Sebenarnya, apa yang mau disombongkan bagi makhluk lemah seperti kita? Ingat, kita ini tanah. lembek. Jangan sok langit, nggak pantas! Hidup sewajarnya aja. Membaur. Jangan mentang-mentang atas, sampai nggak sempat pada yang bawah. Hal yang tinggi dimulai dari hal yang rendah. Hal yang besar dimulai dari hal yang kecil. Harusnya sadar. Hidup hanya sebentar.
Apa yang mau dibanggakan, Manusia? Apa yang mau disombongkan? Nggak sadar, setiap lubang dari tubuh kita mengeluarkan hal yang kotor: hidung, mata, telinga, mulut, qubul, dubur, juga kecil pori-pori itu. Kita makhluk jijik. Nggak ada bedanya dengan sapi dan kambing yang ke mana-mana membawa kotoran di dalam perut.
Apakah juga nggak mikir jauh sampai ke atap? Genting? Meskipun sama-sama dari tanah, genting kepanasan kehujanan, biasa. Lah, manusia kepanasan kehujanan? Meriang. Pilek. Dikerokin. Makan bubur. Sebegitu lemahnya.
Oleh karena itu, apa yang membuat kita lebih dari orang? Toh, sama saja. Masih nafas dari hidung. Jangan mentang lebih-lebih, malah mengorang kurang-kurang. Sejago-jagonya tukang cukur, sampai nyukurnya merem juga, kalau dia rambutnya panjang, mau cukur, ya tetap butuh orang lain buat nyukurin. nggak mungkin nyukur sendiri.
Memang, perihal sifat sombong ini sulit terelakan bagi kita, manusia. Dengan memandang suatu hal yang terkesan lebih dalam diri kita, mudahnya kita untuk merasa lebih pula dari yang lain. Hingga, yang mengkhawatirkan dan bahaya, sampai merendahkan orang lain. Karena memang seperti itu ta’rif dan definisi sombong sebagaimana ucap Syekh Abdullah Bin Husein Bin Thahir Bin Muhammad Bin Hasyim Ba’alawi dalam kitab Sulamuttafiq, roddul haq wa istiqorunnas, sombong pasti menolak kebenaran dan selalu merendahkan manusia lain.
Hati-hati! Bahkan sombong adalah sifat tercela yang pertama kali dilakukan oleh makhluk yang paling tercela, makhluk yang pada awalnya adalah yang memiliki kedudukan tinggi: iblis, laknatullah alaih. Merasa lebih mulia karena terciptanya ia dari api, hingga ia menolak perintah Allah untuk bersujud pada Nabi Adam yang tercipta dari tanah,
وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ٣٤
“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqoroh ayat 34).
Jangan begitu. Membaurlah. Seenggaknya, karena kita pasti telah dan akan nyusahin orang lain dalam hidup: waktu lahir dan saat mati. Jadi jangan sombong.
Lucunya, udah sombong, matinya nyusahin lagi. Mending kalau tahlil lauknya ayam. Kentang aja, masih sempatnya mentang-mentang: waktu hidup.