Kita diciptakan Tuhan, menjadi manusia. Seseorang bukan seekor. Akal menjadi senjata utama manusia menjalani kehidupan di dunia. Akal inilah yang bisa meninggikan derajat manusia lebih dari malaikat. Berhak kita sombong pada makhluk di dunia, asal yang kita sombongkan merupakan pencapaian atas usaha yang tidak merugikan apapun di sekitar kita.
Kita patut bangga menjadi manusia. Bangga, dengan artian sadar akan posisi sebagai manusia yang manusia, apalagi bisa memanusiakan manusia. Menggunakan akal secara utuh, menjadi indikator kita sebagai manusia yang sesungguhnya. Bukan malah sebaliknya, sudah dikaruniai akal dengan daya berpikir, malah disia-siakan dan malas untuk mengembangkan kemampuan. Bersyukur atas pemberian akal, ialah menggunakannya.
Dalam segi konteks, sombong identik dengan sifat yang buruk dan harus dijauhi, memang begitu benarnya. Definisi sombong, memang sifat jelek. Selalu ingin menjadi yang terbaik dan menampakkan kebaikannya, merasa tidak ada lagi orang yang sebaik dia. Jika sifat sombong, dijelaskan secara singkat, ini adalah antitesis, dari sifat Tawadhu’. Puas dengan pencapaiannya, lalu dia hanya asik menyombongkan diri, sehingga lupa meningkatkan dirinya, menjadi lebih baik lagi, tidak ada kata, selain, Go***. Terkadang, seseorang yang memamerkan pencapaianya atau hal-hal baik tentang dirinya, bukan bertujuan untuk sombong. Melainkan hanya ingin sekedar diapresiasi orang sekitar. Bahkan, ada yang menceritakan untuk memotivasi agar orang-orang sekitar bisa melebihi dirinya sendiri. Terkadang, hanya orang bersifat iri yang bisa mengatakan seseorang sedang bersombong. Jadi, dari pada kita menghilangkan sombong lebih baik kita menghilangkan iri dengki dalam hati kita.
Alasan untuk boleh sombong, adalah disujudinya Nabi Adam AS oleh penghuni Arsy’.
فَاِذَا سَوَّيْتُهٗ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُّوْحِيْ فَقَعُوْا لَهٗ سٰجِدِيْنَ ٢٩
fa idzâ sawwaituhû wa nafakhtu fîhi mir rûḫî faqa‘û lahû sâjidîn
Maka, apabila Aku telah menyempurnakan (kejadian)-nya dan telah meniupkan roh (ciptaan)-Ku ke dalamnya, menyungkurlah kamu kepadanya dengan bersujud. (QS. al-Hijr, 15: 29)
Dengan satu catatan “Apabila aku telaAoh menyempurnakan” Sempurna, termasuk menggunakan sesuatu dengan semestinya. Artinya, bila kita mulai menyombongkan diri, lalu rakus akan pujian dan stag dengan sebuah pencapaian. Maka, kita sudah tidak menggunakan akal pikiran kita dengan sempurna. Bahkan mencederai kesempurnaan Tuhan lewat mengabaikan kesempurnaan pada diri kita sendiri yaitu akal pikiran.
Jadi, mana yang lebih jahat; sombong, iri, atau mantan?
Terimakasih
Apa yang Mau Disombongkan, Manusia?
Also Read: Gelap Terang Indonesia