Sanggar Kedirian: Merajut Sosial, Menyelami Diri.
Terkadang begitu sulit untuk bersosial seraya membenahi diri. Karena memang antara sosial dan diri individu begitu dikotomi. Dengan itu, Sanggar Kedirian hadir untuk menjawab segala keluh dan dahaga masyarakat yang berkepanjangan.
Sanggar Kedirian selain berisi tentang nilai-nilai sosial dan pengembangan diri, di sana bisa didapat berbagai pengetahuan-pengetahuan baru dari kajian dan sharing-sharing. Ya, Sanggar Kedirian memberikan kesempatan bagi anggota forum untuk menyampaikan dan menyelesaikan masalah secara bersama sama. Sanggarkedirian itu lebih tepatnya adalah forum silahturahmi, sambung pikiran, dan diskusi.
Berikut adalah hasil wawancara kami dengan Drs. Bustanul Arifin, M.Pd.I, selaku anggota aktif Sanggar Kedirian:
Filosofi dinamai dengan Sanggar Kedirian.
Sanggar kedirian, kembali ke diri. Bukan nama sebuah sanggar yang mengacu pada tempat di Kediri. Tapi, sanggar kan berarti latihan dan kedirian itu kembali ke diri. Jadi sanggar kedirian adalah wadah latihan bagi orang-orang yang ingin berusaha untuk mengenali dirinya, ingin kembali kepada diri. Menjadi lebih baik lagi.
Manusia itu harus ingat dengan dirinya. Biasanya orang itu bekerja, melakukan sesuatu itu lupa untuk dirinya. Seperti lilin, menerangi sekitar tapi ia malah harus terbakar. Tidak mementingkan dirinya, manusia jangan seperti itu. Karena selain memang harus mengacu pada khoirunnas anfauhum linnas, kita juga tetap harus mengahargai diri dengan cara mengenali dan berusaha menjadi lebih baik lagi di setiap harinya. Maka dari itu hadirnya Sanggar Kedirian hadir untuk menjawab persoalan hal ini.
Sejarah berdirinya
Awal-awal berdirinya itu tahun 2009 yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang hanya sekedar ngobrol-ngobrol, diskusi. Bahasanya itu ngopi: ngobrol perkara iman. “Saya itu sebenarnya bukan pencetus ataupun pendiri, hanya ikut aktif saja di setiap agenda Sanggar Kedirian.” Ucap Pak Bustanul Arifin, selaku anggota generasi awal.
Untuk itu, para pencetus Sanggar kedirian antara lain, seperti Mas Hartono Basingkem, Mas Al Adnan Asmara, Mas Gatot, dan Mas Beni. Semakin ke sini, dengan kegiatannya yang semakin tertata dan berkelanjutan, anggotanya semakin berkembang. Sekarang kira-kira ada 200-an orang karena memang anggotanya tidak dibatas. Siapapun bisa menjadi bagian dari Sanggar Kedirian. Tidak harus orang muslim. Tapi, siapa yang punya keinginan, siapa yang punya pemikiran, mari kita berpikir bersama untuk kemajuan diri.
Dan dulu Sanggar Kedirian itu berlambang Brontoseno yang berguru kepada Dewa Ruci yang disebutnya adalah sedulur tunggal bayu, memiliki makna yang mendalam. Brontoseno itu bentuk dzohiriyah manusia dan dewa ruci itu bentuk batiniyah manusia. Lahir batin harus sama. Itulah yang dinamakan kedirian, usaha kembali ke diri. Dengan itu bagaimana kita menjaga diri kita sendiri. Artinya, kita harus mengenal siapa diri kita yang menjadi makhluk allah. Maka cara komunikasinya dengan tidak menyalahkan orang lain. Tidak mengharapkan orang lain. Tetap bermanfaat dalam ruang sosial, tanpa harus melupakan pada proses perbaikan diri.
Tujuan dibentuknya Sanggar Kedirian.
Manusia itu harus mengenal dirinya, siapa dirinya, untuk apa ia diciptakan. Dengan begitu, banyak sebetulnya orang-orang yang ingin berusaha lebih baik dengan mengenal dan meningkatkan dirinya menjadi manusia yang lebih baik lagi. Tapi, wadahnya itu sulit ditemukan. Tidak ada tempat yang mewadahi untuk pembenahan diri dan olah pikir dengan menyampaikan dan menyelesaikan masalah bersama. Maka dari itu, sanggar kedirian itu terbentuk. Bagaimana kita itu menyatukan visi, membangun pribadi masing-masing. Dan itu tidak ada paksaan. Tidak harus ada sekian orang. Bagaimana caranya kita membangun diri kita agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mencari jati diri.
Tidak ada paksaan dalam sanggar kedirian ini. Mereka boleh ikut dengan tanpa harus melupakan kewajiban dan tugas mereka. Semisal ada agenda sanggar yang dimulai jam 8 malam. Tapi, mereka baru pulang kerja dan bisa mengikuti sanggar di jam 9 malam. Ya, tidak apa-apa datang jam 9. Dengan begitu, sanggar kedirian itu dapat diterima dari berbagai komponen.
Program kegiatan
Dalam sanggar kedirian tentu tidak jauh dari tujuan awal, yaitu untuk memperbaiki diri dengan saling menyampaikan dan menyelesaikan melalui diskusi-diskusi pemikiran bersama. Dalam garis besar Sanggar Kedirian itu memiliki beberapa kegiatan yang diadakan setiap hari jum’at kliwon dan malam sabtu legi;
- Pra Tema.
Koordinasi/ rembugan untuk menentukan tema rutinan yang boleh diusulkan oleh siapapun. Bertempat dirumah penggiat SK atau siapapun yang menawarkan tempat, dengan jadwal 2-3 minggu sebelun jadwal rutinan.
- PPD (Peran Peduli Dulur).
Wujud sumbangsih kita pada sedulur SK yang sedang diuji Allah.
- Ndhedher.
Infaq Pinjam tanpa bunga, sebagai upaya kemandirian ekonomi penggiat.
- Anjangsana.
Silaturahmi.
- Ngopi.
Ngopi sembari diskusi.
- Dokumentasi.
Literasi, fotografi, videografi dan kegiatan lainnya guna mendukung publikasi di website, Facebook, Instagram, Twitter, YouTube Sanggar Kedirian.
Programnya ini berkembang juga dari gerakan nasbung atau nasi bungkus. Setiap acara malam hari, ada beberapa nasi bungkus itu kami bagikan kepada fakir miskin, gelandangan-gelandangan. Ini merupakan bentuk bakti sosial kami. Di sana kita akan membahas tentang berbagai tema yang ditentukan. Tidak ada kesimpulan. Kesimpulan itu ya tergantung dirinya masing-masing mau menyimpulkan apa. Dalam jadwalnya, sanggar kedirian itu ada agenda di malam jum’at kliwon dan malam sabtu legi. Baca albarzanji, wirid maiyah, tadarus Al-Qur’an, juga akan ada diskusi sesuai tema. Yang sebelumnya juga tema itu sudah dimusyawarahkan pada pra tema, kenapa dipilih, apa kelebihannya, dan tentunya yang sedang ramai. Apapun. Dan penamaannya juga dibuat menarik, seperti semisal adu domba yang diubah menjadi domba tarung, atau akhir-akhir ini menjelang pemilu, maka temanya bisa dinamai kursi panas. Pada saat itu juga diadakannya tawasulan.
Sebenarnya Sanggar Kedirian ini lebih dominan pada sosial antara anggota forum yang tali pengikatnya itu dengan berbagai kajian diskusi, pembacaan maulid atau wirid, dan hanya sesekali bakti sosial ke luar forum. Untuk hiburan, Sanggar Kedirian juga ada beberapa alat musik yang dimainkan. Selain gitar, gamelan kerap sesekali dihadirkan.
Tempat, tergantung. Selama ini menetap. Gni, hutan kota, mulai pandemi itu Sanggar Kedirian berpindah lokasi di kampus UIT karena suasan lengang, parkir luas, juga tidak terlalu mengganggu masyarakat. Sampai sekarang.
(Bpk. Bustanul Arifin, Dosen UIT Lirboyo).