web analytics

Antara Wanita, Pendidikan, dan Negara

Antara Wanita, Pendidikan, dan Negara
Ijazahan Hirzul Jausyan
1 0
Read Time:2 Minute, 51 Second

Oleh: Asia Jasmine Puan Prameswari

Di zaman pra-modern, posisi perempuan selalu ditempatkan dalam urusan rumah rumah tangga. Berbeda dengan posisi laki-laki yang ditempatkan pada hal yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Tak hanya itu, di zaman pra-modern atau mungkin di zaman sekarang masih saja dari beberapa kelompok yang meyakini bahwa perempuan diciptakan hanya untuk 3M (Macak, masak, manak) dan hanya bisa bekerja di 3UR (Dapur, sumur, kasur), bukankah ini suatu ketidakadilandalam kedudukan? Bahkan masih banyak dari beberapa individu yang menyatakan:

“Buat apa sekolah tinggi kalau ujungnya juga didapur?” Kata-kata tersebut sangan menampar impian para wanitadan sangant mematahkan harapan mereka.

Perempuan, wanita, ibu adalah sekolah pertama bagi putra putrinya kelak. Hal itulahyang menjadi sebab pentingnya pendidikan bagi kaum perempuan. jika dipkir-pikir urusan rumah tangga pun juga membutuhkan yang namanya pengetahuan. Pengetahuan dalam mengurus keuangan, kekeluargaan, dll.

Bayangkan saja ketika seorang ibu yang menemani anaknya belajar tiba-tiba si anak bertanya “Bu, ini maksudnya apa?”, ”Bu ini artinya apa?” apa yang akan dijawab seorang ibu? Apakah akan menjawab “Ibu ndak tahu”, “Tanya bapak sana”, “Ibu nggak pernah belajar”. Hal seperti ini juga membuat anak menganggap pendidikan menjadi remeh.

Begitupun dalam pandangan Islam, pengetahuan dianggap sangatlah penting. Menuntut ilmu sama dengan beribadah dan bertasbih. Ilmulah yang menjadikan manusia mulia. Ingatlah kalau orang-orang yang menguasai dunia ini adalah orang yang berilmu. Di sebutkan dari salah satu hadits riwayat Ibnu Majjah dari Anas bin Malik bahwa:

“قال رسول الله صل الله عليه وسلم: طلب العلم فريضة على كل مسلم و واضع العلم عند غير أهله كمقله الخنازير الجوهر واللؤلؤ والذهب”

Artinya: “Rasulullah SAW bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seseorang yang mengalungkan mutiara, intan, dan emas keleher babi””

Perlu di garis bawahi dan di pertegas, bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dalam hal ini, penulis memahami bahwa pada kalimat “Kewajiban bagi setiap muslim” ini tak pandang bulu, apakah ia seorang perempuan atau laki-laki.

 

Bahkan salah satu organisasi ASWAJA termasyhur juga telah sepakat dengan lima prinsip hukumatau yang biasa disebut “Al-kuliyyatul khoms”. Yang bermaksud bahwa tiap orang termasuk perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh kebebasan, perlindungan, dan jaminan keselamatan.

 

Namun masih saja ditemukan pemahaman yang berbelok. Hal ini menjadi alasan keprihatinan K.H Abdurrahman Wahid dan K.H Ali Yafi. Bahkan dua pembesar ini mengemukakan alasan diperbolehkannya perempuan perempuan menjadi kepala negara dengan dua syarat, yakni adanya kemaslahatan dan adanya keputusan Ahlul Halli Wal Aqdi. Memang ulama salaf tidak memperbolehkan perempuan menjadi khalifah. Tapi pada kenyataanya presiden dan khalifah merupakan pemimpin di lembaga yang berbeda.

 

Hal diatas menunjukkan bahwa secara konseptual itu mengembangkan pemikiran kesetaraan derajat antara lelaki dan perempuan, selama hal itu tidak bertentangan dengan kodrat. Nahdlatul ‘Ulama pun menyepakati kalau,

Perempuan boleh menjadi anggota DPR/DPRD

Perempuan boleh menjadi kepala desa

Memberi lampu hijau atas peran public perempuan menjadi presiden atau wakil presiden.

Sekali lagi penulis menegaskan, bahwa pendidikan sangatlah penting terkhusus pada kaum perempuan. Karena perempuan adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya. Bahkan pernah disebutkan behwa kecerdasan seorang anak itu sebuah turunan dari sang ibu. Dan orang yang mampu menguasai dunia bukan orang bodoh, tapi orang yang berilmu. Dengan kesimpulan, ibu yang cerdas dan berilmu akan menurunkan kecerdasan pada anaknya. Dan anak yang cerdas akan memiliki peluang besar untuk menjadi orang yang sukses. Wanita yang cerdas adalah pondasi negara untuk masa depan yang baik. Lantas, masihkah perempuan dianggap tak pantas untuk berilmu?

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like