web analytics
AD PLACEMENT

Petuah dan Hadiah Untuk yang Tamat Madrasah

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:6 Minute, 1 Second

Perihal mondok dan pesantren, adalah arti sebuah anugerah. Bagaimana tidak, pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan tertua yang begitu loyalitas dalam memberikan kontribusi penting bagi peradaban keilmuan bangsa ini, menjadi sebuah keniscayaan akan realita yang terjadi. Pasang surut berita yang bertebaran di luaran, tidak mengurangi sedikit pun asas tujuan mencerdaskan dan kultur kekhasan pesantren yang berupa kesederhanaan dan kebersamaan.

Di satu sisi pondok pesantren adalah anugerah, bahwa tidak setiap orang mampu menjadi bagian dari pesantren, tidak setiap orang mampu menjadi santri. Perihal mampu tak mampu, mondok tentu membutuhkan biaya. Berapa pun pastinya, setidaknya perlu untuk kebutuhan makan dan beli kitab pelajaran, spp pesantren untuk listrik dan air. Tentu yang namanya orang hidup, tidak terlepas dari biaya. Tidak mengecualikan juga dalam masa mencari ilmu.

Sebagaimana yang dijelaskan Syekh Burhanuddin az-Zarnuji dalam nazham Alala:

دُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍ وَبُلْعَةٍ وَإِرْشَادُ اسْتَادٍ وَطُولِ زَمَانٍ

AD PLACEMENT

Cerdas, sungguh-sungguh, sabar, ada bekalnya * serta petunjuk guru, dan lamanya masa (mencari ilmu)

Setidaknya dalam mencari ilmu, menurut nazham Alala, ada 6 hal pokok yang harus terpenuhi bagi seorang santri. Salah satunya adalah memiliki bekal yang dalam hal ini adalah termasuk biaya.

Juga, perihal mampu, selain finansial, untuk mencapai cerdas intelektual dan kokoh spiritual,  seorang santri juga harus mampu secara mental. Karena bagaimanapun, seorang santri harus siap beradaptasi pada sebuah lingkungan yang pastinya berbeda atau jauh berbeda yang bahkan belum pernah terlintas di pikirannya sama sekali. Sebuah lingkungan yang mengedepankan kesederhanaan dan kebersamaan. Selain itu, santri juga harus beradaptasi dengan jadwal kegiatan yang tentu kurang lebihnya padat, terstruktur, semua diatur mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi.

Dengan begitu, hebatnya, dari sekian banyak orang yang dianugerahi mampu, baik secara  finansial ataupun mental; tidak semua orang mau. Itu masalahnya. Tidak semua orang diberikan cahaya hati dan petunjuk untuk mau mondok dan menjadi santri. Tidak perlu membahas perihal keutamaan mejelis ilmu, pencari ilmu, dan ilmu itu sendiri. Itu sudah jelas kiranya. Belum lagi ibadah-ibadah, belum lagi hal baik lainnya. Pondok pesantren adalah investasi pahala yang menjanjikan.

AD PLACEMENT

Dari sekian pondok pesantren, Lirboyo adalah salah satunya. Siapa yang tak kenal? Pondok pesantren yang didirikan pada tahun 1910 M ini terus mengalami perkembangan yang signifikan, baik infrastruktur hingga jumlah santri yang hampir menembus angka 50.000.

Dalam hal ini, KH. Mahrus Aly dawuh:

“Kalau tidak punya cita-cita besar, tidak akan krasan (betah) mondok di Lirboyo.”

Hingga…

AD PLACEMENT

Kenapa Pondok Pesantren Lirboyo begitu istimewa?

Hal ini tidak terlepas dari peran besar pendirinya, yaitu KH. Abdul Karim. Sebagaimana yang disampaikan oleh KH. A. Idris Marzuqi dalam buku Pesantren Lirboyo; Sejarah, Peristiwa, Fenomena, dan Legenda disebutkan:

“Mbah Abdul Karim memiliki pribadi yang sangat rendah hati, tawadlu.”

Hal itu terbukti, bagaimana beliau mampu dan mau untuk mondok di pondok pesantren KH. Hasyim Asy’ari yang hitungannya masih teman seperjuangan. Juga KH. Abdul Karim saat mondok di Syaikhona Kholil Bangkalan yang rela berangkat dengan berjalan kaki dari Magelang, melintasi luasnya perairan Suramadu dengan menaiki gedebog, tanpa bekal yang memadai, harus turut bekerja, menjual kitab untuk membeli kitab, memakan daun mengkudu, hanya memiliki satu potong pakaian dan berendam di sungai sambil melalar Alfiyah karena menunggu pakaiannya kering saat dijemur.

“Saat masih menjadi santri hingga menjadi kiai, Mbah Abdul Karim marupakan pribadi yang sangat sederhana.”

Dari sekian banyak perilaku mulia beliau, satu hal yang sangat  menyentuh; beliau tidak akan tidur selain ketiduran, beliau tidak akan tidur sebelum mendo’akan santri-santrinya.

Kenapa Pondok Pesantren Lirboyo bisa begitu maju dan tetap eksis sampai sekarang?

Pondok Pesantren Lirboyo memiliki thariqah atau orientasi pendidikannya berupa ta’lim wa ta’alum, mengajar dan belajar. Sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren sudah seharusnya menjadi pusat pembelajaran yang menjunjung tinggi akan ketersampaiannya ilmu. Bagi siapapun yang mendiami Pondok Pesantren Lirboyo, jika tidak belajar, ya harus mengajar. Jika tidak mengajar, ya harus belajar; mengaji.

Tapi, bagaimana bisa mengajar jika tidak belajar?

Mulai dari sorogan, bandongan, musyawarah, hingga madrasah, Pondok Pesantren Lirboyo berusaha sekuat tenaga untuk menciptakan pembelajaran yang maksimal dan efektif. Para santri digembleng untuk tekun dan bersungguh-sungguh dalam mencari ilmu.

Itu kenapa, alumni-alumni jebolan Pondok Pesantren Lirboyo berada di mana-mana, baik di dalam ataupun luar negeri. Juga pastinya, mereka mampu menjadi orang-orang yang andil dalam menjawab tantangan-tantangan di masyarakat.

  1. Ahmad Idris Marzuqi menyampaikan dalam salah satu kesempatan, perihal 2 kunci sukses belajar di Lirboyo.

Pertama, mempeng.

Mempeng bisa berarti tekun, sungguh-sungguh, dan bersemangat dalam belajar. Para santri sudah seharusnya mempeng dalam menuntut ilmu di pondok pesantren. Hal itu pun sering disampaikan oleh para masyayikh dalam berbagai kesempatan, “Ngajio sing mempeng!” –mengajilah yang tekun. Mempeng juga termasuk dalam hirsin dalam 6 hal pokok sebagaimana yang tercantum dalam nazham Alala yang sudah disebut di atas.

Kedua, tamat madrasah.

Seperti yang kita tau, bahwa sistem pembelajaran di Pondok Pesantren Lirboyo pun ada yang berupa madrasah, terkhusus madrasah diniyah dengan berbagai jenjang yang dimulai dari Ibtida’iyah, Tsanawiyah, hingga Aliyah.

“Nasehat yang selalu saya tekankan kepada para santri adalah agar berusaha sekuat tenaga menamatkan jenjang pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo.” Dawuh KH. Ahmad Idris Marzuqi.

Kenapa seperti itu?

Beliau menyampaikan 3 alasan-pesan terkait hal tersebut:

“Pertama, meskipun ketika mondok itu seperti belum bisa apa-apa, insyaallah setelah menamatkan madrasah ada nilainya tersendiri.”

Yai Idris dawuh, bahwa tamat madrasah memiliki nilai, keistimewaannya tersendiri yang mungkin tidak akan terasa saat masih berada di pondok. Meskitpun toh, kata beliau, ketika mondok itu rasanya seperti belum bisa apa-apa. Hingga siapa sangka, setelah tamat madrasah, setelah kembali pulang ke kampung halaman dan bermasyarakat, nilai dan keistimewaan itu akan terlihat. Tentu tetap berpegang teguh pada kata ‘mempeng’ dalam belajar.

“Kedua, setelah tamat harus lebih memprioritaskan memperjuangkan ilmu dulu. Jika lebih mengutamakan bekerja dan mengabaikan mengamalkan ilmu, maka akan menemukan hasil yang jauh dari maksimal. Ketika belajar di Lirboyo, jangan sekali-kali merasa putus asa, apapun yang terjadi.”

Tidak sedikit dari pada alumni yang ketika sudah tamat madrasah hingga harus kembali pulang ke kampung halaman dan bermasyarakat malah lebih dulu bekerja, tanpa mengamalkan ilmu dan mengajar. Menurut beliau, jika seperti itu (memilih bekerja, tanpa mengamalkan ilmu) maka khawatir akan mendapatkan hasil (rezeki) yang jauh dari maksimal. Karena bagaimanapun, tatakrama terhadap ilmu ialah dengan diamalkan.

Bahkan sebagaimana salah satu dawuh KH. Abdul Karim ialah “Santri nek muleh, ojo lali ngadep dampar!” –Santri kalau sudah pulang (bermasyarakat), jangan lupa menghadap meja (mengajar).

“Ketiga, jangan sekali-kali mengandalkan kecerdasan otak, namun andalkanlah rajin dan tekun mengaji, insyaallah jika sudah di rumah walaupun tidak ada niatan mendirikan pesantren, pasti ada saja orang yang hendak mengaji.”

Hal ini tidak sedikit terjadi, terutama bagi mereka yang berkemampuan mumpuni dalam kecerdasan. Karena merasa cerdas, menjadi malas-malasan dalam mengaji. Beliau mengingatkan, kecerdasan akan kalah dengan ketekunan. Mau seperti apa kecerdasannya, tetaplah utamakan ketekunan dalam mengaji.

Dengan itu, selamat dan sukses bagi teman-teman yang sudah tetap teguh mempeng belajar hingga berhasil menjadi purna siswa dengan menamatkan pendidikan madrasahnya di pondok pesantren. Semoga ilmu yang didapat menjadi manfaat dan barokah, mampu diamalkan dengan maksimal.

Bagi teman-teman santri yang belum tamat dan masih berjuang dengan semangat mempeng belajar, jangan mudah menyerah, dan teruslah mengusahakan masa depan yang cerah.

إذا تّم الأمر بدأ نقصه

“Ketika suatu perkara telah sempurna, maka akan nampak kekurangannya.”

Wallahu a’lam.

 

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Tragedi Karbala; Ahlussunnah dan Syiah

Tragedi Karbala; Ahlussunnah dan Syiah

Asyura dalam Syiah, Emang Boleh?

Asyura dalam Syiah, Emang Boleh?

Peristiwa di Balik Tanggal 10 Muharrom

Peristiwa di Balik Tanggal 10 Muharrom

Pesan Ning Rifa untuk Purna Siswa

Pesan Ning Rifa untuk Purna Siswa

Lautan: Salah Satu Keajaiban

Lautan: Salah Satu Keajaiban

Makna yang Terkandung Dalam Kurban

Makna yang Terkandung Dalam Kurban

AD PLACEMENT