Nasihat Ning Ochi Perihal Mahabbah
Momentum malam puncak harlah kemarin Ning Ochi memberikan seuntai kalimat mutiara yang masih melekat di hati para pendengarnya. Pesan cinta yang disampaikan pada saat sambutan ini memberi kesan kehangatan dan kedekatan sepasang kekasih. Jika kekasih yang saling merindu tentunya tidak ada solusi selain berjumpa. Namun bagaimana jika kekasih yang dimaksud adalah mahabbah kita kepada Rasulullah saw. Jawabannya adalah memupuk kalimat penyelamat seluruh umatnya, sholawat serta syafaatnya yang bisa kita harapkan untuk kehidupan selanjutnya.
Lalu bagaimana dengan konsep mahabbah kita kepada kekasih pendamping hidup? Jawabannya adalah:
دواء القلوب لقاء المحبوب
Artinya: “Obatnya hati itu ketika bertemu dengan kekasihnya” Lalu jika sudah bertemu sikap apa yang harus kita lakukan, bisa kita tunjukkan kepedulian, kasih sayang dan perhatian. Sekecil apapun perhatian yang kita berikan itu bisa meningkatkan mahabbah bagi sepasang kekasih. Seperti ibrah yang penulis ambil dari keteladanan Ning Ochi, yaitu setiap kali beliau memberikan sambutan selalu Ning Ochi memberikan penghormatan dan rasa ta’dzim kepada Gus Anaz sebagai pendamping hidupnya.
Begitupun sebaliknya ketika Gus Anaz dipersilahkan untuk memberikan mauidzoh, sikap khas beliau pasti selalu memuliakan Ning Ochi dengan memuji keindahan akhlak dan segala kelebihannya. Lantas Ning Ochi pun tersipu malu seketika mendengar salah satu love languange Gus Anaz. Sosok Gus Anaz yang humble dan merakyat ini memberikan keteladanan dari Al-Maghfurlah Mbah Yai Imam. Mengingat sosok Mbah Yai Imam yang telah tiada seakan-akan hadir kembali pada jiwa Gus Anaz. Meskipun penulis belum pernah merasakan kehidupan nyantren semasa beliau hidup, tapi suara mayoritas mengatakan bahwa Gus Anaz secara sikap itu seperti Mbah Yai Imam.