web analytics
AD PLACEMENT

Apa yang Mau Disombongkan, Manusia?

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:2 Minute, 13 Second

Sebenarnya, apa yang mau disombongkan bagi makhluk lemah seperti kita? Ingat, kita ini tanah. lembek. Jangan sok langit, nggak pantas! Hidup sewajarnya aja. Membaur. Jangan mentang-mentang atas, sampai nggak sempat pada yang bawah. Hal yang tinggi dimulai dari hal yang rendah. Hal yang besar dimulai dari hal yang kecil. Harusnya sadar. Hidup hanya sebentar.

Apa yang mau dibanggakan, Manusia? Apa yang mau disombongkan? Nggak sadar, setiap lubang dari tubuh kita mengeluarkan hal yang kotor: hidung, mata, telinga, mulut, qubul, dubur, juga kecil pori-pori itu. Kita makhluk jijik. Nggak ada bedanya dengan sapi dan kambing yang ke mana-mana  membawa kotoran di dalam perut.

Apakah juga nggak mikir jauh sampai ke atap? Genting? Meskipun sama-sama dari tanah, genting kepanasan kehujanan, biasa. Lah, manusia kepanasan kehujanan? Meriang. Pilek. Dikerokin. Makan bubur. Sebegitu lemahnya.

Oleh karena itu, apa yang membuat kita lebih dari orang? Toh, sama saja. Masih nafas dari hidung. Jangan mentang lebih-lebih, malah mengorang kurang-kurang. Sejago-jagonya tukang cukur, sampai nyukurnya merem juga, kalau dia rambutnya panjang, mau cukur, ya tetap butuh orang lain buat nyukurin. nggak mungkin nyukur sendiri.

AD PLACEMENT

Memang, perihal sifat sombong ini sulit terelakan bagi kita, manusia. Dengan memandang suatu hal yang terkesan lebih dalam diri kita, mudahnya kita untuk merasa lebih pula dari yang lain. Hingga, yang mengkhawatirkan dan bahaya, sampai merendahkan orang lain. Karena memang seperti itu ta’rif dan definisi sombong sebagaimana ucap Syekh Abdullah Bin Husein Bin Thahir Bin Muhammad Bin Hasyim Ba’alawi  dalam kitab Sulamuttafiq, roddul haq wa istiqorunnas, sombong pasti menolak kebenaran dan selalu merendahkan manusia lain.

Hati-hati! Bahkan sombong adalah sifat tercela yang pertama kali dilakukan oleh makhluk yang paling tercela, makhluk yang pada awalnya adalah yang memiliki kedudukan tinggi: iblis, laknatullah alaih. Merasa lebih mulia karena terciptanya ia dari api, hingga ia menolak perintah Allah untuk bersujud pada Nabi Adam yang tercipta dari tanah,

وَاِذْ قُلْنَا لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اسْجُدُوْا لِاٰدَمَ فَسَجَدُوْٓا اِلَّآ اِبْلِيْسَۗ اَبٰى وَاسْتَكْبَرَۖ وَكَانَ مِنَ الْكٰفِرِيْنَ ۝٣٤

“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka, mereka pun sujud, kecuali Iblis. Ia menolaknya dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqoroh ayat 34).

AD PLACEMENT

Jangan begitu. Membaurlah. Seenggaknya, karena kita pasti telah dan akan nyusahin orang lain dalam hidup: waktu lahir dan saat mati. Jadi jangan sombong.

Lucunya, udah sombong, matinya nyusahin lagi. Mending kalau tahlil lauknya ayam. Kentang aja, masih sempatnya mentang-mentang: waktu hidup.

 

About Post Author

Aqna Mumtaz Ilmi Ahbati

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

AD PLACEMENT
Tagged with:
Esaisedehana
AD PLACEMENT

Penulis Baik Hati, Tidak Sombong, dan Rajin Menabung*

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Hukum Mendo’akan Non Muslim

Hukum Mendo’akan Non Muslim

Kartono Siapanya Kartini?

Kartono Siapanya Kartini?

Bekal Dalam Mencari Ilmu

Bekal Dalam Mencari Ilmu

Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya

Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya

Sedih Rasulullah Saw di Hari Raya

Sedih Rasulullah Saw di Hari Raya

Idul Fitri dan Momen Silaturahim

Idul Fitri dan Momen Silaturahim

AD PLACEMENT