Si Anak : “Sudahkah aku aman bersamamu Pak?”
Rowi : “Sudah pasti, kan kami keamanan”
Bur : “Sedang apa kau di sini, Nak”
Si Anak : “Aku tersesat, Pak. Sebelumnya maaf telah melarikan diri dari Pondok. Aku sebenarnya pergi bersama tujuh temanku. Mereka meninggalkanku sendirian, di sini”
Bur : “Lantas, pergi ke mana teman-teman mu yang lain?”
Si Anak : “Berbeda-beda, Pak”
Rowi : “Sebutkan secara spesifik tujuannya. Jangan menutup-nutupi”
Si Anak : “Yang satu pergi kekuburan orang Cina, Bong Pay Bukit Bergota. Yang satu lagi pergi ke Pura Agung Besakih yang katanya paling besar. Ada juga yang pergi ke Gereja Baptis Getsemani. Juga ke Diskotik The H Club SCBD. Yang satu lumayan baik seleranya, dengan memilih ke Tukang Dukun paling sakti keturunan Sai Baba. Yang terakhir sepertinya dia normal, namun tidak lebih normal dariku, ia memilih Lapas Nusa Kambangan sebagai tujuan. Sementara aku, memilih di sini saja”
Rowi : “Untuk apa mereka ke sana? Mereka semua waras bukan? Apa yang mereka cari dari kesemua tempat itu?”
Bur : “Meresahkan saja kalian semua. Kalau sampai terjadi apa-apa, siapa yang akan tanggungjawab. Ya… kami-kami ini yang akan kena semprot. Disalahkan terus oleh semua pihak, sampai kepalaku sesak”
Si Anak : “Memang tugasmu yang sebenarnya, mengamankan yang di dalam atau yang di luar pondok seperti kami ini, Pak”
Rowi : “Jawab dulu pertanyaanku, baru boleh kau bicarakan yang lain, paham?”
Si Anak : “Iya Pak, maaf. Mereka pernah bilang, bahwa mereka ingin mencari ‘Surya’ penerang jiwa, entah seperti apa itu bentuknya. Aku tak paham, Pak. Mereka juga ingin mencari ketenangan dalam semua hal itu, apakah ada? Mereka tak ada niatan untuk anah-aneh apalagi murtad. Namun yang aku yakin mereka sekedar ingin membuktikan bahwa iman adalah anugrah paling mewah. Bahwa sebelum mengenal Tuhan kita harus mengenal diri sendiri. Kalau soal waras, mereka teman-temanku paling waras sejauh ini. Namun mereka masih bingung dengan kata ‘Gila’ itu sendiri. Mereka bilang, bahwa gila sekadar Judge dari tingkah yang tak sesuai dengan yang seharusnya. Tentunya, terlepas dari gangguan otak beserta sarafnya. Mereka pikir tak ada yang gila di dunia ini, semua waras dalam kadarnya masing-masing, termasuk kalian Pak”
Bur : “Sudah ikut kami kembali ke Pondok!”
Si Anak : “Sebentar Pak, biar ku selesaikan dulu doaku pada Tuhan ini. Barangkali ini jadi Suryaku”
Tag: