web analytics

Revitalisasi Pemikiran Ushuluddin Di Era Disrupsi

Revitalisasi Pemikiran Ushuluddin Di Era Disrupsi
0 0
Read Time:3 Minute, 18 Second

Hidup di era alpha tentu memiliki tantangan kehidupan zaman yang semakin beraneka rupa disamping kemajuan dan kecanggihan teknologinya. Oleh sebab itu, untuk menyesuaikan perkembangan zaman yang terus berubah, pemikiran ushuluddin perlu direvitalisasi agar selaras dengan konteks di era modern ini.

Dimulai pada abad ke-18 tokoh-tokoh besar Islam seperti Jamal al-Din al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rashid Rida tergerak untuk mengevaluasi tradisi intelektual islam menjadi interpretasi baru yang relevan dengan realitas zaman.

Dari tiga tokoh ini kemudian lahirlah tokoh-tokoh Islam yang turut berkontribusi dalam revitalisasi pemikiran ushuluddin. Diantaranya dari Indonesia, pertama lahir Harun Nasution sebagai pelopor studi Islam di Indonesia dengan cara menawarkan pendekatan ilmiah dalam mempelajari teologi Islam.

Kedua, muncul cendikiawan Indonesia yang bernama Azyumardi Azra dengan karyanya tentang intelektualisme Islam dan filsafat Islam. Dari Pakistan lahir Fazlur Rahman dengan karyanya tentang metodologi tafsir Al-Qur’an dan Sejarah pemikkran Islam yang menekankan pentingnya kontekstualisasi Islam untuk menjawab tantangan zaman, dan masih banyak lagi.

Dengan munculnya tokoh-tokoh penggagas pembaharuan pemikiran ushuluddin, diprediksi akan menawarkan banyak peluang seperti memperkuat pemahaman Islam, menjawab tantangan zaman, dan meningkatkan dialog antaragama.

Namun, selain memiliki banyak peluang, dilain sisi pembaharuan pemikiran ushuluddin juga memiliki banyak hambatan dan tantangan, diantaranya penolakan dari kelompok konservatif yang mempertahankan paham tradisional, kurangnya pemahaman tentang kompleksitas nuansa pembaharuan pemikiran Islam, dan adanya politisasi kelompok-kelompok tertentu untuk kepentingan pribadi,

Selanjutnya, problematika di era disrupsi yang di picu oleh pesatnya kemajuan teknologi dan komunikasi membawa berbagai perubahan besar dalam aspek kehidupan, seperti perubahan sosial, munculnya isu-isu global, dan perubahan pemikiran keagamaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang autentik.

Selain itu, kurangnya pakar yang kompeten dan sulitnya menyeimbangkan antara tradisi dan modernitas menjadikan revitalisasi pemikiran ushuluddin sebagai tantangan yang kompleks. Oleh sebab itu, berangkat dari beragamnya perubahan zaman yang harus di hadapi dan banyaknya pemikiran-pemikiran yang perlu dievaluasi agar selaras dengan tantangan zaman masa kini dan yang akan datang.

Dari sini penulis akan membeberkan pemikiran KH Hasyim Asy’ari yang dapat dijadikan sebagai acuan pembaharuan pemikiran ushuluddin prespektif santri salafi. Dilansir dari laman web NU Online, sebagai muasis organisasi islam Nahdatul Ulama dalam Muqaddimah Qanun Asasi, KH Hasyim Asy’ari mencetuskan empat pemikiran penting yang dijelaskan oleh ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, H Puji Raharjo.

Pertama, KH Hasyim Asy’ari menekankan pentingnya organisasi atau al-ijtima’ dengan alasan bahwa umat islam memerlukan wadah yang solid sebagai benteng pertahanan dalam menjaga aqidah dan syariat Islam.

Kedua, saling mengenal atau ta’aruf dalam bermasyarakat, ketiga persatuan atau al-ittihad sebagai kunci utama dalam menjaga keorsinilan ajaran Islam. Terakhir atau pilar keempat adalah kekompakan atau at-ta’alluf, maksudnya dengan adanya kekompakan dapat meningkatkan kualitas hubungan antar anggota.

Dari pemikiran empat pilar muasis Pesantren Tebuireng Jombang tersebut, di era disrupsi kini revitalisasi dapat dilakukan melalui berapa langkah, diantaranya dengan terus mengembangkan metode-metode yang inovatif agar kajian ushuluddin dapat terbuka dan inklusif sehingga dapaat menjangkau berbagai kalangan.

Kedua, pemikiran ushuluddin KH Hasyim Asy’ari yang dilandaskan pada prinsip ahlussunnah wal jama’ah yang moderat dan toleran dapat menyeimbangkan antara akal dan wahyu, tradisi dan modernitas, serta antara lokalitas dan globalitas. Menurut beliau, Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin sehingga harus direalisasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, untuk merealisasikan empat pilar pemikiran KH Hasyim Asy’ari dapat diterapkan pendidikan ushuluddin mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi yang dapat menjadikan pendididkan ushuluddin sebagai pendidikan komprehensif dan kontekstual, sehingga mampu membekali peserta didik dalam pemahaman mengenai teologi Islam serta menjadikan peserta didik kritis dan analitis.

Terakhir dengan pemanfaatan kecanggihan teknologi, pemikiran ushuluddin dapat disebarkan dengan mudah dan global. Salah satunya seperti membangun pemahaman yang lebih baik antar umat beragama untuk membantu mencegah munculnya fanatisme dan intoleransi.

Kesimpulannya, berdasarkan pemikiran tokoh-tokoh penggagas perubahan pemikiran ushuluddin khususnya KH Hasyim Asy’ari, dapat dijadikan acuan penting dalam revitalisasi pemikiran Islam di era disrupsi. Karena dengan menerapkan pembaharuan pemikiran ushuluddin tersebut diharapkan dapat membangun Islam yang moderat, rahmatul lil ‘alamin, dan mampu mengatasi tantangan zaman yang bervariasi. Wallahu a’lam.

About Post Author

Annisa Fitri Ulhusna

Santri Al- Mahrusiyah Lirboyo, Kediri. Santri ngabdi kiai dan seorang gadis penggemar literasi
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like