Setiap tapak melahirkan jejak. Setiap langkah menentukan arah.
Bagi para santri, masa-masa di pesantren merupakan muqaddimah yang menutrisi ruhani dan menanamkan prinsip hidup yang hakiki.
Kini, kala detik-detik perpisahan mulai merekah, ada haru yang menyatu dengan indah. Sebab sejatinya, mereka bukan berpisah, melainkan berpindah dari satu medan perjuangan ke ladang dakwah yang lebih luas nan megah.
Dalam suatu moment yang penuh berkah, Ning Hj. Niswatul Arifah—dengan tatapan yang merangkul jiwa, menyampaikan selamat kepada mereka yang akan melanjutkan cita, “Saya ucapkan selamat jalan bagi kalian yang meneruskan pendidikan ke jenjang berikutnya.” Tutur beliau.
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Misky HM Al-Mahrusiyah Lirboyo Kediri ini juga mengalunkan pesan kepada anak-anak yang hendak beranjak, “Kalian merupakan bagian dari Al-Mahrusiyah. Sampai kapanpun kalian tetap diterima di Al-Mahrusiyah.”
Mereka yang memilih tetap di lingkaran pesantren, atau memasuki lembaga pendidikan yang berbeda warna, semuanya tetap santri Al-Mahrusiyah yang dicinta. Oleh karena itu, beliau mengingatkan untuk senantiasa menjaga almamater pesantren, kapanpun dan dimananpun mereka berada.
Lebih dari itu, Ning Hj. Niswatul Arifah atau yang kerap dipanggil Ning Rifa menegaskan bahwa rumah ini tak pernah menutup pintu. “Jika suatu saat kalian merasa sumpek dengan kehidupan di luar sana, silahkan kembali ke sini, charger ikatan kalian dengan para Masyayikh.”
“Dan jangan sampai lupa dengan prinsip-prinsip yang selalu Ning Rifa dan Gus Reza tekankan di Asrama Al-Misky.” Tambah Istri dari KH. Reza Ahmad Zahid ini. Karena disini, ada prinsip yang harus tetap lestari, warisan ruhani yang tak boleh mati. Syariat yang selama ini dipelajari, istighotsah yang saban malam dihayati, harus tetap menjadi nafas dalam setiap denyut nadi.
Tak hanya itu, Ning Rifa menitipkan satu wasiat penting bagi para santri, “Jangan pernah melupakan para guru kalian. Jangan sampai ta’alluq kalian dengan para guru itu terputus.”
Beliau pun menegaskan dengan maqolah yang sarat makna:
“من لم يعرف الأصول حرم عن الوصول”
“Barangsiapa tak mengenali asal dan porosnya, niscaya tersesat dari arah dan maksudnya.”
Sepenggal hikmah yang menegaskan bahwa guru bukan sekadar pengajar, tetapi poros tempat santri berpijak dan berpulang. Beliau-beliaulah yang meniupkan ruh pada ilmu, membimbing langkah saat hati mulai bimbang, dan mendoakan dalam diam agar muridnya selamat dalam setiap persimpangan.
Bila seorang santri memutus ikatan batinnya dengan guru, ia ibarat musafir yang menolak peta di tengah padang pasir. Mungkin kakinya berjalan, tapi hatinya kehilangan tujuan. Mungkin ilmunya berkembang, tapi keberkahannya perlahan menghilang. Maka, hormatilah guru, panjatkan doa untuk beliau-beliau, dan jangan pernah mengabaikan pesan-pesan yang dulu ditanamkan beliau.
Di detik-detik acara purna siswa ini, Ning Rifa juga mengingatkan satu hal yang sering luput dari perhatian, yakni adab berpamitan. Bagi beliau, seorang santri bukan hanya ditandai oleh kecerdasannya, tetapi juga adabnya. Maka, ketika seorang santri hendak meninggalkan pesantren untuk melanjutkan perjuangan di medan lain, ia seharusnya berpamitan dengan baik, sebagaimana dahulu ia datang baik-baik.
Ibarat kata, masuk dengan mengetuk pintu, maka keluarnya pun harus meminta restu. Datang dengan tertib adalah adab. Pergi dengan ta’dzim adalah akhlak.
Beliau berpesan, “Semoga kalian menjadi orang yang ma’shum (terjaga). Pegang terus syariatnya, jangan lupa istighotsahnya dijalankan. Sempatkan juga untuk meramaikan jika ada acara di Al-Mahrusiyah, baik itu acara Halal bi Halal, acara Haul, ataupun acara yang lainnya.”
“Semoga ilmu yang kalian dapatkan memiliki atsar bagi diri sendiri, dan bermanfaat bagi masyarakat, serta barokah fiddīn, waddunyā, wal ākhirah.” Pungkas Ning Hj. Niswatul Arifah.
Ingat, ini bukan akhir dari temu, tetapi awal dari rihlah baru, untuk kemudian merangkai rindu. Di mana pun kaki melangkah, Al-Mahrusiyah tetap menjadi rumah yang senantiasa mengalirkan berkah. Aamiin. Wallahu a’lam.