau keuntungan. Bekerja juga sangat penting bagi umat manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup, sebab Islam juga telah memerintahkan kaum Muslimin untuk bekerja dan berusaha dalam memelihara dan melastarikan bumi, juga untuk mencari rezeki dan karunia-Nya.
Saking pentingnya mencari rezeki, sehingga Islam mengidentikkan rezeki itu suatu kehidupan. Jadi, tidak ada gunanya seseorang yang hidup tanpa mencari rezeki. Karena dalam hal ini Allah Swt juga berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 105 yang berbunyi:
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللّٰهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهٗ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ وَسَتُرَدُّوْنَ اِلٰى عٰلِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَۚ
“Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. At-Taubah ayat 105).
Nah, bagaiman yang kalian pahami dengan penjelasan diatas? Kalau yang saya pahami sih, keduanya sama-sama penting. Karena tanpa belajar kita tidak akan bisa bekerja, sebab ketika kita bekerja pasti harus ada pelajaran yang sudah kita ketahui. Begitu juga dengan bekerja, kita tidak akan bisa belajar jika tidak memiliki biaya, sedangkan cara mendapatkan biaya adalah dengan bekerja.
Apa yang harus kita dahulukan antara mengaji dan cari rezeki? Pasti jawabannya adalah sesuai kondisi dan situasi yang sedang kita alami. Jadi, apa yang harus kita pilih? Menurut saya, pilihlah dari sesuatu yang paling kita butuhkan. Jika kita membutuhkan uang maka kita harus bekerja. Karena dengan uang kita bisa memenuhi biaya untuk belajar kita. Terus bagaimana dengan ilmu yang harus kita miliki? Kita bisa belajar dengan bekerja, sebab bekerja juga suatu pelajaran untuk menyikapi segala cobaan (sabar).