Sambut Haul Sang Murobbi, Ning Ochi Ajak Santri Putri Kembali Muhasabah Diri
0
0
Kediri, Elmahrusy Media (05/09) malam. Menyambut momentum puncak haul Al-Maghfurlah KH. Imam Yahya Mahrus ke-12, PP HM Al-Mahrusiyah Putri menggelar majlis manaqib dan maulid diba’i bersama. Bertempat di aula Sakan Daru Rasyidah, santri putri dan para alumni turut hadir dan meramaikan majlis manaqib tersebut.
Peringatan haul KH. Imam Yahya Mahrus bertepatan pada tanggal wafat beliau 20 safar 1434 H. Acara berlangsung ba’da maghrib yang diawali dengan pembacaan tawassul dan surah yasin yang dipimpin langsung oleh Ning Hj. Ita Rosyidah Miskiyah. Nuansa putih dan wajah rindu pada sosok murobbi menghiasi seluruh ruangan aula.
Suara merdu para pembaca manaqib juga menyelimuti kesyahduan hati para santri dan alumni. Lantunan bait manaqib dan sholawat memanjatkan hati untuk berjumpa walau hanya sekedar mimpi. Gaya sederhana dan humble terhadap lapisan masyarakat berbagai etnis turut menghiasi jiwa KH. Imam Yahya Mahrus. Hingga beliau tidak hanya dikenal sebagai figur kyai namun juga sosok ayah bagi para santri.
Momentum penyambutan puncak haul ini mengingatkan Ning Ochi sebagai putri bungsu akan memori kebersamaan dan keteladanan yang dicerminkan sosok Mbah Yai Imam. Pernah suatu ketika Ning Ochi sedang melayani beliau dahar (makan), tiba-tiba beliau berhenti di tengah-tengah makan seraya mengucapkan ‘Abah lupa ndok gak pakai peci’ kemudian Ning Ochi langsung mengambil dan memakaikan peci tersebut.
Karena penasaran Ning Ochi langsung bertanya kepada Mbah Yai Imam ‘Nopo kok ngoten Bah?’ lalu Mbah Yai Imam menjawab tidak tahu dan hanya mengikuti dawuhan dari Mbah Mahrus Aly. Hingga Mbah Yai Imam wafat putri bungsunya masih dihinggapi rasa penasaran akan maksud dari jawaban tersebut.
Seiring berjalannya waktu untuk mendapatkan sebuah jawaban dari rasa penasaran akhirnya Ning Ochi menemukan alasan tersebut. Saat itu Ning Ochi sedang mengikuti ziaroh tamatan kemudian sesampainya di Cirebon dijemput oleh keluarga dzuriyah Pondok Buntet. Disanalah beliau diceritakan sosok Mbah Yai Mahrus Aly yang sangat ihtirom hingga perkara makan saja memakai peci.
Betapa mulianya sosok Mbah Yai Imam yang segala tindak tanduknya mengikuti dawuh sang ayah, yang tidak lain berniat untuk lil ihtirom bin niyati syukri ilallah. Ning Ochi juga berpesan kepada seluruh santri agar kita bisa diakui santri Mbah Yai Imam yaitu dengan cara ittiba’ sebagaimana ngendikan beliau,
“sudah seharusnya kita untuk ittiba’ kepada beliau baik dalam segi pakaian, adab, kesederhanaan, dan saling menyambung tali silaturahmi,” ujar adik KH. Reza Ahmad Zahid.
Momentum ini juga mengingatkan kewajiban kita sebagai seorang anak terhadap orangtua. Bahwasannya kita memiliki tiga orangtua sebagaimana dalam nasihatnya,
“ orangtua pertama itu orangtua secara biologis yaitu ayah dan ibu, orangtua kedua itu yang mengajari dan mendidik kita yaitu guru dan para masyayikh, orangtua yang ketiga itu mertua dan yang paling utama adalah ihtirom terhadap guru,” tutur Ning Ochi.
Tibalah di penghujung acara pembacaan doa Maulid Diba’i sebagai penutup berlangsung khidmat. Putri bungsu dari pasangan KH. Imam Yahya Mahrus dan Bu Nyai Hj. Zakiyah Miskiyah ini kembali menegaskan kepada santri pentingnya menyambung tali silaturahmi. Selaras dengan kalam mutiara beliau mengatakan,
“sambunglah tali silaturahmi diantara kalian, karena itu menjadi sabab musabab umur panjang yang penuh barokah,” tegas alumni Al- Ahqaf Yaman.
Keberkahan umur tidak dilihat dari lamanya ia hidup, melainkan bertambahnya kebaikan dan barokah yang melebihi batas umurnya di dunia. Semoga momentum haul ini bisa menjadikan kita pribadi yang selalu bermuhasabah diri dan menjadi santri yang diakui.
