web analytics
AD PLACEMENT

Surya Sebatang

AD PLACEMENT
0 0
Read Time:2 Minute, 34 Second

“Suryamu tinggal sebatang, Han?” memecah keheningan di tengah sengat terik matahari. Sambil bersiap mengangkat takbir dzuhur penuh beban, Nahrowi sang keamanan senior berkhusyuk ke qiblat dengan penuh keletihan yang tergantung di matanya. Basah air wudhu pertanda ritual inti sudah siap digelar. Dilafadzkannya niat sembahyang, disusul takbir dan surah-surah.

“Iya tinggal sebatang. Tapi ini, akan ku persembahkan untuk Tuhan” Burhan belum sembahyang, dia masih asyik menghisap batangan tembakau miliknya yang tinggal sebatang itu, dihisapnya pelan-pelan sambil ikut menghadap qiblat. Penuh penghayatan, angannya meroket menembus akal pikirannya. Berpikir, bahwa dirinya hanya subjek yang teramat kecil dari bagian dunia. “Bumi saja hanya sebesar biji kacang hijau jika dibandingkan matahari” Kepul asap masih melayang tertiup angin, berisi doa dan harapan hamba pada Rabbnya.

Menyambut asap dengan salam kedua, Nahrowi menyelesaikan do’anya penuh khidmat. Mengingat-ingat masih adakah Haqul Adami yang belum terselesaikan, sambil meminta pertolongan pada Tuhan. Karena tanpa izin Sang Kuasa tidak akan mampu kaki melangkah, tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dari Allah. “Sholat Han, dirikan di awal waktu” lirih saja Nahrowi mengingatkan. Burhan langsung beranjak dari tempat duduknya sambil membawa sebatang surya yang belum habis diisapnya.  Lumayan untuk menemani antri ambil wudhu. Sebatang surya baginya sudah cukup, bahkan lebih, guna membersamai langkah. Meski hanya sebuah lintingan tembakau dan filternya. Namun, tidak pernah tertawa saat ia menangis dan tidak pernah menangis saat ia tertawa.

Panas masih menyengat, namun badan dituntut semangat. Waktu Dzuhur masih bergulir, jam berdertak dengan teratur menyusuri jengkal demi jengkal dinding kantor yang mulai reyot dimakan waktu. Masih setia keduanya dengan segala urusan pondok pesantren yang pekat akan syariat. Masih tergantung berpuluh-puluh kertas penuh catatan tugas yang masih perlu proses panjang untuk menyelesaikannya. Menjadi pengurus pondok, seakan keharusan bagi mereka berdua guna menyempurnakan masa kesantrian yang menyisakan pengabdian. Madrasah sudah tamat, namun jodoh belum dapat.

AD PLACEMENT

Belum juga Nahrowi menyelasaikan dzikirnya, Burhan sudah beranjak mengambil jaket bersiap melanjutkan perjuangan tugas dari Kiai. Tanpa tawar tugas disambar, tidak perlu kelakar untuk menunjukan sikap benar. “Cepat Wi, sekarang jatah kita patroli”.

***

Bersama kendaraan roda dua, inventaris bersahaja, dari Kiai untuk mereka berdua. Menyusuri jalanan penuh pemandangan, mencari dan menelisik di celah-celah sempit kota siapa tahu ada santri yang minggat tanpa beban. Jam demi jam mereka lalui bersama, sesampainya mereka di sebuah masjid yang hampir rubuh di tepi kota, mereka hampir tidak bisa menemukan siapa-siapa di sana. Terkecuali sesosok bersarung, berpeci hitam yang dengan khusyu’ berdoa dari pojok masjid.

Also Read: Harapan | Cerpen

Kecurigaan melekat di pikiran mereka berdua. Siapakah ia? Santri kah? Mengapa ia sendiri di sini? Bukankah santri kabur untuk bersenang-senang. Tidak mungkin ada santri yang jauh-jauh kabur ke tepi kota yang seantahberantah ini hanya untuk berdoa. Di pondok, juga bisa.

AD PLACEMENT

Dengan langkah ragu, dua keamanan itu mendekat. Selangkah demi selangkah, semakin dekat. Ditepuknya bahu anak itu, “Sedang apa kamu di sini?”. Air mata sudah sedari tadi bercucuran tanpa bendung dari dua retina mata anak itu. Peci yang dikenakannya pun terjatuh, menyusul rasa terkejut. Tanpa kata, anak itu memeluk kedua keamanan yang iba padanya.

Dengan bisik penuh isak anak itu berucap “Sudahkah aku aman bersamamu Pak”

Also Read: Menuju Ka’bah

 

lanjut Part 2…

AD PLACEMENT

About Post Author

Abidzar Maulana

Ingin bisa segalanya, termasuk menulis
Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Tagged with:
ElnahrowiNahrowi
AD PLACEMENT

Ingin bisa segalanya, termasuk menulis

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

You might also like
Mencari Pengganti Cincin Emas

Mencari Pengganti Cincin Emas

Harapan | Cerpen

Harapan | Cerpen

Menuju Ka’bah

Menuju Ka’bah

Teguran Abah Yai | Cerpen

Teguran Abah Yai | Cerpen

Bismillah, Aku Tidak Takut

Bismillah, Aku Tidak Takut

Sirep Jeding E

Sirep Jeding E

AD PLACEMENT