Lautan. 70% permukaan bumi diselimuti oleh laut. Aku membenarkan itu. Seluas mata memandang di atas kapal, hanya terlihat biru laut bersama deras desir ombak di permukaannya. Suara burung camar menggema dari seluruh penjuru. Kini dalam perjalanan dari ujung barat Pulau Jawa ke ujung timur Pulau Sumatra, dari pelabuhan Merak menuju pelabuhan Bakauheni. Diapit di antara dua pulau besar. Meski seumur hidup, tak akan mampu mengarungi lautan, tak akan mampu menyusuri dalamnya. Menjadi korban pengandaian. Lautan ilmu, yang tak akan bisa kau jelajahi seluruhnya meskipun seumur hidup mengabdi. Cinta sedalam samudra, yang acap digunakan untuk menggambarkan rasa cinta yang mendalam.
Menikmati indah senja di Selat Sunda ditemani sebatang kretek bermerek Sampoerna yang rasanya juga sempurna seperti indahnya senja. Sayangnya, seonggok platik terapung di atas permukaan laut, terombang-ambing tebawa ombak. Perasaan sedih menyelimuti hati, namun apalah daya, hanya berusaha tidak membuang sampah sembarangan serta mengingatkan masyarakat dengan secarik tulisan sederhana. Limbah anorganik adalah salah satu kotributor utama pencemaran laut.
Lautan yang menghasilkan setidaknya 50% oksigen di Bumi, merupakan rumah bagi sebagian besar keanekaragaman spesies di Bumi. Merupakan kunci perekonomian dengan pekiraan 40 juta orang dipekerjakan oleh industri berbasis laut. Juga paru-paru planet kita, sumber utama makanan dan obat-obatan, serta bagian penting bagi biosfer. Sayangnya pembuangan plastik ke lautan telah meningkat pesat selama beberapa dekade terakhir—melebihi delapan juta ton pertahun. Penangkapan ikan berlebih yang membuat 90% spesies hewan laut menipis dan 50% terumbu karang hancur. Lagi-lagi manusia penyebabnya, mengotori ciptaan Tuhan tanpa tahu akibatnya. Nafsu membuat mereka tamak, egois memikirkan diri sendiri. Kita juga harus peka kepada laut, bahwa lautan juga perlu dukungan. Mari kita bekerja sama untuk menciptakan keseimbangan baru.
Oleh sebab itu, pada tahun 2008, PBB (Peserikatan Bangsa-Bangsa) menetapkan tanggal 8 Juni sebagai Hari Laut, dengan tujuan mengingatkan tentang peran penting yang dimainkan laut untuk menjaga kehidupan di planet kita, memberi tahu masyarakat tentang dampak tindakan manusia, mengembangkan gerakan warga dunia untuk lautan, serta memobilisasi dan menyatukan populasi dunia dalam sebuah proyek untuk pengelolaan lautan yang bekelanjutan.
“Wonder: Sustaining What Sustains Us” atau “Keajaiban: Menjaga Apa yang Menjaga Kita”, adalah tema yang diangkat untuk Hari Laut Sedunia 2025. Tema ini mengajak kita untuk kembali menumbuhkan rasa kagum dan rasa ingin tahu terhadap lautan sebagai fondasi dari perlindungan dan inovasi di masa depan.
وَلَا تُفْسِدُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَٰحِهَا وَٱدْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ إِنَّ رَحْمَتَ ٱللَّهِ قَرِيبٌ مِّنَ ٱلْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-A’raf: 56)
Firman Allah dalam surat Al-A’raf ayat 56 bisa menjadi pengingat kita, bahwa Allah telah memerintahkan hamba-Nya agar tidak merusak bumi. Membuang limbah sembarang serta menangkap ikan menggunakan bahan peledak adalah salah satu hal yang mampu merusak alam. Cukuplah kita hidup sederhana dengan mengolah limbah, menangkap ikan secukupnya, serta mengelola sumber daya alam secara bijaksana—dengan memastikan bahwa penggunaan sumber daya alam tidak merusak lingkungan dan memberikan manfaat bagi masyarakat, karena pengelolaan sumber daya alam yang tidak bijaksana dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan memberikan dampak negatif bagi manusia.